32. She's pregnant ?

6.6K 480 34
                                    


Naomi sudah duduk diruang makan sambil menyantap sarapannya dalam diam.

Susu kedelai kesayangannya sudah habis dia minum terlebih dahulu. Naomi duduk sendiri di meja makan, dia belum melihat Papanya dan Veranda turun sedari tadi.

“Non Naomi mau dibawakan bekal apa hari ini ?”tanya bi Sisil.

Naomi menggeleng menolaknya. “hari ini saya ingin makan di kantin saja” kata Naomi tidak semangat.

Bi Sisil hanya mengganguk saja kemudian pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Naomi kembali menatap pada kursi yang ada didepannya. Pikirannya membayangkan ada Veranda disana sedang tersenyum menatap nakal padanya seakan menggoda Naomi. Naomi tersenyum miris saat melihat bayangan itu perlahan mulai memudar dan menghilang.

Naomi menghela nafas kasar. Pikirannya sangat kacau semenjak tadi malam, bahkan untuk tidur saja dia mulai susah karena sudah terbiasa dengan pelukan hangat Veranda menemaninya sebelum tidur.

“Pagi Naomi!!” seruan penuh kegembiraan dari Papanya mengalihkan Naomi.

Keynal turun dari tangga rumah dengan langkah yang ringan, senyumnya hari ini begitu cerah dan menawan, dan Naomi hanya bisa menahan perasaannya saat tau apa yang membuat Papanya terlihat begitu bahagia pagi ini.

Keynal pun duduk di kursi kebesarannya. Bibir Keynal tak hentinya tersenyum bahkan Keynal sedikit bersenandung kecil.


“kamu hari ini Papa antara yah..” kata Keynal mulai menyantap sarapannya yang sudah disediakan Bi Sisil. Naomi mengganguk kecil dan kembali melanjutkan sarapannya.

Keduanya makan dengan tentram sebelum sebuah pertanyaan dari Keynal berhasil menghunus perasaan Naomi.

“Naomi kalau mau punya adik mau yang apa ? cewek atau cowok ?”

Naomi membeku mendengarnya, bahkan sendok yang ada di genggamannya terlepas secara perlahan.

“P-Pa..”

“menurut kamu cewek atau cowok ? kalau Papa sih senangnya cowok aja biar dia bisa jadi penerus Papa, tapi kalau cewek juga gakpapa. Tapi Papa harap sih modelnya jangan seperti kamu. Lebih tertarik sama mainan daripada gaun”

Naomi menatap Papanya yang sedang tersenyum kala bicara. Leher Naomi terasa seperti dicekik oleh tangan yang tidak terlihat saat dia bisa merasakan ada sebuah keinginan dan harapan dalam pancaran manik mata hitam Keynal.

“rasanya seru loh bisa merawat bayi. Dulu pas kamu bayi, Papa rasanya gak mau lepas gitu dari kamu. Bahkan dulu Kakek kamu marahin Papa karena mau bawa kamu pas baru berumur 4 bulan untuk ikut rapat sama Papa. Bahkan yah, almarhum Mama kamu sering banget cemburu karena Papa lebih sering sama kamu daripada Mama” Keynal semangat saat bercerita.

“kalau diinget sih udah lama banget Papa gak gendong bayi lagi. Ehh taunya bayi yang sering Papa jagain udah gede aja. bentar lagi kuliah dia”

Keynal tersenyum memandang haru pada Naomi yang kini sudah beranjak dewasa tanpa dia sadari. Bayi kecil yang biasanya duduk dikursi bayi sambil memainkan makanannya ternyata sebentar lagi duduk di bangku kuliah.

Naomi memandang Keynal dengan perasaan campur aduk. Dia tak tega menghancurkan mimpi Keynal, tapi hatinya akan sangat hancur jika seandainya itu terjadi. Naomi rasanya tidak sanggup untuk memandang Veranda jika Veranda hamil nanti.


“Memangnya Papa ingin sekali punya anak lagi ? tidakkah saya saja sudah cukup ?” tanya Naomi mencoba mengubah keinginan Papanya.

Keynal menghabiskan sarapannya, dia menatap Naomi dengan lembut. “kamu tetap yang paling utama bagi Papa, dunia Papa selalu tentang kamu. Tapi kamu bentar lagi kuliah, kamu bentar lagi sibuk sama dunia kamu yang baru, jika itu terjadi rumah bakal sepi”

My Step MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang