03. Tinggal Berdua

52.5K 2.9K 68
                                        

Terkadang, berawal dari benci membuat seseorang saling mencintai.

• Happy Reading •

"Ma, serius tinggal di apartemen? Kenapa nggak di sini aja?" Arjuna menatap Sinta yang kini membaca majalah di ruang tengah. Setelah tadi pagi melaksanakan pernikahan dengan Arina —tentunya tidak diketahui oleh para temannya—, sore ini Arjuna juga diusir dari rumahnya.

"Jun, Mama itu pengen kamu jadi dewasa. Minimal mandiri, lah." Sinta menutup majalah yang tadi dibacanya, lalu menatap putra semata wayangnya dengan serius. Arjuna menghela napas dengan kasar, rasanya percuma saja membujuk Mamanya. Dia sudah membujuk dengan cara apapun. Namun hasilnya nihil. Arjuna bangkit dari duduknya, meninggalkan Sinta tanpa sepatah kata pun.

Arjuna memasuki kamarnya dan langsung disuguhi pemandangan Arina yang sedang tertidur di ranjang empuknya. Arjuna berjalan ke arah Arina dan duduk di tepi ranjang, menatap Arina yang terlihat sangat kelelahan.

"Heh! Cewek aneh, bangun!" Arjuna mengguncangkan bahu Arina dengan tanpa kelembutan. Arina perlahan membuka matanya, menatap tajam Arjuna yang berani mengganggu tidur sorenya.

"Cepet beresin baju gue! Kita pindah sekarang." Arjuna bangkit, mengambil koper yang berada di atas lemari. Sementara itu, Arina menatap Arjuna dengan bingung. Kenapa harus dia?

"Kok gue, sih? Nggak mau, Arjun! Gue juga capek. Capek hati capek pikiran." Arina bangkit dari tidurnya, berjalan ke kamar mandi yang berada di kamar Arjuna. Sebelum kakinya menyentuh lantai kamar mandi, Arjuna sudah terlebih dahulu menarik tangannya sehingga kini dia berhadapan dengan Arjuna.

Menanggapi itu, Arina memelototkan matanya, merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Arjuna, suaminya.  Dan ... Arina merasa jijik menyebut Arjuna sebagai suaminya.

"Gue itu sekarang suami lo. Lo harus nurutin apa kata gue!" bisik Arjuna tepat di telinga Arina. Arina mendorong bahu Arjuna lalu berjalan menuju lemari dengan menghentakkan kakinya. Kebiasaannya jika sedang merajuk.

"Gue nggak bisa nata kayak gini, Arjun! Biasanya yang natain bunda." Arina melempar baju-baju Arjuna yang ada di dalam lemari ke ranjang. Arjuna berdecak, memungut bajunya dan melipatnya dengan rapi. Memasukkan ke kopernya sambil melirik Arina.

"Gini."

"Ya udah, lanjutin! Itu bisa sendiri." Arina berlari ke kamar mandi dengan senyum mengejeknya. Tidak bisa menata baju hanya alasannya saja, agar Arjuna tidak jadi menyuruhnya.

"Arin!" teriak Arjuna saat sadar dirinya sedang dikerjai oleh Arina. Arjuna melanjutkan menata baju-bajunya dengan hati yang dongkol. Dalam hati dia menggerutu, kenapa dia harus mendapatkan istri macam Arina?

Bugh

"Bunda, sakit." Arjuna menghentikan kegiatan menata bajunya ketika mendengar ringisan Arina. Lalu, dengan kilat dia menuju kamar mandi. Tawanya meledak seketika begitu  melihat Arina jatuh terduduk di lantai kamar mandi.

"Mampus! Kualat sama suami, kan."

"Arjun, ini sakit," gumam Arina memegangi bokongnya. Sementara Arjuna hanya menatap malas Arina. Berjalan keluar dari kamar mandi dan tersenyum puas. Begitulah mereka, sejak dulu jika sedang bersama ada saja yang diperdebatkan.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang