Dirumah mewah milik Keynal, tampak ramai oleh orang-orang yang bertugas untuk mendekorasi ruangan. Ada yang mengangkat bunga sebagai hiasan, ada yang mengangkat bangku-bangku dan menyusunnya sedemikian rapih hingga masih banyak lagi yang silih berganti menjelajahi rumah Keynal yang untuk pertama kalinya sangat ramai setelah sekian belas tahun setelah pemakaman mendiang istrinya. Dirumah Keynal akan dilangsungkan Akad pernikahannya dan pada malam harinya Resepsi pernikahan akan berlangsung disalah satu grand ballroom hotel milik rekan kerjannya.
"Aduhh Pak. Itu kursinya miring dikit ituu"
"kok warna bunganya putih sih? Kan saya pesan warna ungu!"
"Pak.. Pak, itu terpalnya bikin diluar donk"
Melody yang ditunjuk sebagai Designer baju pernikahan dan WO acara pernikahan Keynal, tampak pusing mengamati beberapa bagian ruang tamu yang menurutnya masih memiliki kekurangan. Beberapa kali dia meminta pada bawahannya untuk mengangkat dan memindahkan beberapa benda penting tak penting.
"Kak Mel minum dulu nih, makasih loh udah mau bantuin buat acara besok"
Melody menerima dengan senang hati segelas air dingin yang diberikan Veranda dan menghabiskannya dalam satu kali minum.
"duh Ve, ini tuh biasa aja kali. Dulu tuh yah Keynal sama mendiang istrinya jauh berkali lipat repot bantuin hajatanku. Yah anggap aja sebagai tanda pertemanan kita setelah kamu menikah dengan Keynal besok"
Veranda tersenyum mendengarnya. Bersyukur memiliki teman yang lebih dewasa darinya seperti Melody yang sudah begitu baik padanya, yah meski sedikit menyinggung mendiang istri Keynal namun dia tak merasa sakit hati atau terpinggirkan. Menurutnya cemburu pada seseorang yang sudah tenang disurga bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.
"permisi bu....." salah seorang pegawai WO mendatangi Melody dan Veranda.
"iya pak? "
"nngg-Anu bu. Piano besar disudut ruangan gak dipindahin?" tanya pegawai berjenis kelamin pria tersebut.
"itu jangan dipindah. Dari dulu emang disitu tempatnya, lagiankan ada yang lagi pakai piano itu kan?" kata Melody
"iya bu, anak pemilik acara lagi main piano disana"
"yaudah kamu urus yang lain aja. Piano disana gak boleh dipindahin satu senti pun! Nanti kalian bisa dimarahin sama yang lagi main" Sang pegawai pun pamit undur diri dan mulai melanjutkan pekerjaannya sesuai arahan Melody.
"kenapa gak dipindah kak? Bukannya itu jadi bikin sempit ruangan yah?" tanya Veranda.
Melody memasang senyum tipis ketika mendengarnya.
"dari seluruh benda dirumah ini cuman piano itu yang gak boleh bergerak Ve. Itu piano kesayangan Naomi dan almarhum Mamanya" Veranda mengganguk mengerti.
"waktu Naomi umur 12 tahun, Keynal pernah berencana menjual Piano itu tapi Naomi marah banget sama dia, bahkan Naomi pernah mendiami Keynal selama 2 minggu karena rencana itu. Tapi yah gitu sih, Keynal ngalah jadi Piano itu tetap bertahan disana"
***
Naomi tampak menikmati permainan pianonya mengabaikan manusia yang berlalu-lalang dirumahnya. Tangannya bergerak lincah memainkan sebuah lagu favoritnya seorang diri. Mulutnya sesekali bergumam menyanyikan lirik lagu yang sudah dia ingat sejak masih kecil.
"permainan piano kamu bagus juga yah"
Naomi sedikit tersentak kaget saat melihat Veranda sudah berdiri disebelahnya dengan senyum manis terpahat diwajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
FanfictionHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...