Entah sejak kapan tapi tidak ada yang tau bagaimana mulanya rasa nyaman dan cinta tumbuh subur dalam hati Naomi. Semua berjalan begitu saja tanpa mampu ia perkirakan, bukan dia tidak berusaha menghindari diri untuk tidak terjebak pada rasa yang salah ini tapi Naomi kalah ketika berperang mengusir rasa yang sudah terlanjur mengakar begitu kuat pada hati dan setiap denyut nadinya. Naomi kalah untuk mengakui bahwa ia mencintai Veranda, bahkan ia terlanjur ingin memiliki wanita itu hanya untuk dirinya sendiri.
"kamu baik-baik yah sekolahnya. Awas jangan sampai ketiduran kek kemarin!" ancaman Veranda menjadi hal yang selalu membuat Naomi tersenyum.
"iya Veranda, saya janji tidak akan tidur saat pelajaran berlangsung"
"janji?" kata Veranda menyodorkan jari kelingkingnya kehadapan Naomi.
"iya janji" dan Naomi pun membalasnya dengan sukarela.
Chup!
Kecupan bibir Veranda mendarat mulus di pipi Naomi. Hati Naomi dibuat mencair karenanya. Ciuman Pipi masih membuat Naomi canggung tapi tidak dengan Veranda yang seolah menggangap hal itu wajar.
Sulit memang untuk tidak melibatkan perasaan dalam kegiatan sehari-hari disaat hati Naomi selalu melibatkan perasaanya pada Veranda, orang yang ia cintai dalam diam. Naomi baper sendiri tapi bagaimana dengan Veranda? Seluruh perhatiannya membuat Naomi tidak mampu mengartikannya.
"Veranda...."
"iya??"
Naomi menggigit bibir bawahnya, jarinya sibuk memilin sisi rok sekolahnya. Naomi menahan debaran dalam diri untuk mengatakan perasaanya pada Veranda. Ia sudah tidak tahan menahan gedoran dalam hatinya seperti debt collector yang ingin memaksanya berkata jujur pada perasaanya sendiri.
"s-sebenarnya s-saya ingin membicaran sesuatu pada Veranda..." kata Naomi gugup.
Veranda mengerutkan kening bingung tapi ia memilih diam dan menunggu apa yang ingin disampaikan Naomi.
"s-saya sedang jatuh cinta"
Veranda nyaris berteriak kaget jika seandainya tidak menatap Naomi yang terlihat kalut.
"t-terus?" kata Veranda.
Jantung Naomi nyaris meledak. Ia berkeringat dingin sekarang. Bahkan ia yakin telapak kakinya telah banjir dibawah sana.
"t-tapi dia sudah memiliki kekasih, menurut Veranda apakah saya masih memiliki kesempatan?"
Veranda berfikir sejenak mencerna maksud Naomi. Naomi ingin menjadi perusak hubungan seseorang adalah kata pertama yang terlitas dalam kepalanya.
"kamu yakin mencintainya? Bukan sekedar kekaguman semata?" tanya Veranda berhati-hati.
"tidak, saya paham dengan apa yang saya rasakan. Jika hanya sebatas kagum saya tidak mungkin seberat ini memikirkannya..."
"tapi sungguh, saya mencintai dia" kata Naomi menatap lurus pada Veranda. Maksud hati Naomi ingin menyampaikan lewat sorot matanya bahwa yang dimaksud Naomi adalah dia. Veranda.
"kalau cinta akui saja Naomi. Diterima atau Ditolak adalah urusan belakang. Diterima syukur tapi kalau ditolak mungkin kamu harus berbesar hati menerimanya"
Naomi mencelos mendengarnya. Berbesar hati menerima kenyataan yang ada merupakan hal terakhir yang ingin Naomi coba seandainya ia menyerah memiliki hati Veranda.
"yaudah sana masuk, entar lagi mau bel loh"
Veranda pemeran cinta yang paling ulung atau Naomi yang kelewat bodoh dengan mudah terbawa perasaan begitu saja ketika diberi perhatian lebih oleh orang lain diluar keluarga dan sahabatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
FanficHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...