"Cieee yang bentar lagi Ujian Nasional..."
Naomi tertawa pelan ketika Veranda menggodanya. Dihadapannya Veranda sedang telaten memasangkan dasi sekolahnya.
"bentar lagi kuliah, habis tuh nanti ada yang cerita tentang capeknya ngurus tugas sama dosen yang jauuuuhhh lebih ribet daripada masa sekolah. Duh, kamu yang jalani kenapa aku yang jadinya penasaran yah" cerita Veranda panjang lebar.
"Veranda kuliah lagi saja, atau Veranda daftar menjadi dosen" kata Naomi memberi pendapat.
Veranda memukul pundak Naomi pelan, "kamu kira kuliah itu enak ? apalagi jadi dosen terus ketemu sama mahasiswa resek, malas deh"
"tapi kalau kamu jadi adik tingkat aku sih seru kali yah.. kita pasti bertemu dalam keadaan yang berbeda" mendadak suasana yang awalnya menyenangkan berubah dalam kecanggungan hitungan detik. Naomi terdiam mendengarnya, begitu juga Veranda yang baru menyadari kesalahannya ketika bicara.
"jangan pernah menyalahkan keadaan, saya sudah sangat bersyukur kita bisa bersama saat ini" ucap Naomi yang tentu saja bohong. Dia sangat tidak ingin terjebak dalam keadaan ini, jatuh cinta pada seseorang yang sudah menikah bahkan dia adalah mama tirinya sendiri.
Hening menyelimuti keduanya, Veranda fokus mengikat rambut Naomi sedangkan Naomi sibuk menatap Veranda dari pantulan cermin. Keduanya mencoba mencairkan suasana untuk tidak memperdulikan apa yang telah terjadi hari kemarin, Naomi dan Veranda sama-sama berperan untuk tidak memikirkan tentang hari dimana keduanya terjebak dalam keadaan dan kondisi yang sulit.
"kamu tau gak ini tanggal berapa ?" tanya Veranda dibalik punggung Naomi.
Dahi Naomi bergelombang ketika mendengarnya, matanya langsung melihat pada kalender kecil yang berada di atas meja rias berdampingan dengan gunpla kecil yang sudah di rakit.
"tanggal 7" kata Naomi tenang.
Veranda tersenyum-senyum sendiri dan itu semakin membuat Naomi bingung.
"teruss ?" tanya Veranda kembali.
Naomi berfikir keras tapi dia tak menemukan jawabannya. "terus apanya ? seingat saya ini belum jadwal ujian nasional, dan saya harus ke sekolah sekarang"
Wajah Veranda berubah menjadi cemberut, dengan geram dia menjambak rambut Naomi yang sudah dia ikat menjadi satu.
"Kamu nyebelin banget sih !!" pekiknya kesal.
"AWWHH-AMPUN !!!" Naomi mengaduh kesakitan, pasalnya Veranda tidak hanya menjambaknya melainkan tubuhnya juga diguncang ke kanan dan ke kiri bahkan Veranda menghujani Naomi dengan cubitan kecil namun sangat menyakitkan di perutnya.
"kamu nyebelin.. kamu nyebelin.. dasar pendek! Bantet ! pelupa ! nyebelin !!" cerca Veranda.
Tenaga Naomi tentu kalah telak dengan Veranda yang sedang dalam mode kesal. Bahkan Naomi sudah kelelahan menghindari serangan Veranda yang membabi-buta. Setelah lelah, akhirnya Veranda menghentikan infasi militernya. Dia bersedekap dada dengan mata masih menatap Naomi dengan perasaan kesal.
"saya salah apa sampai saya mendapat siksaan ini ? sudah tau pacarnya masih muda , masa saya di siksa layaknya orang tua. Susah memang punya pacar orang tua" Naomi menggomel sambil sesekali meringgis kesakitan di tubuhnya.
Mendengarnya membuat kekesalan Veranda kembali. Namun dia memilih diam daripada harus menyiksa kesayangannya kembali.
Naomi menggambil kalender kecil dari meja rias dan langsung menatap tanggal 7 dengan pandangan meneliti.
"ada apa rupanya dengan tanggal ini ?" tanya Naomi kembali.
Veranda mendengus kesal, dengan sekali hentakan dia membuang kalender tersebut dari tangan Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
FanfictionHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...