SEMBILAN BELAS

1.6K 162 0
                                    

Clara tak pernah menyangka jika dua hal terbaik baginya dalam berpergian bisa menjadi hal yang buruk dan membuat dirinya merasa sedih. Ya, Clara sama sekali tidak menikmati waktunya menunggu pesawat di Bandara. Tak ada antusias dalam dirinya untuk menjelajahi bandara Haneda saat ini, ia sama sekali tidak tertarik untuk masuk dan melihat-lihat kedalam pertokoan atau mencari makanan di restoran. Yang ia lakukan hanya duduk terdiam disalah satu bangku tunggu, memandangi orang berlalu lalang dengan tatapan kosong dan pikiran yang melayang.

Begitupula saat dirinya berada di dalam pesawat menuju Jakarta. Clara hanya menatap kosong awan putih yang terbentang luas dilangit bewarna biru muda yang cerah. Meski ia mendapat tempat duduk favoritnya-tempat duduk dekat jendela- ia sama sekali tidak merasa senang ataupun kedamaian yang biasanya ia rasakan. Dirinya hampa, ia hanya memasang headset dan mendengarkan lagu secara random sambil memejamkan mata mencoba untuk tidur. Dengan tidur Clara berharap semua yang terjadi hanyalah mimpi. Dan ia berharap saat ia bangun nanti semua akan kembali seperti semula, seperti saat sebelum ia pergi ke Jepang.

***

Tidak seperti biasanya Nathan melanun sepanjang perjalanannya naik kereta kembali dari bandara Haneda menuju Shinjuku hingga ia melewatkan stasiun Shinjuku dan berhenti di stasiun Shibuya. Awalnya Nathan ingin kembali menuju Shinjuku, namun ia mengurungkan niatnya. Ia pikir berjalan-jalan disekitar Shibuya bisa menjadi pilihan yang baik untuk mengisi hari terakhirnya di Tokyo, mengingat dirinya akan pulang ke Jakarta besok pagi.

Hari sudah siang dan Nathan sudah merasa lapar. Dirinya berkeliling sejenak untuk memutuskan tempat untuk makan siang, dan pilihan Nathan jatuh untuk makan siang di Gyukatsu Motomura. Bagi seorang Nathan menyantap Gyukatsu motomura tak cukup hanya sekali, jadi ia memutuskan untuk makan siang disana. Jam sudah menunjukan hampir jam 2 siang, namun sepertinya keputusannya kali ini salah karena dari jauh sudah terlihat antrian panjang orang yang menunggu untuk makan direstoran itu.

Ia kecewa dan memutuskan untuk mencari tempat lain yang lebih sepi. Tiba-tiba Nathan teringat terakhir kali ia makan disana. Rasanya sangat menyenangkan karena dirinya tak perlu mengantri. Rasanya ia sangat beruntung hari itu. Hari yang menyenangkan karena ia bisa melakukan hal yang ia suka. Salah satu hari terbaiknya selama di Jepang kali ini. Namun ia harus mengingat pula bahwa hari itu pula ia bertemu dengan seseorang. Gadis asing aneh yang memintanya untuk mengikutinya. Gadis yang memiliki ketidaksengajaan dengannya. Gadis yang terlihat menyedihkan dan memiliki banyak rahasia. Clara.

Nathan menghela napas dan berjalan pergi, ia mengurungkan niatnya untuk makan siang disana. Hingga pria itu berakhir dengan makan satu cup ramen instan dan sebuah onigiri tuna-mayo disalah satu mini market masih di daerah Shibuya. Setelah selesai mengisi perutnya, kaki nathan melangkah tak tentu arah, seperti tak ada tujuan. Melewati keramaian dan pertokoan. Tak terasa dan tak tahu sudah berapa lama ia berjalan hingga tanpa ia sadari kini Nathan sudah berada di daerah Daikanyama.

Nathan memandang kesekelilingnya, tempat yang tidak asing baginya. Masih segar dalam ingatannya beberapa hari lalu ia pergi kesini bersama Clara. Kaki Nathan seolah mengulang setiap langkah seperti saat ia pergi bersama Clara, dan memorinya memutar kembali ingatan akan gadis itu. ia menelusuri setiap tempat yang ia lalui bersama Clara. Aneh, Nathan merasa dirinya aneh, seakan dia bukan menjadi dirinya sendiri. Ia bahkan tidak memahami apa yang sedang ia lakukan sekarang.

Memorinya seakan memanggil semua ingatan akan Clara. Ia teringat akan semua kejadian yang ia lalui bersama gadis itu. Melihat gadis itu mengikutinya dari pantulan kaca gedung, menyuruhnya membawakan belanjaan, menghabiskan waktu di toko buku. Memori itu terasa nyata bagi Nathan.

Kenapa aku kesini?

Hari sudah malam dan langit sudah gelap, kaki Nathan mulai terasa pegal. Langkahnya kini mengantarnya sampai di jembatan Nakameguro. Jembatan indah yang dikelilingi oleh deretan pohon sakura dan sorotan lampu taman malam hari. Salah satu spot terbaik untuk menikmati sakura pada musim semi.

Harusnya aku membawanya kesini...
Apa dia sudah sampai di Jakarta? Aku harap dia baik-baik saja...

Nathan menyandarkan dirinya pada railing jembatan, menikmati udara malam yang sejuk namun terasa dingin dengan pemandangan yang mengagumkan. Malam hari yang indah di musim semi. Sambil menikmati pemandangan, Nathan larut dalam pikirannya sendiri.

Tidak, harusnya aku pergi ke odaiba untuk membeli titipan Nico...

Nathan tersenyum geli, nampaknya ia harus menyiapkan diri menerima omelan adiknya saat pulang nanti karena lupa membelikan mainan gundam titipannya. Rencana untuk mencari gundam titipan Nico hilang dalam list nya karena rencana mendadaknya beberapa hari ini.

Keheningan malam tiba-tiba terusik oleh bunyi ponselnya. Suara telepon masuk dan nama Vina tertera pada layar ponselnya...

Tokyo Travelgram [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang