DUA PULUH DELAPAN

1.6K 176 5
                                    

Nathan memainkan sebuah pen diatas meja dengan jarinya, ia duduk menyandar pada kursi namun matanya menatap lurus keatas meja. Menatap lurus pada tumpukan kertas dan brosur yang berserakan memenuhi meja kayu bulat dengan pikiran yang melayang jauh.

Tak lama kemudian Daniel masuk kedalam ruang meeting kecil itu, ia mendorong pintu kaca dengan sikutnya. Kedua tangannya sibuk membawa cangkir merah kecil berisi kopi panas. Ia berjalan mendekati meja meeting bundar ditengah ruangan, kemudian ia meletakan cangkir kopi itu dan menyodorkan salah satu cangkir untuk Nathan.

"Americano." kata Daniel yang sudah hapal kebiasaan Nathan ketika berkunjung ke kantornya, memesan secangkir americano.

Daniel menarik salah satu kursi kosong yang ada dalam ruangan meeting itu dan duduk diseberang Nathan.

"Thanks." gumam Nathan yang tersadar dari lamunannya. Ia mengambil cangkir itu dan meminumnya perlahan.

"Sorry nunggu lama, gue harus ngurus client gue yang super bawel dulu." Kata Daniel yang merasa tidak enak sudah meninggalkan Nathan sendirian dalam ruang meeting itu hampir setengah jam lamanya.

"Its okay. Gue tahu kok Daniel Tanubrata memang selalu sibuk. Dan gue sudah terbiasa menunggu lama disini" Ucap Nathan sedikit menyindir.

"Nggak usah menyindir. By the way, Loe udah baca proposal yang gue kasih?" tanya Daniel sambil mengesap kopinya, tatapannya tertuju pada tumpukan kertas diatas meja.

"Sudah gue baca sekilas, tapi belum gue pelajari mendalam." Jawab Nathan singkat tidak meninjukan antusiasnya.

"How? Lumayan seru kan trip kali ini?" tanya Daniel.

"Overall sih gue nggak ada masalah. Seperti biasanya gue selalu percaya sama loe."

"Gue buat sesuai kesepakatan kerja kita biasa. Semua itinerary, akomodasi dan sebagainya udah jelas kok. Tapi, gue harus jujur kalau untuk proyek kali ini sedikit minim budget, jadi jangan kaget kalau nanti fee yang loe dapat nggak sebesar biasanya." Jelas Daniel.

"Gue nggak keberatan kok masalah budget. Nggak dikasih fee juga nggak apa." Jawab Nathan datar, ia sedang tidak mood untuk memikirkan masalah uang sekarang.

"Serius?" Tanya Daniel sambil menaikkan sebelah alisnya, ia heran melihat reaksi Nathan yang tidak seperti biasa.

"Iya, yang penting gue bisa pergi jauh." Sambung Nathan.

Daniel terdiam sebentar, ia menyipitkan matanya sambil menatap Nathan seolah sedang menganalisa pria itu, "Hey, what's wrong bro? Loe lagi kenapa? Ada masalah?"

"Well, yeah..." jawab Nathan dengan malas, tangannya masih sibuk memainkan pen diatas meja.

"Ah...Pasti sama Vina." Kata Daniel penuh duga.

"You know me so well." Ucap Nathan sambil tersenyum kecut.

"Ada apa lagi?" Loe ketahuan ke jepang sama cewek lain?" Tebak Daniel asal.

"Gila loe! Bukan soal itu."

"Lantas?"

"Hm...sebenernya gue malas untuk menceritakan masalah ini. Tapi loe tahu kan masalah Orang tua dia yang nggak merestui hubungan gue sama dia..."

"Yup, dan gue juga udah pernah bilang kalau itu masalah yang serius. Karna ketika loe menikah dengan Vina berarti loe juga mempersatukan keluarga kalian juga. Nggak mudah untuk merubah cara pandang orang lain supaya bisa satu visi dan misi sama loe."

"Iya, gue juga udah bilang ke Vina kalo ini bukan masalah sepele. Orang tuanya sudah punya prinsip dan paradigma yang nggak bisa digoyahkan. Gue jadi bingung, nggak tahu harus berbuat apa sekarang."

"Jadi loe lagi break sama dia?"

"Bisa dibilang begitu...Udah lah, gue lagi nggak mau bahas itu. Sakit kepala rasanya."

"Ya udah kalo gitu cepat bayar hutang loe. Ceritain tentang orang yang loe ajak ke disneyland jepang itu"

"Gue juga bingung harus cerita apaan. Intinya dia Bukan siapa-siapa. Cuma cewek indo yang kebetulan ketemu dia jepang aja." Jelas Nathan  menyederhanakan cerita sesingkat mungkin.

"Jadi semua cewek yang ketemu loe dijepang bakal loe ajak ke disneyland? Come on, gue sangat mengenal seorang Nathanael Romano. Loe aja nggak pernah liburan bareng sama Vina. Dan loe bukan cowok yang suka pergi ke taman hiburan, naik wahana, kemudian menonton parade princess."

"Karna loe udah kenal gue, kadang gue benci sama loe." Keluh Nathan, pertemanan mereka membuat Daniel memahami betul sifat Nathan dan hal itu membuat Nathan susah untuk menutupi sesuatu dari Daniel.

"So, tell me the truth. Cewek macam apa yang bisa bikin loe ajak dia ke disneyland bareng?" Tanya Daniel dengan nada menginterogasi.

"..." Nathan terdiam sambil menatap Daniel, ia enggan menjawab pertanyaan itu, karna ia tahu Daniel akan menggorek cerita semakin dalam.

"Cantik?" Tanya Daniel sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Cantik itu relatif." Jawab Nathan singkat.

"Kalau gitu...lebih cantik dari Vina?"

"Sudah lah...nggak baik banding-bandingin orang lain. Loe sendiri gimana sama Olive? Tumben nggak nge-date?" Tanya Nathan mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan.

"Huh, pintar juga loe mengalihkan pembicaraan....Udah lama gue nggak ketemu dia, belakangan ini dia sibuk." jawab Daniel sambil menghela napas.

"Sibuk? Sibuk dengan cowok lain?" Tanya Nathan dengan nada menyindir.

"Bukan! Dia nemenin temen dia. Kasian sih temen dia itu."

"Kenapa?" tanya Nathan sedikit menunjukan rasa penasaran.

"Temennya Olive batal nikah gara-gara ditikung sahabatnya sendiri. Makanya cewek gue sekarang banyak ngabisin waktu sama temennya itu buat menghibur dia." Jelas Daniel.

"Oh ya? Sekarang lagi musim yah tikung menikung temen sendiri? Ga habis pikir gue dimana hati nurani mereka."

"Iya, dan yang gue nggak habis pikir, mereka udah sahabatan lama banget. Sebenernya cewek gue udah pernah liat cowok itu jalan bareng cewek lain tapi waktu itu masih belum ada bukti jelas. Dan akhirnya temennya itu baru sadar pas dia lagi prewed." Lanjut Daniel.

"Oh ya? Tragis juga ya..." gumam Nathan.

"Padahal mereka jauh-jauh prewed di jepang, tapi malah batal nikah."

"Jepang?" Tanya Nathan sambil mengerutkan dahinya. Mendengar cerita yang disampaikan Daniel membuatnya teringat dengan seseorang. Seseorang yang memiliki kisah seperti yang Daniel ceritakan padanya. Mungkinkah...?

"Yup, belum lama ini kok kejadiannya. Mungkin dua minggu lalu kejadiannya. Berdekatan sama waktu loe pergi ke Jepang juga." kata Daniel sambil mengingat-ingat.

Deg...
Nathan seperti dapat menarik benang merah dari cerita Daniel dan ia mulai menyadari sesuatu, otaknya berputar untuk mengingat kembali semua kejadian yang terjadi di Tokyo. Ia terdiam sejenak. Ingatannya membawanya kembali pada saat ia berada di Tokyo, semua kejadian, tempat, suasana dan setiap percakapan muncul satu persatu memenuhi pikirannya. Mungkinkah...?

"Dan..." panggil Nathan.

"Apaan?"

"Nama temen cewek loe itu...Clara?" tebak Nathan, seolah meyakinkan dirinya.

"Iya...kok loe bisa tahu?" Tanya Daniel penuh curiga.

"Dia cewek yang gue ajak ke disneyland..."

Tokyo Travelgram [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang