Opini anda yang belum tentu fakta dapat menjatuhkan harga diri anda di hadapan semesta.
• Happy Reading •
Arina berjalan di koridor menuju kelasnya. Selama berjalan, banyak siswa-siswi yang menatapnya dengan pandangan tak suka. Tak jarang ada segerombol siswi yang menggunjingkannya. Tidak seperti biasanya. Arina tak pernah memiliki catatan kriminal, setiap pagi dia selalu menyapa dan disapa oleh beberapa siswa-siswi yang berpapasan dengannya. Tapi tidak dengan pagi ini.
Arina mempercepat langkahnya untuk menuju kelasnya, namun belum sampai dia di kelas, pandangannya terfokus pada satu objek. Tepatnya di mading yang terpajang di depan aula. Banyak siswa dan siswi yang mengerubungi mading itu, seolah ada informasi penting di sana. Arina tak mau ketinggalan, dengan sedikit berlari dia menghampiri Agnes dan Angel yang juga berada di sana. Jangan tanyakan tentang Nesya, gadis itu selalu datang tiga puluh detik sebelum bel berbunyi.
"Muka aja sok polos! Percuma pinter kalau nggak bisa jaga diri."
"Katanya benci. Nyatanya diajak tidur mau."
"Luar baik, ternyata munafik."
Arina menatap bingung saat beberapa siswi yang berpapasan dengannya berkata seketus itu. Entah untuk siapa, tapi Arina yakin ada yang tidak beres.
"Nes, Ngel. Ada apa?" tanya Arina sambil menepuk pundak Agnes dan Angel secara bersamaan.
"Ada yang fitnah lo, Rin. Kurang ajar banget," gumam Agnes sedikit berbisik. Arina menoleh ke arah mading yang masih sesak dipenuhi orang, dominan para siswi. Dengan tubuh mungilnya, Arina menerobos kerumunan itu. Dan dia berhasil, dia sampai tepat di depan mading yang tertempel berita yang kurang mengenakkan. Arina membulatkan matanya seketika. Disana, terdapat potret dirinya dan Arjuna yang sedang berada di depan apartemen Arjuna. Arina yakin foto itu diambil kemarin, sebab di sana terlihat Arjuna yang hanya memakai handuk dengan dirinya memakai baju tidur. Dan yang lebih membuatnya naik pitam adalah caption yang tertulis di bawah foto itu. Siswi yang katanya tercerdas dan andalan sekolah tercyduk sedang tidur dengan pangeran sekolah.
"Kok lo kayak kuaci, sih? Udah murah, nyampah lagi," ucap seorang gadis yang berdiri di belakang Arina. Arina berbalik, menatap nyalang ke arah gadis berkulit sawo matang dengan tulang yang hanya dibalut kulit. Alias kurus kering tak berdaging.
"Lo tahu apa? Berita itu bohong! Siapa yang nyebar berita murah kayak gini?" teriak Arina di hadapan semua murid yang mengerubungi mading. Dia tak terima jika dirinya dijadikan bahan gunjingan seperti ini, apalagi berita itu tidak benar.
"Iya, beritanya murah. Kayak lo," jawab gadis itu yang Arina tahu bernama Marcel, dia adalah salah satu antek-antek Bella, kekasih suaminya.
"Jaga mulut lo, Setan!" murka Arina mendorong bahu Marcel agak keras. Banyak siswi yang berpihak kepada Marcel. Terbukti dengan mereka yang menyoraki tindakan Arina.
"Udah, Rin. Nggak usah ditanggepin. Mereka cuma iri," ujar Angel menenangkan Arina. Arina menatap Angel dengan tajam.
"Gue nggak bisa diginiin. Kalau masalahnya cuma sakit hati gue nggak peduli, tapi ini masalah harga diri. Bakal gue inget sampe mati!" ucap Arina menatap murid-murid di sana dengan dendam. Arina hanya manusia biasa, rasa tak terima pasti ada dalam dirinya. Apalagi sekarang ini harga dirinya sedang diinjak-injak. Dia tak bisa diam saja.
"Ngomongin harga diri, padahal udah nggak punya," ucap seseorang yang baru saja memasuki kerumunan itu, Arina menatap nyalang ke arah Bella yang baru saja berbicara. Arina yakin, Bella lah dalang di balik semua ini. Agnes yang mencium bau peperangan yang sebentar lagi akan datang, menyikut Angel yang berada di sampingnya. Mengode kembarannya agar memanggil bala bantuan, Arjuna.
"Heh, Annabel! Lo kan yang nyebar berita nggak bener ini? Maksud lo apa coba?" tanya Arina dengan pandangan tak bersahabat. Ketakutan Arina kemarin menjadi nyata, ratu iblis itu membuat ulah.
"Maksud gue? Ya biar semuanya tahu, kalau idola mereka selama ini tuh nggak lebih dari sekadar sampah. Biar semuanya paham kalau lo itu munafik. Udah murah, pelakor lagi."
Plak
Bella memegang pipi sebelah kirinya setelah mendapat tamparan pedas dari Arina. Mata Arina berkaca-kaca, antara marah dan tidak terima. Kenapa ratu iblis itu selalu berkata tanpa filter? Yang murah itu sebenarnya siapa? Yang pelakor itu sebenarnya siapa?
"Jaga ucapan lo, ya! Gue nggak kayak apa yang lo bilang! Gue nggak semurah lo yang dengan terang-terangan minta tidur bareng Arjuna," balas Arina memandang Bella dengan remeh. Masih terekam jelas di ingatannya, saat Bella berkata 'Tapi kan aku juga pacar kamu, kamu nggak pernah gituan sama aku.'
"Maling mana mau ngaku, dasar pelakor!" ucap Bella menatap Arina dengan sinis.
"Diem, bodoh! Gue nggak kayak lo," bentak Arina mendorong bahu Bella dengan kasar.
"Yang bodoh siapa, sih? Lo nggak dididik sama orang tua lo? Lo dikasih makan apa? Nggak guna banget jadi orang!" Air mata Arina menetes begitu saja saat Bella membawa kedua orang tuanya. Dia tak terima sama sekali diperlakukan seperti ini.
"Jangan bawa orang tua gue, ya! Lo boleh jelek-jelekin gue. Tapi nggak sama Ayah Bunda gue. Gue salah apa sama lo, hah? Lo bilang sama gue? Lo cemburu sama gue, lo bilang! Gue nggak pernah suka sama Arjuna, gue nggak ada hubungan sama dia. Yang perlu lo tahu, yang pelakor itu lo. Bukan gue," teriak Arina menggebu-gebu. Kalimat sepanjang itu hanya diucapkan Arina dengan satu tarikan napas. Bisa dibayangkan betapa emosinya dia.
"Udah, Rin. Lo tanggepin orang gila kayak dia nggak bakal selesai," lerai Agnes mengusap bahu Arina pelan.
"Gue peringatin sama lo, kalau lo berani ngusik hidup gue lagi, gue pastiin lo bakal keluar dari sekolah ini dengan tanpa rasa hormat. Lo perbaikin nama gue yang udah tercemar kalau lo nggak mau nyesel!" ucap Arina menatap tajam Bella yang hanya memamandangnya remeh.
"Lo siapa mau sok ngancem gue? Lo siapa?" tanya Bella merendahkan. Tangannya siap mendorong bahu Arina sebelum sebuah suara menghentikan niatnya.
"Lo sentuh dia, kita putus!"
• To be continued •
![](https://img.wattpad.com/cover/147052832-288-k973729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Подростковая литература𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...