Terimakasih telah singgah dan bersedia sungguh.
• Happy Reading •
"Sayang." Arjuna mengusap pipi Arina dengan lembut. Dipandangnya Arina yang masih begitu manis terlelap di atas lengan kekarnya. Setelah pertengkaran mereka beberapa hari lalu yang menyebabkan mereka mengetahui isi hati masing-masing, Arjuna kerap kali bersikap lembut terhadap Arina. Dan mereka semakin dekat tentunya.
Arina tertidur dengan beralaskan lengan Arjuna, memunggungi Arjuna yang kini memeluknya dari belakang. Arjuna mengumpulkan rambut Arina menjadi satu, membuat leher putih Arina terekspos dengan jelas. Arjuna mengecupi leher serta tengkuk Arina, sesekali menggigit dan menghisapnya pelan. Membuat Arina terusik dari tidur sorenya.
"Arjuna, ngapain, sih? Aku masih ngantuk," lirih Arina. Dengan pelan, dia menjambak rambut depan Arjuna. Dia merasa risih saat bibir basah Arjuna terus mengusiknya.
"Bangun, udah sore! Katanya mau ke rumah Bunda? Jadi nggak?" Arjuna menghentikan aktivitasnya, kemudian membalikkan tubuh Arina agar menghadapnya. Iris mata hitamnya menatap wajah Arina tanpa berkedip, entah apa yang terkandung dalam diri Arina. Yang pasti, Arina bagai candu bagi Arjuna. Membuat Arjuna tak lelah-lelah memikirkan Arinanya.
"Nanti malem aja, ya? Aku mau bobok lagi," jawab Arina pelan. Dia kembali menutup matanya, berniat melanjutkan tidur cantiknya. Arjuna tersenyum kecil melihat tingkah Arina. Tangannya mengelus pelan rambut Arina, menyingkirkan anak rambut nakal Arina yang menutupi wajah ayunya.
"Mandi dulu, Sayang! Udah hampir maghrib ini, salat sekalian. Terus otw ke rumah Bunda," ucap Arjuna pelan. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, Arjuna mengusap pipi Arina. Sesekali menarik kelopak mata Arina agar kembali membuka.
"Lima menit, deh," balas Arina masih memejamkan matanya. Dia menepis pelan tangan Arjuna yang masih bergerilya di sekitar wajahnya.
"Nggak ada waktu lagi. Kamu bilang lima menit bisa jadi lima jam, cepetan bangun! Mandi, keburu dingin."
Arina membuka matanya malas, lalu menatap Arjuna dengan kesal. Dengan ogah-ogahan gadis berambut sepunggung itu beranjak dari tidurnya, kemudian duduk bersandar di kepala ranjang. Arjuna mengikuti jejak Arina, duduk di hadapan Arina yang menekuk sepuluh wajahnya.
"Nggak usah ngambek, Rin. Pilih mandi sekarang, apa nanti? Kalau nanti aku yang mandiin." bisik Arjuna tepat di depan wajah Arina. Arina yang mendengar perkataan Arjuna meneguk salivanya susah payah. Dia tak bisa membayangkan nasibnya jika Arjuna sampai memandikannya.
"Iya-iya. Aku mandi sekarang," ucap Arina pada akhirnya, gadis itu mendorong pelan dada Arjuna. Sebelum menjauh, Arjuna meyempatkan dirinya untuk mengecup singkat sudut bibir Arina. Kemudian menatap Arina dengan tatapan memuja.
"Nggak usah mandi lama-lama! Nggak usah pakai berendam segala, udah mau malem. Nanti kedinginan."
Arina mengangguk merespon ucapan Arjuna. Kemudian dengan cepat berjalan ke kamar mandi. Meninggalkan Arjuna yang kini kembali berbaring di kasur empuknya. Mengotak-atik ponsel Arina yang tadi tergeletak apik di atas nakas.
Senyum manis terpatri di bibir Arjuna saat melihat fotonya dijadikan wallpaper oleh Arina. Tangannya menari-nari di atas layar ponsel Arina, membuka galeri yang langsung terlihat foto-foto koleksi Arina. Dan yang paling banyak adalah foto Arjuna, padahal di ponsel Arjuna tak genap lima belas foto miliknya sendiri. Dan hanya didominasi oleh foto Arina. Sedangkan di ponsel Arina terdapat banyak foto Arjuna, dan lebih parahnya lagi diambil pada saat Arjuna tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Teen Fiction𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...