Apakah boleh gue bilang ini cinta, saat rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata?
• Happy Reading •
Arina menatap berkali-kali jam tangan berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, namun Arjuna tak kunjung pulang. Hal itu membuatnya khawatir. Gadis beriris mata abu-abu yang diwariskan dari kakeknya itu merasa galau sekarang, entah mengapa setelah kepergian Arjuna empat jam yang lalu membuatnya tak nyaman. Ada sesuatu dalam dirinya yang tak terima saat Arjuna tak berada di sisinya.
"Duh, Arjun ke mana, sih? Bikin khawatir aja," gumam Arina sendirian. Gadis itu menyelipkan sedikit rambutnya ke belakang telinga, kalau boleh jujur dia gerah dengan rambut yang tergerai. Namun apa daya, dia tak bisa mengikat rambut dengan rapi. Aneh memang, seorang gadis berusia delapan belas tahun tak mampu mengikat rambutnya seorang diri. Namun itulah kenyataannya, masa kecilnya selalu dimanja. Apa-apa Farah, mengingat Bundanya itu adalah seorang ibu rumah tangga.
Arina mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Arjuna yang entah berada di mana. Sebelum panggilannya berdering, Arina mematikan panggilannya. Dia tak jadi menghubungi Arjuna.
"Duh, gengsi dong kalau ketahuan nyariin. Mau taruh di mana muka gue?" Arina menatap ponselnya yang masih menampilkan kontak dengan nama Arjun. Kemudian, Arina memutuskan untuk kembali ke kamarnya setelah sebelumnya mematikan televisi yang dari tadi menontonnya. Meninggalkan ruang tengah dan banyak camilan yang menganggur di meja.
Hampir empat puluh lima menit Arina berbaring di ranjang. Puluhan posisi telah dicobanya, dari telentang, miring kanan, miring kiri, miring kanan kiri, balik kanan, sampai kaki di atas kepala ranjang pun tak sanggup membuatnya menutup mata. Dia tak bisa tidur, entahlah ada apa dengan otaknya yang tak bisa berhenti memikirkan Arjuna.
"Arjuna bego! Pakai pergi segala, nyusahin orang aja." Arina mendengkus, merasa kesal dengan Arjuna yang minggat dari rumah.
"Masak iya, gue nelfon dia. Yang ada dia kepedean, tapi gimana ini? Gue nggak bisa tidur. Yang ada gue besok jadi panda gara-gara punya kantung mata. Ah, Bunda." Arina meracau tak jelas, kebiasaannya timbul kembali. Teriak-teriak, kayak orang gila.
Gadis cantik yang sayangnya agak stres itu mulai berpikir, sampai ada lampu bohlam bersinar yang timbul dari kepalanya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah menghubungi sahabat Arjuna, Daniel atau Kenzho. Dia mulai mengotak-atik ponsel canggihnya, mencari kontak salah satu sahabat Arjuna. Sampai dia menemukan kontak Kenzho di grup kelasnya. Tanpa pikir panjang, Arina langsung menelefon Kenzho.
"Kenzho, gue Arina. Lo tahu nggak Arjun di mana?" setelah panggilannya terhubung, tanpa salam atau embel-embel kata sayang Arina langsung menanyakan posisi Arjuna sekarang.
"Emang Arjuna ke mana?"
"Kalau gue tahu nggak bakal nanya, bodoh! Bego kok dipelihara," kesal Arina saat mendengar jawaban Kenzho tak sesuai harapannya.
"Oh iya. Tapi gue nggak tahu, Rin, coba gue tanyain Daniel, ya, nanti gue hubungin lo lagi."
Arina langsung memutuskan panggilannya, rasanya percuma bertanya kepada Kenzho. Tak lama berselang, ponsel yang berada di genggamannya bergetar. Dengan gesit, gadis itu membuka pesan masuk yang dikirimkan oleh Kenzho.
Kenzho
Arjuna di club.
Sama Daniel.Arina
Anter gue skrg, gak pake lama. Jemput gue di apartemen Arjun.
![](https://img.wattpad.com/cover/147052832-288-k973729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Fiksi Remaja𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...