TIGA PULUH ENAM

1.5K 142 4
                                    

"Clara...lupakan dia." Kata Vina.

"Apa maksud kamu?" tanya Nathan yang terkejut mendengar nama Clara terbawa dalam percakapannya dengan Vina. Ia tidak tahu seberapa banyak Vina mengetahui ceritanya bersama Clara. 

"Aku yakin kamu tahu maksud aku. Dan aku juga tahu kamu mengerti siapa yang aku maksud." jawab Vina.

"Yang perlu kamu tahu, aku tidak ada hubungan apapun dengan Clara. Tunggu, kamu tahu dari mana tentang Clara?" jawab Nathan singkat. Ia tak ingin Vina salah sangka tentang hubungannya dengan Clara.

"Karena kalian tidak ada hubungan apapun, aku rasa ini bukan syarat yang sulit untukmu. Aku hanya ingin kamu melupakan perempuan itu dan jangan berhubungan lagi dengannya."

Nathan masih berpikir dari mana Vina bisa mengenal Clara. "Apa ini karena kamu melihat foto yang ada di komputerku?" tebak Nathan, mengingat ia pernah melihat Vina pernah menggunakan komputer miliknya saat Vina masuk ke dalam kamarnya.

"Seandainya saja aku tidak pernah melihat foto-foto itu, apakah kamu akan menceritakan padaku tentang perempuan itu? Tentang apa yang terjadi di Tokyo?" tanya Vina dengan nada meninggi.

"Baik, biar kujelaskan. Aku dan Clara tidak memiliki hubungan spesial, pertemuan kami hanya kebetulan saja.  Anggap saja aku dan Clara hanya berteman." 

"Tapi kalian jalan berdua selama di Tokyo." protes Vina.

"Apa kamu cemburu?" tanya Nathan dengan nada menggoda, berusaha menurunkan tensi percakapan mereka.

"Apa aku salah bila cemburu? Aku ini pacarmu. Jangan bercanda, aku sedang serius." jawab Vina sambil cemberut.

"Hei, aku punya banyak teman perempuan dan kamu tidak pernah cemburu padaku sebelumnnya."

"Karena kamu tidak cerita padaku tentang dia. Mengapa dia bisa bersamamu di Tokyo? Aku saja tidak pernah liburan berdua denganmu!"

"Karena aku merasa itu tidak penting untuk diceritakan. Kami bertemu karena kebetulan belaka. Kami hanya jalan bersama dan tidak melakukan hal aneh. Sudahlah, masalah itu tidak perlu kamu anggap terlalu serius."

"Tapi kamu berlibur dengan perempuan lain tanpa sepengetahuanku." ucap Vina kesal. 

"Oke, aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku tidak pernah cerita mengenai Clara. Tapi sungguh, kami tidak ada hubungan spesial. Kamu tidak usah cemburu, kamu jelek kalau cemberut." kata Nathan sambil tersenyum, ia berusaha menenangkan Vina dengan meraih tangannya.

"Nathan, aku serius. Ini menyangkut masa depan hubungan kita berdua." Vina mulai menurunkan nada bicaranya.

"Oke, jadi apa mau kamu?"

"Aku hanya ingin kamu melupakan dia. Berhenti berhubungan dengannya. Kita akan menikah. Aku tidak ingin orang lain berkomentar kalau ada orang lain dalam hubungan kita. Aku rasa ini bukanlah permintaan yang sulit." kata Vina sambil memandang mata Nathan serius.

"Apa kamu tidak percaya padaku?" tanya Nathan sambil membalas tatapan Vina.

"Aku percaya padamu. Tapi bisakah kamu mengerti perasaan aku? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apakah aku terlalu berlebihan bila cemburu pada perempuan itu?"

"Baiklah kalau itu mau kamu." Jawab Nathan, Nathan bisa memaklumi alasan Vina. Ia memang merasa bersalah karena tidak menceritakan pertemuannya dengan Clara di Tokyo. 

"Berjanjilah padaku untuk melupakan dia. Aku tidak ingin kamu berhubungan dengannya. Dan aku tidak ingin kamu menyembuyikan sesuatu dariku lagi. Jangan ada rahasia diantara kita." kata Vina sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Oke. Aku janji." jawab Nathan sambil mengaitkan jari kelingkingnya.

"Aku tidak ingin ada orang lain dihatimu."


***

Nathan memandang lurus layar komputernya, ia menggerakkan mousenya naik turun berulang-ulang. Ia membaca berkali-kali tulisan yang telah dibuatnya, artikel mengenai liburannya di Tokyo. Artikel yang telah dibuatnya dengan susah payah, yang telah menyita waktu serta pikirannya selama berhari-hari. Ia hanya perlu memencet tombol post untuk menerbitkan artikel itu pada laman blog miliknya, tapi pertemuannya dengan Vina siang tadi membuatnya berpikir ribuan kali untuk menerbitkan artikel itu.

Tulisan itu berisi panduan mengenai tempat-tempat yang Nathan kunjungi selama di Tokyo liburan kemarin. Setiap Nathan membaca ulang tulisannya ia kembali teringat akan setiap kejadian yang ia lalui bersama Clara. Mulai dari pertemuan pertamanya di Shibuya, kejadian di kereta menuju Daikanyama, pengalamannya pergi ke Tokyo Disneysea, dan menikmati keindahan sakura di Taman Yoyogi. Nathan menghela napas panjang.

Nathan mengacak rambutnya sendiri, ingin rasanya ia membenturkan kepalanya pada tembok. Dirinya larut akan kegalauan apakah ia akan memposting artikel itu atau tidak. Butuh berhari-hari untuk Nathan membuat tulisan itu, Bukankah ia harus bersikap profesional? ini merupakan bagian dari pekerjaannya. Tapi disisi lain, ia sudah berjanji pada Vina untuk melupakan Clara. Tulisan panjang itu dilengkapi dengan foto-foto yang diambil olehnya. Foto yang menjadi bukti dan awal kecemburuan Vina padanya. Kalau ia memposting tulisan itu, akankah Vina semakin berprasangka buruk padanya dan Clara? 

Nathan tidak ingin menghancurkan hubungannya dengan Vina. Ia tidak ingin Vina berpikir macam-macam tentang dirinya dan Clara. Nathan sadar dirinya dan Vina memiliki status. Tapi ia tidak ingin membohongi dirinya sendiri, bahwa jauh didalam lubuk hatinya ia tidak ingin melupakan Clara. Ia tidak ingin melupakan kejadian di Tokyo, setiap momen yang ia lalui bersama Clara. Kenangan itu terlalu manis untuk ia lupakan.

Jujur saja, awalnya Nathan hanya merasa simpati pada Clara, merasa kasihan karena gadis itu nampak sangat rapuh dan menyedihkan dengan cerita drama yang terjadi padanya. Namun kini perasaan itu telah berubah. Perasaan itu berkembang dan semakin dalam, ada sebuah rasa yang menggalir disekujur tubuhnya setiap kali ia mendengar dan mengingat Clara. Namun Nathan tidak bisa mendeskripsikan rasa itu, karena rasa itu berbeda dengan apa yang dirasakannya untuk Vina. Apakah itu perasaan suka, sayang, mungkinkah itu cinta? atau hanya simpati belaka.  Untuk pertama kali, Nathan merasa dirinya jahat. Ia merasa dirinya egois. Ia tidak ingin kehilangan Vina, juga tidak ingin melupakan Clara. 

Harus diakui kalau Clara sangat berkesan bagi Nathan. Selama bersama Clara, Ia melakukan hal tak terduga bagi gadis itu, melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya dan mengubah cara pandangnya. Clara, dia menemukan  sisi lain dalam diri Nathan. Sisi yang tak pernah Nathan sadari sebelumnya, yang tak pernah ditemukan oleh siapapun, termasuk Vina.

Nathan tak ingin dirinya jatuh hati untuk perempuan lain, terlalu kejam bagi Vina. Ia tidak ingin menjadi laki-laki brengsek yang mempermainkan hati perempuan. Ia harus membuang jauh rasa terpendam itu, sebelum ia jatuh dalam perasaan itu lebih dalam. Bukankah ia harus fokus pada hubungannya dengan Vina? Hubungan yang sudah jelas adanya, dan melupakan perasaannya yang abstrak terhadap Clara. Lagipula, mungkin saja Clara tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. 

Setelah mengalami pergulatan batin, Nathan mengambil sebuah flaskdisk hitam kosong dari dalam laci meja kerjanya, dan mencoloknya pada komputernya. Ia membuka folder berisi semua foto yang diambilnya saat di Tokyo. Ia memindahkan folder itu pada faskdisk kemudian menghapus folder itu pada komputernya. Dan hal terakhir yang bisa ia lakukan adalah menghapus draft artikel yang telah dibuatnya. 


Tokyo Travelgram [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang