Veranda menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Senyumnya tak luntur sedari tadi sambil menatap gantungan kunci bermotif lumba-lumba yang ada di tangannya. Semua yang dia lewati hari terekam begitu jelas dalam benaknya, cara Naomi menjaganya, cara Naomi membahagiakannya, cara Naomi mencintainya membuat Veranda jatuh semakin dalam pada perasaannya. Naomi begitu memabukannya.
Suatu ide melintas dalam otak Veranda membuat senyumnya semakin tidak karuan karena berisikan tentang Naomi secara keseluruhan.
Dengan langkah ringan Veranda berjalan menuju dapur, dia berniat ingin membuat teh dan membuat makanan kesukaan Naomi untuk sekedar bisa duduk berdua menghabiskan malam sebelum Keynal pulang bersama Naomi.
"nyonya Veranda, ini tadi ada surat diantar pos siang tadi" bi Sisil datang dengan menghantarkan sebuah berkas berwarna coklat pada Veranda.
Veranda menerima berkas dari tangan bi Sisil. Selanjutnya bi Sisil meninggalkan Veranda yang kebingungan bercampur penasaran. Jika ini punya Keynal tumben sekali diantar kerumah, setahu Veranda jika berkas seperti ini pasti berisikan pekerjaan penting bagi Keynal. Karena penasaran Veranda pun membukanya.
Veranda menemukan sebuah tiket pesawat, visa dan pasport serta sebuah surat putih. Jantung Veranda berdegub kencang tak beraturan saat membaca nama di tiket pesawat tujuan Turin, Italia.
Shinta Naomi Algibran
Semua berkas itu beratasnamakan Naomi. Mulai dari visa dan pasport juga tercetak nama Naomi dengan lengkap disana. Yang membuat Veranda tak percaya adalah tiket keberangkatan itu menunjukan hari besok pagi, yang berarti Naomi akan pergi meninggalkannya.
Università degli Studi di Torino, UNITO
Tulisan itu tercetak tebal di kop surat putih yang dibuka Veranda. Dan kembali disana tertulis nama Naomi membuat perasaan Veranda sesak bukan main. Marah, kesal, ingin menagis, kecewa semua bercampur aduk dalam hatinya membuat perasaan Veranda semakin kacau tak karuan. Veranda berharap berkas itu palsu, semua yang ada disana palsu.
Suara langkah kaki yang turun dari tangga membuat Veranda menoleh. Disana Naomi berjalan dengan menunjukan senyum manisnya seolah dia orang yang tidak melakukan hal besar dibelakangnya.
Veranda mendekat dengan langkah lebar. Matanya menatap tajam bersiap ingin memaki Naomi.
PLAK
PLAK
Dua tamparan mendarat mulus di pipi Naomi hingga menimbulkan bercak merah yang sangat ketara disana. Naomi menatap bingung dan bertanya pada Veranda yang wajahnya terlihat begitu merah seperti orang yang menahan amarah serta mata Veranda yang sudah berkaca-kaca.
Sebelum Naomi membuka mulut, Veranda langsung melempar berkas tersebut hingga jatuh berhamburan ke lantai.
"Itu apa ?" suara Veranda bergetar hebat seiring dengan setetes air mata turun dari pipinya.
Naomi menahan nafas ketika melihat apa yang baru saja dilempar Veranda. Naomi mengatup mulutnya rapat tak berani bersuara ketika matanya melihat secara jelas tatapan kekecewaan dari Veranda yang membuat hatinya sakit.
"itu apa ? Bilang sama aku itu apa Naomi !!" teriakan Veranda semakin membungkam Naomi. Hati Veranda remuk seketika.
"kamu mau kemana ? Jawab aku Naomi, kamu mau kemana !? Kamu mau ninggalin aku disini! Jawab aku, jangan diam!!" Veranda mengguncang kedua bahu Naomi dengan kencang yang tetap tak bersuara, air matanya sudah banjir membasahi pipi Veranda.
"kamu gak ninggalin aku kan ? Kamu mau bawa aku pergi kan ? Seperti mimpi kita dulu, kamu mau mewujudkannya kan? Tolong bicara, jangan diam aja"
Veranda terus mengguncang bahu Naomi menutut penjelasan sambil berharap Naomi takkan meninggalkannya. Raut wajahnya menggambarkan sebuah permohonan bahwa Naomi akan mengajaknya pergi untuk hidup berdua selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
Hayran KurguHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...