16. Berantakan

25.9K 1.7K 154
                                        

Andai aku tak menjadikanmu candu. Aku tak mungkin sakau sampai saat ini menjadi kacau.

• Happy Reading •

Arjuna melirik jam dinding yang tergantung di atas pintu, jam menunjukkan pukul delapan malam. Namun Arina belum kunjung pulang, itu membuatnya khawatir. Tadi sepulang dari bolos jam satu siang dia langsung tidur sampai jam lima sore. Selanjutnya dia menghabiskan waktunya dengan memasak mi instan dan menonton televisi. Sampai kini, dia sedang merokok di kamarnya sambil memainkan ponselnya. Berharap Arina akan menghubunginya.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi, di mana Arina yang mengatakan benci padanya hanya karena dia memukuli Fahri. Tadi pagi, dia merenung di roof top sekolah. Berpikir keras bagaimana dia harus menyikapi Arina.

"Lo ke mana, sih, Rin? Hobi banget bikin pusing," gerutu Arjuna mengacak rambutnya frustrasi. Pemuda itu bangkit dari duduknya di sofa dan menyambar jaketnya yang tergantung di pintu dan memakainya asal. Kemudian, dia mengambil ponselnya. Dia memutuskan untuk mencari Arina sekarang, tangannya hendak menggapai handel pintu sebelum pintu kamarnya terbuka. Arina datang dengan wajah yang terlihat lelah, kontras dengan Arjuna yang terlihat begitu khawatir.

"Lo dari mana, Rin?" tanya Arjuna hendak menyentuh tangan Arina namun Arina langsung memundurkan langkahnya. Arina menatap Arjuna dengan tatapan tak suka.

"Apa urusan lo?" ketus Arina. Arjuna menatap Arina bingung, Arina memang masih marah. Tapi seharusnya tidak bersikap seperti itu.

"Ya urusan gue lah. Gue itu suami lo."

Arina melemparkan tas sekolahnya ke ranjang, lalu menatap Arjuna dengan tajam. Seolah Arjuna adalah musuh yang sangat berbahaya dan harus segera binasa.

"Lo yang tadi ke mana?" tanya balik Arina.

"Gue bolos, males," jawab Arjuna tak acuh.

"Lo itu bodoh banget sih, Jun! Lo ngapain bolos terus ngapain ngehajar Fahri lagi? Lo ada masalah apa sama dia? Lo tahu kalau gue suka sama dia, kan? Gue nggak habis pikir sama lo, Fahri nggak pernah cari masalah sama lo. Lo tega tahu nggak?" Arjuna memejamkan matanya saat mendengar omelan Arina dengan mulut pedas gadis itu. Lalu membuka matanya dan memasang ekspresi tak mengerti.

"Apa maksud lo kalau gue hajar dia lagi?" tanya Arjuna bingung. Bukannya tadi dia langsung pulang? Sebenarnya apa yang terjadi?

"Lo tadi mukulin Fahri lagi, kan? Untung Axel dateng nolongin." Arjuna berjalan ke arah Arina. Menatap dalam iris abu-abu milik gadis itu.

"Yang bilang siapa? Gue tuh langsung pulang. Dan satu lagi, gue punya alesan kenapa gue sampe mukulin dia," ucap Arjuna memegang kedua bahu gadis yang kini berdiri di hadapannya. Arina menepis kedua tangan Arjuna yang bertengger di bahunya, dia melengos saat Arjuna menatap dalam matanya.

"Iya, alesannya karena lo nggak suka sama dia. Lo cemburu kalau gue deket sama dia," ketus Arina bersedekap dada. Arjuna memejamkan mata, menahan emosi yang siap meluap di dadanya.

"Rin, dengerin gue. Kalau masalahnya dia cuma deketin lo, gue fine aja. Lo itu milik gue, dia nggak ngaruh sama sekali. Tapi masalahnya dia itu ngerendahin lo, dia bicara yang nggak bener tentang lo. Di hadapan gue! Dan gue nggak terima itu semua. Lo ngerti nggak, sih?"

Arina menatap Arjuna yang kini mengacak rambutnya, matanya menatap nyalang ke arah pemuda di hadapannya. Dirinya tak rela saat Arjuna mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Fahri.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang