60. Masih Peduli

15.1K 762 29
                                    

• Happy Reading •

Dengan tangan kiri yang menepuk pantat Ardan pelan, Arjuna duduk di sofa yang berada di kamar Arina sembari memakan makanan yang telah Arina ambilkan. Arina bukannya istri yang tak peka. Dia sudah mengambil alih Ardan tadi, namun anaknya itu kembali menangis. Dan dia bisa terdiam setelah kembali Arjuna gendong. Entahlah, Arina tak mengetahui kenapa bayinya bisa seperti itu. Ardan seakan tak membiarkan Arjuna pergi. Mungkin, bayi itu tahu bila Arjuna pergi akan ada hal tak baik yang akan menimpa hubungan kedua orang tuanya.

"Kamu udah makan, Rin?"

Arjuna menatap Arina yang kini duduk di tepi ranjang. Perempuan itu hanya diam sejak tadi, dia enggan memulai obrolan dengan Arjuna. Entah ada apa, hatinya hanya belum siap. Dia masih terlalu sakit hati pada Arjuna.

"Udah."

Arjuna kembali terdiam mendengar perkataan Arina yang ketus, tak berniat berbicara lebih. Dia lebih memilih melanjutkan aktivitas makannya.

Sementara itu, Arina menatap Arjuna dalam diam. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia kasihan terhadap Arjuna. Dia merindukan laki-laki itu. Harusnya dia bahagia saat ini. Arjuna dan Ardan ada di sisinya. Namun, Arina juga tak paham dengan dirinya sendiri. Sesuatu dalam dirinya terus mendorongnya untuk terus bersikap tidak peduli pada Arjuna.

"Aku aja yang beresin."

Arina mengambil alih peralatan makan Arjuna. Kemudian, perempuan itu keluar dari kamarnya. Tak lama berselang, perempuan itu kembali lagi. Saat membuka pintu, dia melihat Arjuna yang sedang memeluk Ardan di atas ranjang. Laki-laki itu terlihat sangat kelelahan. Hanya saja, tangannya tak berhenti untuk mengusap dahi Ardan agar anak mereka tenang.

Melihat itu, Arina mengurungkan niatnya untuk memasuki kamarnya. Dia segera membalik badan untuk keluar. Namun, suara Arjuna menginterupsinya, "Mau ke mana, Rin?"

"Tidur," ujar Arina masih bertahan dengan nada ketusnya.

"Mau tidur di mana? Ini kamar kamu, kan?" tanya Arjuna tidak mengerti. Laki-laki itu berdiri dan mendekat ke Arina. Namun, sedikit banyak dia paham jika Arina tidak mau tidur satu ranjang dengannya.

"Kita perlu bicara, Ayang. Banyak hal yang harus aku jelasin," mohon Arjuna.

"Jun, udah malem. Besok masih ada waktu," kilah Arina. Arjuna menghela napasnya.

"Ya, udah. Kamu tidur, gih! Temenin Ardan."

"Terus kamu?"

"Aku bakal pulang. Aku tahu kamu nggak nyaman ada aku. Kamu butuh waktu sendiri buat merenung, besok aku ke sini lagi buat jelasin semuanya. Semua bakal baik-baik aja." Arjuna memberikan senyum manisnya pada Arina. Senyum yang semua orang tahu menyimpan banyak luka.

"Tapi, Jun. Kayaknya mau hujan," ucap Arina bermaksud mencegah.

"Nggak apa-apa, aku nggak selemah itu takut air hujan. Kamu baik-baik, ya, jagain anak kita. Aku sayang kamu."

Setelah mengatakan hal itu, Arjuna keluar dari kamar Arina. Dia sudah berniat mencium kening Arina tadi, namun Arina yang memundurkan dirinya membuat Arjuna paham. Arina menolaknya. Dan hal itu membuat Arjuna lagi-lagi menelan kekecewaan. Dia kembali merasa manusia paling bodoh.

Arjuna keluar dari kediaman rumah Arina dengan perasaan campur aduk. Dia kecewa, marah, sedih, hatinya sakit. Dia benar-benar telah mengecewakan Arina sangat dalam. Dia sudah begitu menyakiti Arina. Dia hanya bisa berdoa dalam hati. Semoga, besok berjalan seperti rencananya. Dia akan membawa Lisa serta Leon untuk menjelaskan ke Arina. Dia tidak mau lagi Arina salah paham padanya.

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang