Part. 30

40.3K 2.5K 112
                                    


Selamat membaca

Anin mengehembuskan nafasnya ketika teringat akan kejadian kemarin, di mana ia harus pura pura marah pada Arka agar bisa di izinkan masuk ke kampus hari ini.

"Jangan lupa makan."

"Jangan kelelahan."

"Kalau lelah istirahat saja."

"Jangan genit."

"Jangan tebar pesona dengan mahasiswa lainnya."

"Jangan berantem."

"Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Anin menggelengkan kepalanya saat membaca pesan dari Arka. Padahal tadi peia itu memberikan pesan secara langsung dan sekarang memberi pesan melalui tulisan di ponsel.

"Dasar posessife." Ucap Anin

"An."

Sebuah panggilan dari Adelia membuat Anin menatap kearah depan di mana Adelia berada.

"Ya?" Sahut Anin

"Ki..ta ak...an menge..r..jakan tu..gas ka..pan.. dan di..ma..na?" Tanya Adelua gugup.

Anin terdiam sebentar ia baru ingat tugas dari dosen tadi, dia dan Adelia ada tugas kelompok lagi.
Tugas kelompok bersama beberapa teman sekelas-nya sudah selesai yah... meski Anin harus mendapatkan kata-kata kasar dari Rifky karna tidak mengerjakan tugas kelompok bersama. Karna ketidak beradaan Anin membuat misi pria itu gagal.

"Hari ini, pas pulang kampus." Jawab Anin

Adelia mengangguk mendengar jawaban Anin, ia tanpa sadar mengikuti langka Anin menuju Kantin.

"Jadi? Sepupu Leo sudah masuk di kampus ini?"

"Iya, tapi gue nggak tahu nama dia dan wajah dia, karna sudah beberapa minggu ini. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang pindah di kampus ini, jadi nggak bisa tahu mana sepupu Leon, entah dia perempuan atau laki laki."

Ketika memasuki kantin Anin samar samar mendengar suara Natal dan Devan. mata Anin mencari keberadaan dua sahabatnya dan dapat. Mata Anin mendapati keberadaan, Devan, tiga sahabat perempuannya dan dua kakak laki lakinya yang kini duduk tak jauh di mana ia berdiri.

"Terus... sampe kapan kita sembunyikan ini sama Anin? Lo tahu Kan Van, Anin nggak suka kita simpan rahasia ini, apalagi ini menyangkut dengan Anin juga."

"Iya Van, Anin kan nggak suka di bohongin, dan nggak suka kalau hanya dia yang nggak tahu apa apa."

"Tapi ini demi kebaikannya Din, Nat, kalian juga tahu ini Juga permintaan, Papa dan suaminya Anin. Biar mereka yang menyelesaikan masalah ini tanpa harus Anin tahu."

Anin terdiam mendengar ucapan Devan, Natal, dan Adinda. Ia tak menyangka mereka akan menyembunyikan sesuatu yang penting dan bersangkutan dengannya juga.

Sedangkan Adelia mengusap tengkuknya ketika merasa aura yang kurang menyenangkan dari Anin

Adelia kembali melangkakan kakinya mengikuti langka kaki Anin yang mendekati meja di mana Sahabat serta dua kakak laki lakinya duduk.

"lebih baik Anin nggak usah di kasih tahu."

Ucapan Liven yang terdengar jelas di indra pendengaran Anin membuat Anin semakin marah.

BRAK..

Anin mengebrak meja kuat membuat Devan, Tiga sahabat perempuan Anin serta dua kakak laki laki yang tak lain Liven dan Reza tersentak ketika mendengar gebrakkan di meja mereka. Seketika mereka terdiam melihat keberadaan Anin

Para Mahasiswa Dan Mahasiswi yang berada di kantin menatap Kearah Anin mencari tahu apa yang akan di perbuat Oleh cewek tomboi tersebut.

"LO SEMUA... Kenapa nggak kasih tahu gue!?" marahnya.

"kenapa lo semua nyimpan sesuatu yang seharusnya gue tahu? Gue kecewa sama lo semua, termasuk lo berdua." Ucap Anin datar sambil menatap tajam kedua kakaknya yang kini hanya bisa terdiam mendengar ucapan Anin.

"Nin, lo dengerin ki_"

"Nggak ada yang harus gue dengar dari kalian. gue udah tahu kalian nggak nganggap gue ada sampe-sampe lo semua sembunyiin hall yang seharusnya gue tau," Potong Anin.

Anin membalikkan badanyan dan terlihatlah Adelia yang melihat Anin penuh ketakutan.

"Del, kayaknya tugas kita buat nanti aja."

"BRAK."

Semua mata kembali menatap kearah pintu kantin dan terlihat Anin yang baru saja menendang tempat sampah plastik yang berbentuk kotak kini sudah terjatuh dan isi dari tempat sampahvsudah berserakkan di depan pintu kantin.

"Gimana Nih?" Tanya Adinda.

"Nggak tahu," jawab Devan.

"Seharusnya kalian memberitahui Anin soal ini. karna biar bagaimana pun Anin harus tahu. ini juga bersangkutan dengan dia, jadi dia harus tahu." Jelas Aisyah.

Aisyah menghembuskan nafasnya, lalu menatap satu persatu para sahabatnya, termasuk Devan, setelah menatap mereka Aisyah beranjak dari tempatnya.

.
.
.

Anin berjalan keluar dari halaman kampus, rasa kesal, marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Perasaan yang ia rasakan membuatnya tidak sadar kalau sudah berjalan jauh dari kampus.

"Wis... Ada Cewek Nih.."

Ucapan dari seseorang membuat Anin terdiam di tempatnya, "Gue ada di mana?" Gumam Anin ketika menyadari dirinya di tenpat yang asing.

"Gawat!" Anin menatap tiga pria yang berpenampilan berantakan sedang mengelilingnya.

"sepertinya kita dalam masalah." Ucap Anin seraya mengusap perut ratanya

"Lepas!"

BUGH.

Anin memukul pria yang memegang lengannya, "kita lari ya Dedek," Ucap Anin sambil berlari menjauh dari ketiga preman yang mencegatnya.

"Untung Gue masih jago dalam hal lari.. lari dari kenyataan salah satunya." Batin Anin.

Anin menghembuskan nafas lega ketika mengetahui ketiga preman tersebut tidak mengejarnya. Sebenarnya Anin ingin melawan tiga preman tadi, tapi karna mengingat ia yang sedang hamil. Anin memutuskan mengurungkan niatnya, tidak ingin terjadi apa apa pada bayinya yang akan membuat Arka dan keluarganya bersedih.

Anin menghembuskan nafasnya, "capek."

Anin tersenyum melihat sebuah angkot yang berhenti di sisi jalan, tanpa pikir panjang ia langsung nai ke dalam angkot tersebut.

"Neng Mau turun di mana?" Tanya sang supir pada Anin setelah hampir setenga jam angkot berjalan menjauh dari area para preman yang mengejarnya.

"Di depan." Jawab Anin singkat.

Anin baru ingat ia tidak membawa uang sepersen pun saat naik angkot, hanya ada ponsel mahalnya dan dengan berat hati ia memberikan ponselnya sebagai bayaran naik angkotnya.

"Semoga nggak jadi masalah." Doa Anin.

Entah apa yang akan terjadi nanti kalau sampai Papanya tahu ponsel yang di beli Papanya sudah tidak ada di tangannya, tapi yang terpenting sekarang Arka. Arka pasti khawatir karna Ponselnya sudah tidak aktiv.

"Maaf Pa, Al. Anin kesal sama kalian."

.
.
.

Sementara di tempat lain...

"Rencananya kamu harus menjadi bagian dari mereka dan kalau sudah menjadi bagian mereka, hancurkan mereka." Ucap Seseorang pada seorang gadis yang hanya terdiam mendengar ucapan seseorang tersebut.

"Dengar nggak?" Tanya seseorang itu.

"De...ngar.. ka." Jawab gadis itu gugup.

***

Bersambung...

Byebye👋👋👋

Jum'at, 15.Juni.2018

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang