57. Kehilangan

18.2K 808 66
                                    

• Happy Reading •

"Arina."

Arina tersenyum ketika mendapat pelukan bersahabat dari Lisa. Perempuan itu membalas pelukan Lisa dengan hangat.

"Lo apa kabar, Rin?" tanya Lisa basa-basi. Kemudian tangannya menarik Arina untuk duduk di sofa yang berada di ruang rawat Leon.

"Baik gue." Arjuna tersenyum melihat keakraban Arina dan Lisa. Pandangannya terlempar pada Leon yang sedang duduk di atas ranjangnya sembari menatapnya.

"Wah, udah sembuh Leonnya," ujar Arjuna lalu memeluk Leon.

"Iya, Jun. Makasih bantuannya," ucap Leon langsung. Dia sangat berhutang budi terhadap Arjuna setelah Lisa menceritakan semuanya.

"Yoi."

"Btw, istri lo?" tanya Leon dengan menatap Arina.

"Iya. Cantik, ya?" Leon terkekeh mendengarkan Arjuna. Arina memang cantik, tapi dia sudah punya Lisa.

"Jun," panggil Arina. Arjuna menoleh dan mendapati Arina yang mengedipkan matanya, pertanda Arina meminta kejelasan sekarang.

"Oh, iya, Lis, Le. Jadi gini, kemarin Arina sempet salah paham. Jadi sekarang-"

Ucapan Arjuna terhenti saat mendengar suara pintu yang terbuka. Semua pasang mata di ruangan itu menatap Surya yang baru saja masuk.

"Eh, ada Arjuna," ucap Surya saat mendapati Arjuna di ruangan cucunya. Arjuna tersenyum kikuk, lalu menyalami Surya dengan sopan.

"Iya, Opa." Pandangan Surya beralih menatap Arina yang kini bingung melihatnya.

"Siapa, Jun?" tanya Surya pada Arjuna.
Arjuna melirik Arina sekilas, dengan ragu dia menjawab, "adik aku, Opa." Arina melayangkan tatapan tajamnya pada Arjuna. Bisa-bisanya Arjuna mengakui dirinya sebagai adiknya. Mata Arina mulai memanas, merasa tak dianggap oleh Arjuna.

"Oh, iya, Jun. Opa udah sewain gedung buat resepsi kamu sama Lisa," ungkap Surya tanpa tahu Arina tersinggung dengan hal itu.

Maksudnya apa ini? Resepsi apa? Arina sudah tak bisa menahan emosinya, perempuan itu berdiri dan berjalan ke luar.

"Saya permisi." Arina keluar dari ruang rawat Leon dengan air mata yang sepenuhnya sudah meluruh. Sebenarnya, apa maksud Arjuna? Apa Arjuna hanya ingin mempermainkannya?

"Ayang, tunggu!"

Arina menoleh saat Arjuna menyerukan namanya. Untuk saat ini, dia tak mau lagi mendengar omong kosong Arjuna. Dia sudah muak dengan segala kebohongan Arjuna. Oleh karena itu, Arina nekat berlari guna menghindari Arjuna.

"Arin, jangan lari! Bahaya, Sayang!" peringat Arjuna khawatir. Dia menambah kecepatan larinya untuk menyusul Arina. Dia tak ingin Arina dan anaknya kenapa-napa. Arina tengah hamil besar, tak seharusnya lari-lari seperti ini.
Arina tak menghiraukan Arjuna, dia tetap berlari keluar dari rumah sakit. Dia ingin pulang dan mengadukan semuanya pada Farah atau Sinta. Dia ingin Arjuna dimarahi karena menyakitinya. Kekanakan sekali Arina.

"Arin!"

Arjuna mengusap wajahnya kasar saat Arina sudah keluar dari rumah sakit. Dan perempuan itu masih berlari menjauhinya. Dia benar-benar takut terjadi sesuatu pada istrinya.

"Rin, please. Dengerin aku dulu!"

Arjuna akhirnya berhasil menggapai tangan Arina. Laki-laki itu menarik Arina menepi dari jalan raya. Dia tidak ingin terjadi apa-apa terhadap istrinya dan calok anak-anaknya.

"Lepas, Jun! Aku nggak mau denger apapun!" Arjuna dapat melihat dengan jelas mata Arina yang memerah. Pipi perempuan itu sudah sepenuhnya basah, dan itu karena Arjuna. Sungguh, saat ini Arjuna merasa sangat bersalah. Dia harus segera menyelesaikan kesalahpahaman ini.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang