11. Cemburu?

9.7K 585 38
                                    

Pagi hari pun tiba. Naomi pun sudah terbangun dari tidurnya dengan senyum lebar dibibirnya sebelum matahari meninggi dari ufuk timur. Hari ini perasaannya sedang dalam kondisi baik, ahh bukan-bukan, kali ini kondisi hati dan perasaannya jauh lebih baik dari yang biasa. Apalagi ketika Naomi teringat percakapan singkatnya dengan Veranda tadi malam, seolah memberi sebuah suntikan semangat hari ini.

Didepan cermin Naomi sibuk menata diri sambil sesekali tersenyum didepan cermin. Dengan gaya rambut kuncir satu serta kacamata baca yang selalu dia gunakan, Naomi langsung menyambar tas ransel sekolah berwarna hitam miliknya dan bergegas menuju ruang makan dimana mungkin seseorang yang menjadi alasannya untuk bersemangat dihari ini telah menunggu disana.


Namun sesuatu diluar perkiraannya terjadi.



Tepat diujung anak tangga, Naomi menghentikan langkahnya. Senyum manisnya perlahan luntur menyisahkan sebuah keterkejutan hingga membuatnya lupa untuk bernafas dalam beberapa detik. Matanya menangkap langsung pemandangan yang seketika menghancurkan mood Naomi yang awalanya baik menjadi buruk. Mungkin bukan mood saja yang hancur, tapi jauh didalam hatinya ada sebuah perasaan yang ikutan hancur.


"sshhhh Nal... Uuudahh nanti Naomi liatt" suara serak menahan nafsu dari Veranda tak dipedulikan Keynal yang masih aktif mencumbu liar leher jenjang Veranda.


"aakhuu kangen kamu... Semalam kamu sudah tertidur duluan Vheee" nafas Keynal berat seiring suaranya yang turut memberat menahan birahi pada istrinya.


Kali ini bibir Keynal berpindah meraup bibir mungil Veranda. Dengan nafsunya dia melumat bibir itu, Veranda pun membalasnya, jujur nafsunya sudah meningkat ketika merasakan Keynal memeluk erat tubuhnya ketika memasak sarapan namun dia mencoba menahannya karena tidak ingin jadi bahan tontonan bi Sisil atau Naomi.


Jantung Naomi berdebar liar melihatnya. Lagi-lagi perasaan menyesakkan itu menggurung hatinya. Ada perasaan tak terima dan amarah dalam hatinya melihat Veranda disentuh sebegitu intim oleh Papanya sendiri, dan itu terjadi didepan matanya sendiri untuk kali kedua. Dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa merasakan sesakit ini melihat pemadangan yang seharusnya wajar dilakukan sepasang suami istri, dan sepasang suami istri itu adalah Papanya sendiri. Ada sebuah rasa sakit yang tak seharusnya ada tanpa sadar telah menggembang dalam hatinya.


"Non Naomi ngapain disitu?" panggilan dari bi Sisil mengejutkan Naomi dan dua orang yang asik bercumbu tadi.

"S-saya tidak berbuat apa-apa. S-saya baru turun dari kamar" kata Naomi sambil mengusap hidungnya.

Bi Sisil menatap Naomi dengan tatapan jenaka, sesekali ujung matanya  melirik majikannya yang tampak gelagapan memperbaiki pakaian keduanya yang berantakan.

"ya sudah, bi Sisil permisi dulu yah non kedepan..." bi Sisil pun pamit meninggalkan Naomi yang masih terdiam dipijakan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"ehhmm Naomi. Ayo sini kita sarapan bareng" suara lembut Veranda menyapa telinga Naomi.

Matanya menatap Papanya dan Veranda secara bergantian. Dari sini saja dia bisa melihat bercak merah di jenjang leher itu, apalagi wajah Veranda dan Papanya yang  memerah entah karena malu atau sedang menahan nafsu masing-masing. Beberapa saat Naomi ingin sekali mengganguk, namun seketika dia dengan refleks menggeleng sebagai jawabannya.

"ha-hari ini saya ada jadwal piket lagi. Saya harus kesekolah sekarang" kata Naomi sedikit sulit.

"A-aku ke k-kamar mandi dahulu" pamit Keynal yang langsung pergi menuju kamar mandi. .

Veranda menggigit bibir bagian dalamnya mengusir rasa sungkan dihatinya, sedangkan Keynal memilih lari setelah tertangkap basah sedang melakukan hal yang tidak senonoh didepan putri serta pembantunya.

My Step MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang