49. Menikah?

23.6K 1.8K 25
                                    

happy reading •

"Mau beli apa? Mumpung lagi keluar kaya gini," tanya Arjuna dengan tangan yang mengelus rambut Arina lembut. Mereka sedang berada di dalam mobil dari rumah sakit menuju rumah mereka sendiri. Arjuna baru saja menemani Arina memeriksakan kandungannya yang sudah berusia lima bulan. Dan setelah ini Arina akan mengambil cuti untuk beberapa waktu.

"Nggak usah, Jun. Aku nggak pengen apa-apa."

"Bener nggak mau? Nanti kalo sampe rumah nggak minta macem-macem, kan?" ujar Arjuna sangsi. Karena sering kali jika mereka pergi, Arjuna sudah menawari Arina namun gadis itu menolaknya. Namun, setelah sampai di rumah Arina malah merengek minta sesuatu.

"Iya, Arjuna Sayang," balas Arina lembut seperti biasa. Memang, akhir-akhir ini Arina selalu bersikap lembut kepada Arjuna. Wanita itu kerap kali memanggil Arjuna dengan sebutan sayang, tentu saja hal itu membuat Arjuna senang.

"Btw, Rin. Anak kita kembar kan, ya? Udah siapin nama belum?"

Sesuai hasil USG, janin yang ada di kandungan Arina ada dua, yang berarti anak mereka adalah kembar. Hal itu tentu saja adalah kabar bahagia bagi mereka dan keluarga. Bagaimana tidak? Sekali hamil, dua anak lahir. Kan hebat.

"Belum kepikiran, Jun. Kalo kamu?"

Tangan Arina yang menganggur menarik tangan Arjuna yang mengelus perutnya, selanjutnya wanita itu memainkan jari-jari Arjuna di pangkuannya.

"Belum ada juga, sih."

"Ya sama aja kalo gitu."

"Rin," panggil Arjuna pelan.

"Apa? Jangan bilang aku cantik, udah basi!" Mendengar itu Arjuna hanya bisa meringis. Memang itu yang ingin Arjuna katakan, hal itu sudah sering Arjuna lontarkan.

"Ya udah nggak jadi!"

Arina diam selepas Arjuna berkata. Selanjutnya pandangannya teralihkan karena dia melihat sesuatu yang tiba-tiba membuatnya tertarik.

"Jun, stop!" ucap Arina membuat Arjuna dengan refleks menginjak remnya. Hal itu membuat Arjuna melirik Arina khawatir, pasalnya hal yang dilakukannya membuat Arina hampir terbentur dashboard jika saja tak memakai sabuk pengaman. Untung saja jalanan yang mereka lewati sepi karena sudah memasuki area kompleks rumah mereka.

"Ish! Kebiasaan, kamu nggak papa, kan?" omel Arjuna dengan nada khawatirnya. Arina yang mendapat omelan dari Arjuna hanya menyengir dengan tanpa rasa bersalah. Arina tidak tahu saja Arjuna merasa khawatir dengan keadaan istrinya itu.

"Maaf, Jun," gumam Arina pelan. Arjuna menghela napasnya pelan, tak mungkin dia memarahi Arina. Walaupun dalam hatinya merasa mengganjal.

"Iya. Kamu mau ngapain?" tanya Arjuna lembut. Arina menoleh ke samping, membuat Arjuna mengikuti arah pandang Arina. Arjuna tersenyum saat mengerti keinginan Arina.

"Kamu mau siomay itu?" tanya Arjuna memastikan. Arina mengangguk sebagai jawabannya.

"Ya udah kamu tungguin di sini, aku beliin dulu," kata Arjuna sambil melepas sabuk pengamannya.

"Cepet! Nggak usah godain mbak-mbak yang jual," peringat Arina yang dibalas anggukan oleh Arjuna. Arina hanya memerhatikan Arjuna dari dalam mobilnya.

Tak lama, Arjuna kembali lagi.

"Yang, dompet aku kayaknya ketinggalan di rumah sakit deh," lapor Arjuna saat sepenuhnya sudah duduk di samping Arina. Tangannya menyerahkan kantung plastik berwarna bening ke pangkuan Arina.

"Ya udah, kamu balik lagi ke sana. Pasti di rawat sama dokter Nia kalo ketinggalan di sana."

"Tapi kamu di rumah istirahat, ya? Nggak usah banyak kegiatan, nggak perlu ngerjain pekerjaan rumah," pesan Arjuna.

"Iya, Sayang. Kamu udah sering bilang sama aku kaya gitu."

***

"Makasih, ya, Dokter," ujar Arjuna sebelum keluar dari ruangan dokter Nia selepas dia mengambil dompetnya. Bersamaan dengan itu, Arjuna melihat Lisa yang tengah duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruangan dokter Nia. Lisa seperti sedang menunggu giliran untuk masuk ke ruangan dokter Nia. Namun, yang ada di pikiran Arjuna, kenapa Lisa ada di sana?

"Lis," panggil Arjuna. Laki-laki itu duduk di sebelah Lisa yang menunduk memainkan ponselnya. Perempuan itu mendongak dan terkejut saat melihat keberadaan Arjuna di sampingnya.

"Eh, Arjuna. Ngapain di sini?" tanya Lisa berbasa-basi. Perempuan itu sedikit tersenyum.

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Lo hamil?" tanya balik Arjuna. Mendengar itu Lisa menjadi gelagapan sendiri, dia bingung harus menjawab apa.

"Lis!"

"Eh, iya, Jun. Gue lagi mau mriksain kandungan gue," jawab Lisa yang akhirnya berkata jujur. Arjuna menautkan alisnya bingung.

"Maksudnya? Lo udah nikah?"

Lisa menggeleng mendengar pertanyaan Arjuna. Perempuan itu terlihat tidak enak kepada Arjuna.

"Terus?"

"Nanti gue critain, gue mau masuk dulu." Karena gilirannya sudah tiba, Lisa meninggalkan Arjuna di luar dengan beberapa ibu hamil yang juga sedang menunggu giliran.

Bukannya pulang, Arjuna malah memilih menunggu Lisa. Laki-laki itu begitu penasaran dengan Lisa. Setahunya, Lisa adalah gadis yang baik. Tak mungkin kan dia bisa hamil tanpa suami?

"Loh, Jun. Masih di sini?" tanya Lisa saat mendapati Arjuna masih setia duduk di sana. Perempuan itu kembali duduk di sebelah Arjuna yang menatapnya bingung.

"Gue masih nunggu cerita dari lo," jawab Arjuna jujur.

"Lo mending ikut gue, gue bakal cerita sama lo."

Lisa kembali berdiri dan langsung diikuti oleh Arjuna. Laki-laki itu mengekor di belakang Lisa sampai perempuan itu berhenti di sebuah ruang rawat.

"Siapa yang sakit, Lis?" Bukannya menjawab pertanyaan Arjuna, Lisa malah memasuki ruangan itu yang mau tak mau diikuti oleh Arjuna.

Arjuna dapat melihat seseorang yang terbaring di ranjang sana dengan berbagai alas medis yang menempel di tubuhnya. Walaupun wajah orang itu terdapat alat bantu pernapasan yang menutupi separuh wajahnya, Arjuna dapat mengenali jika orang itu adalah Leon, kakak angkat Lisa.

"Loh, Leon kenapa, Lis? Kenapa dia bisa sampai kaya gini?" tanya Arjuna penuh dengan kebingungan. Lisa tersenyum kecil. Namun Arjuna tahu jika senyum yang Lisa tunjukkan menyimpan banyak luka. Mata perempuan itu terus menatap Leon dengan sendu.

"Ceritanya panjang, Jun," gumam Lisa pelan. Perempuan itu duduk di kursi sebelah ranjang Leon. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Leon.

"Ada apa sebenarnya?" desak Arjuna. Laki-laki itu berjongkok di samping Lisa. Bagaimana pun juga, Lisa dan Leon adalah bagian dari hidup Arjuna. Lisa dan Leon sudah Arjuna anggap sebagai saudaranya sendiri. Dulu, waktu Luna sakit, ibunda Lisa dan Leon juga tengah sakit. Hal itu yang membuat mereka bisa bertemu, dan dari sana mereka saling menguatkan. Luna dan Leon sama-sama memberikan suport kepada Arjuna, begitu pun sebaliknya. Dan saat ibunda mereka meninggal, disusul oleh Luna seminggu setelahnya, mereka juga sama-sama saling menguatkan. Arjuna berhutang banyak pada Lisa dan Leon.

"Oh, jadi ini pacar kamu yang udah ngehamilin kamu?"

Pandangan Arjuna dan Lisa teralihkan oleh suara seseorang. Kedua orang itu menoleh ke arah pintu dan melihat Surya, kakek Lisa sedang berdiri di ambang pintu.

"Eh, Opa," ucap Lisa.

"Jadi anak muda, kamu mau nikahin cucu saya kapan?"

• to be continued •

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang