46. Lisa

16.6K 1.1K 11
                                    

• happy reading •

"Sayang," panggil Arjuna saat dia sudah duduk di hadapan Arina. Perempuan itu duduk seorang diri di tengah-tengah kursi kantin yang tidak terlalu ramai. Dengan wajah ogah-ogahan Arina melirik Arjuna yang sekarang memasang wajah sok sedihnya.

"Ngapain kek gitu? Tampol nih!" sarkas Arina yang sontak membuat Arjuna mengucapkan istighfar dalam hatinya. Dia benar-benar bingung kenapa Arina berubah jadi galak seperti ini. Emang sih, biasanya Arina galak. Tapi nggak sampai kaya gini juga.

"Nggak usah ngegas anjir, bikin kaget aja." Arina menatap Arjuna jengah. Laki-laki itu selalu saja bisa merusak moodnya dalam sekejap. Entah ada apa dengan dirinya, yang pasti sekarang dia sangat kesal dengan Arjuna.

"Sana pesenin mi ayam sama jus jeruk," perintah Arina seenaknya. Arjuna yang tak ingin memperkeruh keadaan langsung saja mengiyakan dengan cara menganggukkan kepalanya.

"Sendiko dawuh Ndoro Putri!" ucap Arjuna. Arina yang mendengar itu hanya menggumam tak jelas. Arjuna mengangguk, dia berdiri dan berjalan untuk memesankan pesanan Arina.

"Eh, Jun." Panggilan Arina membuat langkah Arjuna berhenti. Laki-laki itu membalikkan badannya dan kembali menatap Arina.

"Ada lagi?" tanya Arjuna.

"Jangan lupa, es jeruknya ya--"

"Yang manis kaya aku," potong Arjuna. Dia sudah mengetahui persis apa yang akan Arina katakan. Pasti perempuan itu akan berkata jika es jeruknya harus manis kaya aku.

Arina yang mendengar itu langsung menatap tajam Arjuna.

"Ihh, kok kaya kamu! Kaya aku! Es jeruknya manis kaya aku!" koreksi Arina yang merasa Arjuna salah dalam mengucapkan itu.

"Lah iya, Sayang. Manis kaya aku," ujar Arjuna yang masih mempertahankan pendapatnya. Dia dapat melihat wajah Arina yang menahan kekesalannya.

"Arjun, es jer--"

"Iya, Sayang. Es jeruknya manis kaya kamu." Lagi-lagi Arjuna memotong ucapan Arina. Dia tidak ingin lagi mendebat Arina lebih dalam. Dia bisa dalam masalah besar jika meneruskan ini semua. Dia lebih memilih menuruti apa kata Arinanya.

Arina tersenyum puas mendengar Arjuna. Perempuan itu tak sadar jika perdebatan mereka disaksikan oleh beberapa pengunjung kantin yang makan. Ini sudah biasa terjadi, Arina dan Arjuna sudah terkenal sebagai pasangan serasi yang aneh. Karena mereka kadang terlihat sangat romantis, namun tak jarang mereka berdebat habis-habisan.

"Bagus! Udah sana cepet! Aku laper," ucap Arina agak keras. Arjuna tentu saja menurut, dia berbalik lagi dan meninggalkan Arina sendiri.

Sudah sekitar lima belas menit Arjuna meninggalkannya seorang diri. Sekarang, Arina dilanda kebosanan yang luar biasa. Netranya menelusuri arah Arjuna tadi pergi, selanjutnya dia dapat menangkap sosok Arjuna yang masih mengantri sambil mengobrol dengan seorang perempuan yang begitu asing. Pandangan Arina tak lepas dari mereka berdua. Dia berpikir siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan Arjuna. Sebab, mereka terlihat sangat akrab.

Tak berselang lama, akhirnya Arjuna berjalan ke arah Arina bersama perempuan tadi. Perempuan itu terlihat cantik dengan tubuh langsingnya, rambutnya yang pirang juga menunjang penampilannya.

"Maaf lama," ujar Arjuna dan langsung duduk di sebelah Arina. Meletakkan nampan berisi dua mangkuk mi ayam dan dua gelas es jeruk, lalu Arjuna tersenyum ke arah istrinya itu. Perempuan tadi juga mengikuti Arjuna, duduk di sebelah Arina.

"Siapa, Jun?" tanya Arina bingung saat perempuan itu ikut duduk bersama mereka.

"Kenalin, ini Lisa. Temennya Luna dulu," jawab Arjuna. Arina langsung menoleh ke arah Lisa lalu mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang