Apa artinya sebuah hubungan jika dilandasi dengan kebohongan?
• Happy Reading •
Laki-laki dengan rambut agak panjang di bagian depannya itu berjalan dengan tenangnya di lorong menuju kelasnya. Tangan kanannya dia gunakan untuk membawakan tas Arina, sementara tangan kirinya menggandeng tangan sang istri. Dapat dirasakan oleh Arjuna bahwa telapak tangan Arina begitu hangat. Wajar, gadis itu semalam dilanda demam tinggi. Dan pagi ini dia berangkat sekolah mengenakan jaket abu-abu milik Arjuna. Walaupun terlihat begitu kebesaran di tubuhnya, namun jaket itu mampu membuat tubuh mungil gadis itu terasa hangat.
Arjuna sudah mewanti-wanti Arina agar tidak berangkat sekolah. Namun, emang dasarnya Arina yang keras kepala. Ucapan Arjuna hanya bagaikan angin lalu untuknya. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Dirinya tetap teguh pendirian ingin masuk sekolah, dengan alasan sebentar lagi akan ujian nasional. Dia tak mau ketinggalan pelajaran. Dia tidak memedulikan jika pusing di kepalanya belum begitu pulih.
"Bener nih mau masuk? Wajah lo pucet banget, Arin." Arjuna bergumam sambil mempererat genggaman tangannya pada Arina. Suhu badan gadis itu hanya turun satu derajat saja dibanding semalam, hal itu membuat Arjuna begitu khawatir. Dia tak pernah melihat wajah Arina sepucat ini.
"Nggak apa-apa, Arjun. Nanti kalau buat mikir sama gerak pasti sembuh, kok, jangan lebay, deh!"
Arjuna diam, dia pasrah sekarang. Sikap istrinya yang sangat keras kepala ini sama sepertinya. Sekali menginginkan sesuatu, tak seorang pun bisa menghentikannya.
"Honey!" Arjuna mendengkus kesal saat mendengar suara yang begitu dia hindari. Siapa lagi kalau bukan Annabel? Perempuan tak tahu diri yang sampai sekarang masih mengejar-ngejar Arjuna. Terhitung sudah lima bulan sejak Arjuna mengakhiri hubungan mereka, namun gadis itu masih setia mengganggu Arjuna juga Arina. Dan Arjuna sangat risih dengan hal itu. Jika saja membunuh orang itu dilegalkan, sudah dipastikan Arjuna akan memutilasi Annabel.
Arjuna mempercepat langkahnya, tangannya masih setia menggenggam tangan Arina. Dia ingin melarikan diri dari mak lampir tak tahu diri itu. Berada di dekat orang itu membuat Arjuna panas.
"Arjuna. Tungguin, dong!" teriak Bella. Dia segera berlari mengejar Arjuna. Arjuna menghela napas kesal saat melihat Bella di hadapannya. Arjuna benar-benar muak.
"Minggir!" ketus Arjuna. Netranya menatap dengan dingin ke mata Bella. Bukannya pergi, gadis itu malah bergelanyut manja di lengan Arjuna. Menempelkan kepalanya ke bahu Arjuna. Membuat Arina meliriknya sinis.
"Lo itu gatel banget sih jadi cewek? Udah putus juga masih nempel! Emang situ nggak laku, ya?" sarkas Arina. Gadis itu sudah sangat muak dan lelah dengan sikap Bella yang begitu mengganggunya. Dalam hati Arjuna memuji Arina, dia senang melihat gadisnya seperti ini. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang membiarkan Arjuna digoda dan diganggu habis-habisan oleh Bella.
"Urusan lo apa? Pelakor aja bangga," balas Bella dengan sinis. Perempuan tak tahu diri itu menarik tangan Arjuna agar melepaskan pegangannya pada Arina.
"Emang nggak tahu malu, ya? Bodi sih oke. Cantiknya dapet, sayang murahan."
Bella menatap Arina tak terima. Dirinya merasa direndahkan, emosi sudah menggerogoti hatinya. Dia dengan kasar melepaskan pelukannya pada lengan Arjuna, lalu berdiri di hadapan Arina.
"Lo kalau punya mulut dijaga, ya! Lo kasih apa sama Arjuna? Sampai-sampai Arjuna lengket gitu sama lo?"
Arina memelototkan matanya mendengar ucapan Bella. Apa salah Arina? Bukankah Arjuna itu suaminya? Jika lengket, bukankah itu wajar?

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Teen Fiction𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...