Selamat membaca
"EL."
"ANIN."
Terdengar teriakan dari dua pria yang tak lain adalah Arka dan Liven Kakak Anin. Kedua pria itu langsung mendobrak pintu kamar Anin dan langsung mendekati Anin yang terduduk di atas lantai dekat tempat tidurnya dengan keadaan memegang pecahan yang ia pakai melukai tangannya.
Arka Merebut pecahan yang ada di tangan Anin lalu membuangnya ke sembarangan tempat. Keduanya berlulut di depan Anin.
"Ambil kotak Obat, Ven," ucap Arka seraya membantu Anin untuk berdiri dan duduk di pinggir ranjang.
Mendengar perintah Arka, Liven lantas pergi dari kamar Anin dan mencari kotak obat.
Arka berlutu di depan Anin menatap langsung mata Anin yang memerah karna menangis.
"Al." Lirih Anin seraya memeluk Arka.
"Jangan menangis, El."
Arka membalas Pelukkan Anin tidak peduli darah di lengan Anin menodai pakaiannya.
"Nih.. Ar" ucap Liven yang tiba tiba sudah ada di kamar Anin bersama dengan Kakak Iparnya dan Dua orang pelayan yang mulai membersihkan kamar Anin.
"Bersihkan semuanya jangan ada bekas pecahan lagi. sekecil apapun bekas becahan itu." Ucap Adifa kakak Ipar Anin.
Arka mengambil kotak obat yang di berikan Liven dan dengan segera mengobati luka goresan di lengan Anin. Sesekali Arka mendengar ringisan dari mulut Anin.
Adifa dan Liven meringis saat melihat goresan yang begitu banyak di lengan Anin tidak lupa juga darah yang keluar akibat goresan tersebut.
Setelah selesai mengobati luka Anin. Arka menatap ke arah Anin yang sedari tadi hanya diam menatap Arka.
"Jangan berbuat hal gila seperti tadi, El." Peringat Arka dengan nada dinginnya, membuat Anin langsung mengangguk.
"Kamu istirahat, ya."ucap Arka membuat Anin kembali mengangguk.
"Jangan Ar, Anin belum makan dari siang. kasih Anin makan dulu baru istirahat." ucap Liven membuat Arka menatapnya lalu menatap Anin.
"Kamu belum makan El?" Tanya Arka.
Tidak ada jawaban dari Anin membuat Arka menghembuskan nafanya lalu menatap Liven, "bawakan makana Ven, Aku akan menyuapi Anin." Perintah Arka seolah meminta pada Pelayan.
Liven mendengus sambil beranjak "Yang punya rumah siapa, yang memerintah siapa." Gerutu Liven yang masih bisa di dengar oleh semuanya.
"Mbak pergi dulu pintu kamar jangan di tutup" ucap Adifa saat melihat dua pelayan sudah selesai membersihkan kamar Anin.
Arka mengangguk lalu membiarkan Kakak Ipar dari Anin pergi bersama dua pelayan.
"Maaf." Ucap Arka tiba tiba membuat Anin menatapnya bingung.
"Maafkan atas ucapan Adikku, El."
Anin menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak apa apa Al."
"Ya tidak apa-apa. tapi kenapa melakukan hal ini?" Arka mengangkat tangan Anin yang sudah di obati.
"Aku tahu kamu ingin melampiaskan semuanya. kamu ingin marah tapi kamu tidak bisa mengeluarkan rasa marahmu itu dan berujung dengan hal gila seperti ini."
Anin terdiam mendengar ucapan Arka apa yang Arka ucapkan Adalah benar. Ia ingin marah tapi tidak bisa dan Anin melakukan dengan cara seperti ini untuk mengeluarkan rasa marahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka-Anin (Proses Revisi)
Teen Fiction#Cerita ke-2 Anin. Tentang Arka & Anin. Hubungan keduanya selalu baik-baik saja. Akan tetapi, selalu saja ada orang-orang yang membuat hubungan keduanya goyah. Mantan Anin yang masih suka mengejar Anin, dan wanita yang selalu bersama Arka. Akank...