22. Papi-Mami

27.5K 2.3K 30
                                        

Semoga, lo adalah satu-satunya penyembuh luka dan pemanis rasa.

• Happy Reading •

Tidur Arjuna terusik oleh suara ponselnya yang terus berdering. Dengan ogah-ogahan pemuda itu bangkit dan mengambil ponselnya yang tergeletak apik di atas nakas.


"Halo?" ucap Arjuna mengawali percakapan, tangannya mengucek matanya yang masih terasa berat.

"Arjuna. Lo udah bangun? Tumbenan."

Arjuna mendengkus mendengar suara Kakaknya, Mayla yang terdengar cempreng di seberang telepon. Sebelas dua belas dengan suara Arina.

"Gara-gara lo nelpon. Ada apa?"

"Gue mau nitip Ayla ke lo, ya? Kalau mau nitip ke Mama kasihan, mama sibuk ngurus toko. Dua hari aja, kok, weekend ini kan lo libur."

"Mau ke mana lo? Nyusahin aja, gue kan mau quality time sama bini gue."

"Ya elah, Jun, perhitungan banget. Gue mau honeymoon sama suami gue, yayaya? Lo kan baik."

Arjuna tak kuasa menolak keinginan Kakaknya saat sudah memohon seperti ini. Dia begitu menyayangi Mayla sama seperti dirinya menyayangi dianya.

"Ya udah, iya. Tapi lo yang nganter ke sini, males gue. Rumah lo jauh," putus Arjuna akhirnya.

"Siap bosque."

Arjuna mematikan sambungan teleponnya, lalu menatap ponselnnya yang masih menunjukkan pukul tiga pagi. Masih terlalu dini untuk beraktivitas. Dirinya kembali berbaring, menghadap Arina yang tidur telentang di sebelahnya. Senyumnya tersungging saat melihat wajah polos Arina yang tertidur. Walaupun kamarnya remang-remang karena hanya diterangi oleh lampu tidur, namun Arjuna masih bisa melihat dengan jelas wajah damai Arina.

Arjuna mengusap pipi Arina dengan pelan, rasa kantuknya menguap seketika saat melihat Arina. Arina seperti nikotin baginya, membuatnya tak bisa berpaling dari gadis itu. Arina bagaikan candu.

"Jun." Arjuna tersenyum saat Arina membuka matanya, gadis itu menatap bingung Arjuna yang terus tersenyum. Arjuna menyangga kepalanya dengan sikunya. Memudahkan dirinya untuk menatap Arina.

"May I?" tanya Arjuna ambigu. Arina mengernyitkan dahinya bingung dengan maksud pertanyaan Arjuna.

"What?"

Arjuna tersenyum manis, sangat manis. Diusapnya pipi Arina dan berjalan sedikit ke pelipis Arina, lalu ibu jarinya berhenti tepat di sudut bibir Arina. Arina menahan napasnya saat wajah Arjuna sangat dekat dengan wajahnya. Jantungnya sudah tak bisa lagi diajak kompromi, berdegup dengan kencang tanpa bisa dicegah.

"Kiss you," balas Arjuna enteng. Arina membulatkan matanya. Ada apa dengan Arjuna? Pikirnya.

"Gilak, lo kenapa sih, Jun?"

"Gue sayang sama lo," ucap Arjuna.

Belum sempat Arina membalas ucapan Arjuna, bibir Arjuna sudah lebih dulu menempel di bibir Arina. Tangannya yang menganggur mengelus pelan pipi Arina, sementara bibirnya bergerak di atas bibir Arina.

Arina yang semula diam mulai terbuai ciuman Arjuna saat Arjuna menggigit pelan bibir bawahnya. Entah bagaimana keadannya, tubuh Arjuna sudah berada di atas tubuh mungil Arina. Sikunya sebagai penyangga agar tidak membebankan berat badannya pada Arina. Bibir basah dan kenyal milik Arjuna terus memagut bibir Arina. Arjuna yang merasakan Arina membutuhkan oksigen melepaskan ciumannya lalu mengecup pipi gadis itu.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang