14. You Are The Apple Of My Eye

8.2K 562 26
                                    

Seperti sudah menjadi siklus alamiah dalam hidupnya, mata Veranda perlahan mulai membuka di jam 5 subuh. Rasa berat di bagian mata karena menangis semalam menghilang ketika tubuh sudah memberontak  untuk melaksanakan aktivitas hariannya.

Veranda menarik nafas dalam-dalam sembari merentangkan tangannya selebar mungkin mengisi ranjang. Namun dia seolah tersadar pada satu fakta yang dia ingat betul semalam. Naomi tidur memeluknya semalaman. Mata Veranda melebar dan ia mulai meraba tempat disebelahnya dimana seharusnya ada seonggok manusia disana.
"loh, kok gak ada?"

Veranda langsung terduduk diranjangnya. Ia mengitari seluruh kamarnya sambil memanggil nama Naomi seperti anak kehilangan induknya.

"udah bangun kali yah?" Veranda menatap ke jam dinding yang masih menuju pukul 5 lewat 9 menit. "mungkin udah bangun" kata Veranda menarik kesimpulan.


Veranda langsung mencuci mukanya dikamar mandi dan tak ketinggalan mencapol rambutnya dengan jepitan rambutnya. Veranda pun keluar dari kamar untuk mengecek apakah benar Naomi sudah bangun.

"loh, kok gak ada orangnya?" Veranda menatap kaget pada kamar Naomi yang kosong dan rapih. Bahkan ia tidak mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Kamar Naomi benar-benar tak berpenghuni.

Dengan menghentakan kaki dan raut wajah yang kesal Veranda turun ke dapur dimana bi Sisil yang baru saja menunaikan ibadah subuh diruang khusus yang disediakan Keynal.

"Bi, ada liat Naomi gak?"

"Non Naomi lagi keluar bu, dia lagi jalan santai. Katanya sih pulang bawa nasi uduk didepan komplek" Mendengar penjelasan dari bi Sisil membuat Veranda melotot ngeri bukan main.

"kaki diakan masih sakit ! Kok bi Sisil kasih keluar!" bi Sisil meringgis mendengarnya, mendadak ia tak enak hati pada majikan barunya.

"a-a-nu bu, i-itu tadi non Naomi yang maksa mau keluar..."


"ya kenapa gak di cegah sih, Bi. Kalo kaki Naomi tambah parah gimana? Lagian Naomi kenapa keras kepala banget sih, gak ngerti apa kalo aku khawatir" Veranda misuh-misuh tak jelas sekarang. Sesekali ia menghentakan kaki dan meremas bajunya menahan kekesalan. Baru semalam rada jinak, udah lepas lagi! Pusing Veranda.

Veranda duduk diruang tengah dengan bersedekap dada. Ia menghela nafas gusar sambil melirik jam yang sudah menujukan pukul 6 lewat 15 menit. Sudah satu jam dia menunggu Naomi yang tak kunjung pulang dari jalan paginya.

"kenapa lama banget sih perginya? Kalo mau jalankan bisa ajak aku sekalian biar sekalian jagain dia, nih masa pergi sendirian. Kalau Naomi dijalan keseleo atau kesandung batu gimana? Gak ada yang nolongi lagi. Tuh anak demen banget bikin orang khawatir" dumel Veranda.

Tak lama kemudian yang ditunggu akhirnya pulang dengan kantong kresek ditangannya. Dengan langkah yang masih susah, Naomi berjalan menuju dapur tanpa melihat Veranda yang sudah menatapnya tajam.

"kamu dari mana?"

Seketika Naomi menghentikan langkahnya. Perasaannya mendadak tak enak mendengar nada dingin yang keluar dari mulut Veranda. Apalagi tatapan perempuan itu sangat tajam menghujam Naomi membuatnya terdiam dalam pijakan.

Dengan bersedekap dada, Veranda melangkah dan berdiri didepan Naomi dengan tatapan kesalnya. "Kamu dari mana? Kenapa jam segini baru balik?" tanya Veranda lagi.

Naomi memasang raut wajah groginya menatap Veranda yang menuntut jawaban darinya
"S-saya cuman berkeliling komplek saja untuk jalan santai saja. Saya juga membeli nasi uduk yang terkenal enak didepan komplek, heheheh" dengan cengirannya Naomi mengangkat nasi uduk yang sudah dia bawa kehadapan Veranda, meski Veranda masih menatap kesal padanya.

My Step MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang