Tetep cinta, senajan bojoku galak.
• Happy Reading •
Arina membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur. Berbagai gaya sudah dia coba agar dapat memejamkan mata. Seperti telentang, tengkurap, miring kanan, miring kiri, miring kanan kiri, kaki di kepala ranjang, sampai-sampai kepala yang hampir menyentuh lantai. Dirinya tak bisa tidur dengan tenang lantaran nyeri yang Arina rasakan di perutnya. Entah mengapa, tamu bulanannya kali ini sungguh menyiksanya. Kepalanya pusing juga perutnya yang terasa digilas dan diremas.
"Bunda." Lagi-lagi rengekan kecil keluar dari bibirnya. Tak biasanya Arina merasakan sesakit ini saat menjadi astronot. Hampir saja dia menangis jika tak ingat usia. Arjuna entah ke mana saat dia memutuskan untuk pergi ke kamar, untuk tidur. Padahal jam masih menunjukkan pukul delapan malam.
Getaran ponsel Arina yang berada di bawah bantal mengalihkan perhatian gadis yang sedang menungging itu. Dengan malas Arina mengambil ponselnya, lalu merubah posisinya menjadi berbaring dengan manis.
"Kenapa Sa?" tanya Arina saat mendengar suara Nesya dari ponselnya.
"Rin. Lo baik, kan? Cantik lagi." Arina memutar bola matanya malas, jika sudah begini pasti ada yang Nesya inginkan darinya.
"Nggak usah sok muji. Lo mau apa?" ketus Arina. Tangannya mengusap pelan perutnya yang terasa mulas.
"Hehe. Tahu aja lo, gue cuma minta dikirimin tugas fisika. Kan dikumpul besok."
"What? Gue lupa, njir."
Dengan sigap, Arina mematikan sambungan telefonnya dan melempar ponsel canggih itu ke tengah kasur. Dengan berjalan pelan dia bergerak menuju meja belajarnya. Dia benar-benar lupa jika ada tugas yang belum dia selesaikan. Ini semua gara-gara Arjuna yang terus membuatnya kesal. Alhasil, Arina jadi malas.
Dengan kesal, gadis itu mengobrak-abrik isi tasnya. Mencari buku tugas fisika yang bodohnya dia lupa ada di mana. Jika bukan Pak Kumis gurunya, Arina tak akan mau repot-repot seperti ini. Bukan, bukan Pak Kumis namanya. Namun Pak Ridho. Guru Fisika ter-killer sesekolah Arina.
"Arjunaa!" Teriakan Arina menggema di penjuru kamar itu. Dia terpaksa berteriak lantaran tak menemukan buku tugasnya. Gadis itu benar-benar terlihat sangat frustrasi.
"Kenapa, sih? Pakai teriak-teriak segala."
Arjuna membuka pintu kamarnya, dan langsung dihadapkan dengan Arina yang kini duduk bersimpuh di lantai dengan segala macam buku tulis di hadapannya. Arjuna memandang Arina bingung. Gadis itu tadi pamit ingin tidur. Sekarang apa?
"Kenapa berantakan?" tanya Arjuna. Pemuda itu duduk di hadapan Arina, menatap Arina yang kini menunduk. Arina mendongak, memandang Arjuna dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa nangis?" tanya Arjuna lembut. Namun, di balik kelembutannya terselip kekhawatiran.
"Buku tugas fisika gue ilang," ungkap Arina jujur. Mendengar jawaban Arina, Arjuna menghela napas. Agak bingung dengan sikap Arina, kenapa hanya karena hal sekecil ini harus menangis?
"Oh."
"Kok cuma oh, sih? Cariin kek! Gue kesel sama lo!" pekik Arina. Dia berdiri, lalu berjalan ke kasur dengan menghentakkan kakinya. Childish. Sementara Arjuna hanya mengusap dadanya sabar, dia jadi serba salah saat di hadapan Arina. Dirinya selalu salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Girl!
Teen Fiction𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 ✓ Anak SMA seperti Arjuna dan Arina memang suka penasaran, selalu bilang ingin cepat dewasa, dan gemar mencoba banyak hal. Namun, pernikahan jelas bukan salah satunya. Dua manusia itu menentang habis-habisan keputusan kel...