"Selamat nak Naomi, kamu berhasil"
Mata Naomi membulat menatap tak percaya mendengarnya, tangannya bergetar kecil menerima surat dari kepala sekolahnya.
"I-ini serius Pak ?"
"iya Naomi"
Naomi membuka surat tersebut dan membacanya lamat-lamat. Dan benar saja, dalam surat tersebut sudah tercetak nama lengkapnya yang otomatis membuat senyum Naomi mekar sempurna.
"bagaimana bisa mereka menerima saya ? Padahal nilai saya tidak terlalu memadai" tanya Naomi yang masih tidak percaya.
Pak kepala sekolah hanya bisa tersenyum sambil mengganguk kecil sebagai jawabannya. "Mungkin karena nama belakang kamu seorang Algibran makanya mereka menerimanya" canda kepala sekolahnya.
Naomi hanya terkekeh kecil mendengar candaan kepala sekolah. Kini masa depannya sudah berada dalam genggamannya.
"kalau begitu saya pamit dulu Pak" pamit Naomi undur diri.
Begitu pintu ruang kepala sekolah tertutup, mata Naomi berseliweran mencari Frieska diantara seluruh masyarakat sekolah yang baru menyelesaikan ujian nasional. Hingga akhirnya mata Naomi menemukan Frieska yang berjalan menuju taman belakang dengan langkah cepat membuat Naomi otomatis berlari menggejarnya.
"Frieska tunggu !!" seru Naomi yang tak di hiraukan Frieska.
Frieska semakin mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan seruan Naomi memanggil namanya. Rasa kecewa dan sakit hati masih sangat membekas di hati Frieska sehinga membuat untuk pertama kali dalam hidupnya Frieska mengabaikan panggilan Naomi.
"Frieska tunggu !"
Langkah Frieska terhenti ketika tangan Naomi berhasil menghentikannya. Terlihat Naomi sendiri ngos-ngosan lelah efek mengejar Frieska. Namun bukannya kasihan, Frieska justru menghempaskan tangan Naomi dari lengannya.
"Frieska dengarkan saya terlebih dahulu. Saya bisa menjelaskannya" Naomi kembali menarik Frieska lebih keras membuat Frieska beralih menatap Naomi.
"tolong dengarkan saya" Naomi memelas menatap Frieska. Frieska hanya bisa membisu tak bersuara, dirinya begitu enggan untuk berbicara bahkan untuk menggenal Naomi kembali.
"gak ada yang perlu gue dengar lagi dari mulut penuh dusta kek lo!" kata Frieska sinis.
Naomi tersentak mendengar penuturan sinis dari Frieska. Untuk pertama kalinya Naomi mendengar nada sesinis itu keluar dari mulut Frieska.
"saya tidak pernah berharap perasaan ini ada..."
Frieska membuang wajahnya tak menatap Naomi. Rasa kecewanya dari kenyataan yang baru dia ketahui sudah terlanjur membesar turut menghancurkan cinta yang selama ini dia jaga hanya untuk Naomi.
"saya tidak tahu sejak kapan perasaan saya berbeda, saya berusaha menepisnya berulang kali. Tapi nyatanya saya gagal, saya terlanjut terjerat pada perasaan ini"
"lo munafik Naomi!!"
Naomi menunduk mendengar bentakkan Frieska sarat rasa sakit.
Frieska mengahilkan pandangannya menghadap Naomi. Kedua tangannya mencengkram bahu Naomi untuk menatap kedua bola matanya yang memandang sendu."lo tau kalo gue cinta sama lo, tapi selalu lo tolak dengan alasan ini gak boleh. Tapi kenapa lo bisa jatuh hati pada seseorang yang gak seharusnya ? Kenapa bukan gue!!" cerca Frieska melampiaskan rasa kecewanya.
"F-Fries....."
"lo selalu nolak gue Mi ! Lo selalu berpegang teguh pada prinsip lo untuk gak terjebak dalam perasaan seperti ini. Tapi kenapa Veranda begitu mudahnya mematahkan hal itu dalam waktu singkat seakan-akan perjuangan gue selama ini demi meyakinkan lo itu gak ada artinya!!?" suara Frieska semakin meninggi. Semua rasa kecewa yang ia rasakan dia lepaskan semua pada si sumber rasa kecewa itu muncul. Dia masih tak menyangka bahwa Naomi bisa melanggar ucapannya sendiri dalam sekejap karena kehadiran Veranda dalam kehidupannya yang terbilang singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
Fiksi PenggemarHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...