Gue cuma takut lo pergi, makanya gue bersikap seposesif ini.
• Happy Reading •
"Halo."
Arina berjalan dengan langkah malas ke arah kamarnya, memegang handel pintu lalu mendorong perlahan agar pintu itu terbuka. Arina menghempaskan tubuhnya di tengah-tengah kasur, sambil menempelkan ponselnya di telinga. Mendapat panggilan dari nomor asing membuat Arina memasuki kamarnya, yang tadinya di ruang tamu menunggu Arjuna dan Ayla pulang.
"Hai, Arina. Inget gue nggak?"
Gadis berperawakan mungil itu mengernyitkan dahinya, sambil mengingat-ingat pemilik suara yang sangat familier di telinganya. Sembari mengingat, gadis itu meraih guling untuk menjadi bantalannya tiduran.
"Kak Gerald, ya?" tanya Arina memastikan. Pikirannya melayang kepada lelaki yang kini sedang menempuh pendidikan lanjutnya di Yogyakarta. Dia adalah sahabat karib Satria yang juga menyandang status sebagai Kakak Agnes dan Angel.
"Sip. Tepat sasaran, gimana kabar lo?"
Arina menyunggingkan senyumnya saat tebakannya tak meleset sedikit pun, dia tak mungkin salah.
"Baik kok, Kak. Kakak sendiri gimana?" Arina senang bisa kembali berkomunikasi dengan Gerald. Setelah Gerald lulus sekolah menengah atas tiga tahun lalu, dirinya tak pernah lagi bertemu dengan Gerald. Sedikit banyak Arina merindukan Gerald, yang mana adalah pemuda yang pernah Arina sukai pada masanya. Keseringan Gerald yang berkunjung ke rumahnya membuat Arina akrab dan sampai menyukai lelaki tampan itu.
"Um, baik juga. Satria gimana? Gue lost contact sama dia sekitar dua bulanan ini, hape gue rusak dan gue ganti semua akun," tanya Gerald di seberang sana, terdengar nada yang sangat antusias dari ucapan Gerald. Tak bisa dipungkiri bahwa dia juga sangat senang bisa kembali mengobrol dengan Arina. Setelah penantian panjangnya.
"Bang Sat juga baik, Kak."
Gerald terkekeh di seberang sana saat mendengar panggilan Arina terhadap Satria yang tak pernah berubah. Sejak kecil sampai sekarang selalu seperti itu, walaupun sudah berkali-kali ditegur orang tuanya masih saja ngeyel.
Arina bangkit dari tidurannya saat dirasakannya posisinya saat ini kurang nyaman, dia turun dari ranjang dan langsung duduk di sofa sambil menyalakan televisi. Suasana yang terlalu hening dan sepi tidak baik untuk keadaan mentalnya, dia takut.
"Ck. Dasar," decak Gerald.
"Kakak kapan pulang?" tanya Arina.
Jika ada waktu dia ingin bertemu dan mengobrol sebentar dengan Gerald, bernostalgia bersama.
"Gue ini udah di Bandung, Rin, lo aja yang kudet," cibir Gerald. Arina mendengkus dan mencebikkan bibirnya pertanda kesal. Walaupun dia tahu Gerald tak akan melihatnya. Namun dia juga senang saat mendengar Gerald berkata bahwa kini dia berada di Bandung.
"Serius, Kak?" heboh Arina.
"Iya. Besok bisa ketemu nggak? Gue kangen sama lo, gue bawa si kembar juga biar rame," tawar Gerald.
"Oke aja, Kak," jawab Arina.
"Jam berapa bisanya?"
"Besok aku free, kok, bisa sewaktu-waktu."
"Ya udah. Besok sekitaran jam 10, ya? Di Kafe Heartbeat."
"Oke, sip."
"Mau dijemput nggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Genç Kurgu𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...