Perhatian kecilmu saat ini, membuatku berpikir ribuan kali untuk pergi.
• Happy Reading •
"Mau makan apa?" tanya Arjuna saat setelah meninggalkan apartemen.
Tepatnya, sekarang mereka berada di dalam mobil Arjuna. Arjuna menatap Arina yang duduk di sampingnya. Arjuna akui, gadis itu cantik, wajahnya yang oval dengan bibir tipis membuatnya tidak seperti gadis seusianya. Ditunjang dengan matanya yang sedikit sipit membuatnya terlihat manis. Juga kalung emas putih yang melingkari lehernya menambah kesan anggun pada dirinya. Namun, Arjuna segera menepis pujian-pujian baik yang akan diberikannya ke Arina saat mengingat sikap gadis itu. Sikap Arina benar-benar membuat Arjuna kewalahan, yang membuat Arjuna kesal terhadapnya. Manja, childish, cerewet, songong, apalagi suka bicara ngawur. Kadang bicara kotor, lalu beristihgfar. Benar-benar ajaib.
"Mi ayam, kayaknya enak deh waktu dingin gini," jawab Arina tanpa menoleh ke arah Arjuna, dirinya sibuk membalas pesan dari Fahri yang meminta maaf kepadanya karena tidak mengangkat panggilannya. Fahri merupakan teman dekat Arina, belum bisa dikatakan pacaran karena memang mereka belum memiliki kepastian. Dan kadang Arina bosan menunggu kepastian itu datang.
"Lo ngode gue?" Arina menatap Arjuna tidak mengerti saat mendengar jawaban Arjuna yang membingungkan.
"Iya, lo ngode, pakei bilang dingin. Biar gue peluk, kan?" Arina melotot mendengar penuturan Arjuna. Apa-apaan?
"What? Pede gila, lo! Ogah amat dipeluk sama lo, jangan-jangan ... lo yang pengin meluk gue?"
"Gue sih nggak niat, tapi kalau lo mau ya nggak apa-apa, kok. Dada gue siap jadi sandaran lo."
Arina memutar bola matanya dengan malas. Di sekolah, dia sering mendengar Arjuna berkata seperti itu kepada para gadis yang ada.
Arjuna diam saat tak mendapati sahutan dari Arina, dia mengendarai mobilnya dengan tenang. Jalanan agak lenggang malam ini, membuatnya tak perlu emosi untuk menghadapi macet.
"Jun, di kedai deket toko buku aja. Di sana enak. Percaya deh." Arjuna hanya mengangguk mendengarkan ucapan Arina. Arina pun heran, Arjuna tidak seperti biasanya yang selalu membantah ucapannya. Tapi dia tak ambil pusing, malah bersyukur karena Arjuna tidak membuatnya kesal.
"Gue tunggu di sini aja, rame banget. Enakan makan di rumah." Arina berkata setelah Arjuna menghentikan mobilnya tepat di depan kedai penjual mie ayam. Memang benar, kedai itu terlihat ramai. Jadi, tanpa membantah ucapan Arina, Arjuna langsung turun dan menuruti perintah Arina. Tanpa sepatah kata pun.
"Tuh anak kenapa, sih? Aneh bener. Tapi bodo amat dah," gumam Arina sendirian.
•••
Arjuna menghela napas pelan saat keluar dari dapur, dilihatnya Arina yang tidur di sofa panjang yang berada di ruang tengah. Tadi, sehabis makan dia menonton televisi di sana. Dan kini dia ketiduran di depan televisi dengan posisi yang tidak bisa dibilang anggun. Kakinya terangkat ke sandaran sofa dengan kepala yang hampir menyentuh lantai. Untung sofa di sana tidak terlalu tinggi.
"Nyusahin aja sih nih cewek," gerutu Arjuna takjub melihat tingkah Arina. Dia berjalan ke arah televisi dan mematikannya, kemudian menghadap Arina yang sedang menikmati tidur manisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Ficção Adolescente𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...