Naomi terbangun ketika merasa panas matahari menembus kulit mulusnya. Ia terduduk sebentar sambil merentangkan tubuhnya dengan mulut menguap lebar, mengumpulkan nyawa yang masih tersisa dialam mimpi.
"jam berapa nih?" gumamnya yang nyawanya belum bersatu dengan tubuh. Mata Naomi melirik ke jam di dinding.
ohhh masih jam setengah 7 rupanya, batinnya didalam hati.
1
2
3
"TERLAMBAT!!!!" pekik Naomi begitu ia tersadar bahwa ini bukanlah hari libur atau hari bersenang-senang, hari ini dia harus sekolah.
Naomi langsung melompat dan berlari keluar kamar Papanya dan Veranda. Dengan kecepatan mandi seadanya Naomi mulai berganti baju dan memakai kacamatanya, rambutnya ia sisir seadanya tanpa perlu diikat mungkin Naomi pikir rambut masih bisa diikat di mobil. Tak lupa Naomi mengambil dasi sekolah dan tas ransel hitamnya.
Naomi turun ke lantai dasar rumah dengan sedikit tertatih, ia mencoba memakai sepatu sambil berjalan.
"Bi sarapan saya tolong di bekalin saj....a" Naomi terhenti. Ia tertegun melihat Pemandangan yang menggoda.
Veranda yang sedang menata piring di meja makan. Bukan bukan! lebih tepatnya pada tubuh Veranda yang terbalut oleh kemeja putih besar hingga menutupi seperempat paha, bahkan Veranda hanya menggunakan celana pendek melindungi bagian bawahnya. Seperti hot pants mungkin? Dan pemandangan itu sukses membuat mata Naomi tak mampu berkedip sedetik saja untuk melewatkan pemadangan maha indah pagi ini.
"selamat pagi Naomi.." sapa Veranda dengan senyuman manis.
Suara lembut Veranda sukses membuat hati Naomi bergetar. Sial! Bahkan hanya mendengar suaranya membuat Naomi kalang kabut menahan debaran dadanya yang menggila.
Veranda berjalan mendekatinya. Dan itu semakin membuat Naomi gugup! Sudahkah Naomi berkata bahwa Veranda berjalan seperti Rihanna? Yang sekalinya melangkah mampu menyedot setiap perhatian untuk terus melototinya dari atas sampai bawah. Begitulah keadaan Naomi saat ini.
"ehemmm" deheman Veranda membuat Naomi kikuk, keringat mulai membanjiri keningnya menahan gugup. Naomi tersenyum canggung meski dalam hati ia meringgis menyayangkan sikapnya yang terlalu kaku dan baku seperti gaya berbicaranya.
"kamu mandi?" tanya Veranda bersedekap dada dihadapan Naomi. Bak kucing pembawa hoki ditokoh, Naomi hanya mengganguk.
Veranda mendengus pelan, ia menjulurkan tangannya menyentuh bagian kening Naomi yang masih terdapat sisa busa seperti sabun pencuci muka, "mandi kamu kek anak SD. Belum bersih! Masa udah mau kuliah mandinya masih bersisa gini sih, mandinya perlu dibantu?" gerutu Veranda.
Naomi membeku dalam pijakan. Desiran darahnya mendadak panas hingga membuat tangan dan kakinya berkeringat. Matanya nakal melirik kearah kancing baju yang sedikit longar ketika Veranda bergerak. Sial sial! Mata Naomi nakal!! Naomi yakin keningnya semakin banjir ketika adrenalinnya kian terpacu memproduksi keringat dihadapan Veranda. Ia gugup setengah mampus!
"ck! Kamu ini udah besar Naomi, udah bisa ngasih keturunan. Masa baju kamu bisa salah kancing sih!"
Nafas Naomi tercekat ketika Veranda mulai membuka satu persatu kancing bajunya. Jika dulu dia menolak kini Naomi tertunduk mengaku kalah. Ia memejamkan mata pasrah bila ia harus batal kesekolah jika suatu hal terjadi diantara mereka berdua. Sungguh Naomi ikhlas lahir batin ada kata Alpha di buku absennya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Mother
FanfictionHidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya yang ke17 dan dari semua pertentangan dialaminya, ada satu hal yang membuatnya merasa menjadi manusia...