14. Salah Paham

17.7K 1.1K 0
                                        

Setidaknya diriku pernah berjuang.

• Happy Reading •

"Lo sentuh dia, kita putus!"

Suara seseorang menghentikan gerakan tangan Bella yang ingin mendorong Arina. Bella menoleh ke belakang, menatap Arjuna yang menatapnya penuh amarah.

"Kok gitu, sih, Jun? Dia kan emang pelakor," keluh Bella menatap Arjuna dengan tatapan memelas. Oh, sungguh menjijikan.

"Heh. Yang pelakor itu lo ya, jalang. Lo nggak tahu kan kalau Arina itu putus sama Arjuna karena lo? Sebelum sama lo, Arina udah pacaran sama Arjuna. Mereka putus gara-gara lo dateng, lo nggak ngaca, sih. Pelakor kok teriak pelakor." Angel berucap dengan tanpa dosanya. Yakinlah, semua yang diucapkan Angel semuanya bohong. Itu hanya akal-akalannya saja untuk membuat Bella malu dengan kelakuannya.

"Lo nggak usah ngarang cerita, ya! Gue nggak percaya," murka Bella menatap Angel dengan tatapan paling mematikan. Sementara Angel dan Bella sedang berargumen, Arjuna menarik tangan Arina untuk menjauhi kerumunan itu. Membawa gadis itu ke taman belakang, yang mana selalu sepi tak ada satu orang pun yang terlihat di sana. Itu adalah tempat strategis yang mereka butuhkan untuk berbicara berdua.

"Ini semua gara-gara lo tahu nggak?" bentak Arina setelah sampai di sana. Menghempaskan tangan Arjuna yang tadinya mencekal tangannya. Dia menatap Arjuna dengan air mata yang masih mengalir dari kedua mata indahnya. Bagaimana tidak marah jika dirinya disebut-sebut sebagai pelakor di hadapan banyak orang yang mengenalnya? Disebut jalang, bahkan sampai membawa-bawa orang tuanya. Rasanya sakit sekali, melebihi ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

"Gue udah bilang, kan? Harusnya lo nggak ngomong kayak gitu! Lihat sekarang jadinya, gue yang kena. Dia pakai bawa-bawa nama orang tua gue, gue nggak terima, Jun."

Arjuna memejamkan matanya mendengar omelan Arina yang dilontarkan kepadanya. Juga pukulan pelan pada dadanya yang diberikan bertubi-tubi oleh Arina. Arjuna akui memang dia yang salah dalam hal ini. Namun, bukankah mereka suami istri? Yang salah itu mereka yang tidak tahu status Arina dan Arjuna.

"Iya. Maafin gue, gue yang salah. Udah jangan nangis lagi!" ujar Arjuna menarik Arina untuk dipeluknya. Arina tidak berontak, dia menangis di dekapan Arjuna. Bukannya reda, malah tangis gadis itu semakin menjadi. Ya gitu, perempuan kalau sudah lelah, kesel, marah, bawaannya pengin nangis. Dasar cewek.

"Lo jahat tahu nggak? Gue nggak suka," ucap Arina mendongak menatap Arjuna yang kini menunduk untuk mengelus rambut lembut milik Arina.

"Brarti kalau gue baik suka dong?" tanya Arjuna dengan tatapan jahilnya, Arina mencebikkan bibirnya. Membuat Arjuna gemas dibuatnya.

"Nggak juga!"

"Jangan manyun, ih! Gue cium lama-lama," ancam Arjuna.

"Atau mau nanti di kamar aja? Kan bisa olahraga sampai pagi lagi," goda Arjuna terus-menerus. Arina memandang Arjuna dengan sebal lalu melepaskan pelukan mereka. Kenapa laki-laki di hadapannya ini sangat mesum?

"Arjun, ih! Otak lo bersihin ngapa, sih? Gimana kalau ada yang denger?" dengkus Arina yang mulai sebal dengan sikap Arjuna.

"Ya nggak apa-apa. Inget nggak waktu kita begadang sampai jam lima? Itu rasanya sesuatu," kata Arjuna ambigu. Arina menautkan alisnya pertanda tak mengerti. Namun gerakan mata Arjuna yang mengarah ke dadanya membuat Arina membulatkan matanya. Dia segera memukul lengan Arjuna dengan kasar.

"Lo kalau masih lihatin punya gue, gue bakal potong punya lo," ancam Arina yang langsung membuat Arjuna diam di tempat.

"Nanti nggak bisa naena lagi dong, Sayang."

"Naena mata lo!" maki Arina yang sukses membuat Arjuna terkekeh. Gadis itu berbalik dan berniat pergi meninggalkan Arjuna. Perasaannya sudah membaik karena godaan-godaan kecil Arjuna yang mencoba menghiburnya.

"Mau ke mana?" tanya Arjuna.

"Ke kelas, jangan ikutin gue! Lo di sini sampai gue pergi, lo maju, lo habis."

Arina berjalan meninggalkan Arjuna yang kini menatap geli ke arahnya. Membuat Arina kesal adalah hal yang menyenangkan menurut Arjuna. Gadis itu berkali-kali lipat bertambah cantik dan manis. Arjuna tersenyum, rasa itu mulai menemukan titik terang. Bukan lagi sepercik rasa yang masih buram. Arjuna sekarang menyadarinya, dia menyukai Arina. Walaupun masih dalam tahap suka, setidaknya dia tak lagi melawan takdir Sang Kuasa.

"Oh ... jadi bener kalau lo udah tidur sama dia?" Arjuna menatap tak suka kepada seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Orang itu adalah Fahri. Tanpa Arina dan Arjuna sadari, sedari tadi Fahri mengikuti mereka sampai mendengar seluruh percakapan mereka.

"Apa urusan lo?" ketus Arjuna hendak melangkah pergi sebelum pertanyaan Fahri menyulut emosinya.

"Dia udah tidur sama siapa aja? Lo yang ke berapa?"

Bugh

Satu pukulan lolos mengenai pipi kiri Fahri, Arjuna tidak terima terhadap siapapun yang merendahkan Arina.

"Jaga ucapan lo, bangsat! Lo ngomong kayak gitu seolah Arina itu cewek nggak bener," ujar Arjuna berapi-api. Fahri memandangnya remeh, apa dia belum tahu siapa Arjuna kalau sudah marah?

"Emang gue salah ngomong? Gue kan cuma nanya, lo kan yang udah tidur sama dia."

"Lo ngomong yang nggak bener lagi tentang dia, lo habis sama gue." Arjuna ingin sekali menghajar laki-laki yang kini berdiri menantang di hadapannya.

"Apanya yang nggak bener? Cewek itu? Emang semuanya fakta, kan? Gue nyesel pernah suka sama dia. Rencananya sih gue pengin nidurin dia dulu, tapi lo udah nyolong start duluan."

Arjuna dibuat naik pitam mendengar ucapan Fahri yang kurang ajar, dan terkesan merendahkan Arina. Laki-laki itu maju, meninju Fahri yang membuat Fahri terhuyung ke belakang. Fahri membalas pukulan Arjuna, dan tepat. Satu pukulan keras mengenai sudut bibir Arjuna sehingga mengeluarkan darah segar.

"Bangsat!" umpat Arjuna. Dia maju dan memukuki Fahri dengan membabi buta. Tak peduli jika nanti dia akan mendapat hukuman dari Papanya. Fahri terjatuh ke tanah saat tak bisa mengimbangi tubuhnya, membuat Arjuna kini duduk di dadanya. Arjuna memandang hasil karya tangannya yang membuat banyak luka lebam di wajah Fahri. Jangan remehkan kemampuan Arjuna jika bertarung, dia adalah juara taekwondo semasa SMP.

"Sekali lagi lo ngerendahin dia, gue bakal bikin lo kehilangan nyawa," pesan Arjuna menepuk pelan pipi Fahri yang sudah terkapar di tanah. Arjuna bangkit dan melangkah pergi.

"Satu lagi. Jangan deketin Arina atau nyawa lo taruhannya."

"Arjun!" Arjuna menghentikan langkahnya saat mendengar suara Arina yang memanggilnya, laki-laki itu menoleh dan mendapati Arina sedang membantu Fahri untuk bangun.

"Jun, lo jahat tahu nggak? Gue nggak mau kenal sama lo lagi."

• To be continued •

Oh, My Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang