34. Cinta

22.2K 1.7K 13
                                    

Jangan berpikir kalau aku bakal pergi atau mendua. Karena selain kamu, tak ada yang bisa membuatku jatuh cinta.

• Happy Reading •

Arina meremas tas selempangnya kasar. Dia tak tahu lagi harus melampiaskan kekesalannya kepada siapa. Ingin rasanya Arina pulang ke rumah, mengadukan semuanya kepada Brian, atau Farah. Tapi, bukankah itu sangat kekanakan?

Dengan keras, Arina menutup pintu kamarnya. Berjalan ke kasur dan terduduk di sana. Mata Arina terhenti saat melihat di depan sofa. Di sana, terdapat pecahan gelas yang tadi pagi Arjuna pecahkan. Laki-laki itu mengamuk lantaran Arina membuatkannya minum.

Dengan setengah hati, Arina berjalan ke dapur untuk mengambil sapu. Untuk membersihkan pecahan gelas tersebut, dia tak mau jika karena hal itu akan membuatnya atau Arjuna terluka.

"Aww."

Entah bagaimana kejadiannya, kaki Arina bisa menginjak pecahan gelas yang berserakan. Memang dasarnya Arina yang ceroboh, ditambah dirinya yang terlalu banyak pikiran.

"Bego banget sih, Rin," ucap Arina menahan sakit di telapak kakinya. Dan Arina bisa melihat darah yang mengucur dari sana. Dengan sedikit kesusahan, Arina menyelesaikan tugasnya. Lalu kembali berbaring di kasur empuknya. Dia tak memedulikan luka di kakinya. Walaupun terasa perih, namun lebih sakit di hatinya.

•••

Arjuna berjalan memasuki apartemennya, dengan langkah pelan tapi pasti, pemuda itu membuka pintu kamarnya. Ruangan itu masih gelap, padahal ini sudah lewat tengah malam  Harusnya Arina sudah menyalakan lampu jika memang gadis itu berada di sana. Karena khawatir dengan istri tercintanya, Arjuna segera menyalakan sakelar lampu, membuat ruangan yang tadinya gelap menjadi terang benderang. Arjuna menangkap sosok Arina yang sedang tengkurap di atas ranjang. Menenggelamkan wajah imutnya ke bantal, hal itu membuatnya tak menyadari kehadiran Arjuna. Selanjutnya, pandangan Arjuna jatuh pada lantai putih di kamarnya. Yang mana terdapat noda darah yang tak bisa di bilang sedikit. Darah itu mengarah ke ranjang, dan rasa khawatirnya semakin memuncak. Perasaan bersalah mulai muncul dalam hatinya.

"Lo ngapain?" pertanyaan itu lolos dari bibir Arjuna. Dadanya begitu nyeri saat bertanya dengan nada seketus itu kepada Arina. Namun itu semua kalah dengan rasa cemburunya terhadap Arina. Perasaannya benar-benar terluka melihat Arina bersama Gerald.

Mendengar suara Arjuna, Arina bangkit dari tidurnya. Dia menatap Arjuna dengan perasaan campur aduk. Gadis itu dengan langkah tertatih menghampiri Arjuna, mengingat kakinya tadi yang sempat menginjak pecahan beling akibat ulahnya sendiri. Gadis bercelana pendek sepaha itu berdiri di hadapan Arjuna, suaminya. Menatap dalam mata laki-laki yang kini memilikinya.

"Gue salah apa sama lo?" tanya Arina dengan suara bergetar. Air mata lagi-lagi meluncur dengan deras melewati pipinya. Tangannya mencengkeram jaket yang Arjuna kenakan dengan erat, sampai-sampai kuku jarinya memutih.

Gadis itu sudah tak dapat lagi menahan kesakitannya, dia terluka mendapati sikap Arjuna beberapa hari belakangan. Dia sakit melihat Arjuna yang tadi begitu bahagia dengan pacar barunya. Lantas, kata cinta yang selama ini Arjuna katakan berarti apa? Hanya bualan belaka? Hanya gombalan semata? Hanya untuk menggoda? Arina muak dengan itu semua!

"Lo itu kenapa?" balas Arjuna tak acuh. Tangannya menepis tangan Arina yang mencengkeram jaketnya.

"Yang kenapa itu lo! Lo nganggep gue apa? Apa, Jun?"

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang