56. Baik-baik Saja

16.6K 747 47
                                    

• happy reading •

"Tidur, Jun. Udah malem."

Arina mengusap lembut kepala Arjuna yang berada di perutnya. Laki-laki itu masih bertahan di posisinya yang menghadap perut sang istri sembari tiduran. Tangannya tak berhenti mengusap perut istrinya sesekali mengecupnya.

"Kamu aja yang tidur. Aku mau jagain kamu biar nggak kabur," balas Arjuna tanpa menatap Arina. Dia bertekat tidak akan tidur malam ini, dia takut Arina akan meninggalkannya jika dia tertidur.

"Ih dibilangin aku nggak bakal pergi." Arjuna tak menanggapi Arina. Dia memilih tetap dengan kegiatannya tadi.

"Aku sayang kamu, Rin," gumam Arjuna pelan. Arina menyisir rambut Arjuna dengan jari-jari tangannya.

"Aku udah tahu, Jun. Nggak usah bilang lagi."

"Kamu sayang sama aku?" Arjuna mendongakkan kepalanya, menatap Arina yang kini tengah menunduk menatapnya.

"Iya, aku sayang kamu." Arina mengangguk.

"Tapi tadi kamu mau pergi."

"Lupain soal tadi, sekarang aku udah di sini sama kamu," balas Arina.

"Kepala aku pusing, Rin," gumam Arjuna pelan. Dia merubah posisinya menjadi telentang di sebelah Arina.

Arina menatap Arjuna tak tega, tangannya terangkat untuk memijat pelipis Arjuna dengan lembut.

"Makanya, dari tadi disuruh tidur ngeyel," omel Arina.

"Kamu mau marahin aku?" tanya Arjuna sewot.

"Nggak. Nggak jadi."

Arjuna memegang tangan Arina yang berada di pelipisnya, menariknya pelan dan dia merubah posisinya menjadi miring menghadap Arina.

Arina merasakan telapak tangan Arjuna mengusap pipinya lembut, hal itu membuat senyumnya mengembang. Sekecewa-kecewanya dia dengan Arjuna, dia tetap tak bisa bersikap cuek kepada Arjuna. Seperti sekarang, laki-laki itu tengah menatapnya tanpa mengedipkan matanya sekali pun.

"Kenapa?" tanya Arina bingung. Dia melihat sorot mata Arjuna yang tidak seperti biasanya.

"Aku mau jelasin semuanya."

Arjuna berucap pelan, sebenarnya masih ada kebimbangan dalam dirinya. Dia takut terjadi sesuatu pada Arina, namun jika dia tak menjelaskan semuanya pada Arina, bisa saja Arina akan pergi darinya. Dia tidak ingin kehilangan Arinanya.

Terlihat oleh Arina jika Arjuna masih ragu untuk mengatakan padanya. Oleh karena itu, Arina segera membawa Arjuna ke dalam pelukannya.

"Kalo kamu belum siap nggak papa, aku percaya sama kamu." Dalam hatinya, Arina sungguh ingin mengetahui dan mendengarkan penjelasan Arjuna. Namun, mengingat kondisi Arjuna yang tidak stabil membuat Arina menekan egonya kuat-kuat. Dia tidak boleh egois dalam hal ini. Lagi pula, dia percaya Arjuna tidak mungkin mengkhianatinya. Buktinya, Arjuna sampai seperti ini saat dia ingin pergi.

"Tapi nanti kamu pergi kalo aku nggak jelasin ke kamu." Arjuna menggumam dengan tanpa sadar meneteskan air matanya membasahi ceruk leher Arina. Entah ada apa dengan dirinya, dia hanya takut Arina meninggalkannya.

"Aku nggak bakal pergi, Jun. Kamu jangan kaya gini, aku sedih lihatnya."

Arjuna melepaskan pelukannya saat mendengar suara parau Arina. Laki-laki itu menatap Arina yang berkaca-kaca, tangannya menghapus air matanya sendiri sebelum menghapus air mata Arina.

Melihat itu Arjuna marah dengan dirinya sendiri. Dia membuat Arinanya sedih dan menangis. Kenapa dia harus selemah ini?

"Kamu jangan nangis, Rin. Maafin aku."

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang