Part. 46

42K 2.6K 43
                                    

Selamat membaca

Anin menatap wajah Arka yang masih tertidur. Hari sudah mau sore, tapi Arka belum juga bangun dari tadi pagi.

Arka juga tidak masuk kerja dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersamanya, tapi. menurut Anin, Arka tidak menghabiskan waktu bersamanya, dari tadi Arka tidur tidak menemaninnya,  dan Arka juga tidak membiarkan Anin keluar kamar, terkecuali Anin ingin makan ataupun minum.

Anin menyandarkan kepalanya di atas dada Arka, tangannya terulur mengambil satu tangan Arka, dan menaruhnya di atas perutnya.

"Kenapa kalian suka sekali kalau Ayah di dekat Bunda?" Batin Anin, seminggu tanpa Arka, Anin terus saja mual dan tak ingin makan dan sekarang baru dua hari bersama Arka, rasa mual Anin menghilang, dan napsu makan Anin bertambah, apalagi kalau makan di temani Arka.

Drrrrttt....

Suara getaran Ponsel membuat Anin tersentak, dengan segera Anin mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Nata.

Jalan Kuy.
Sama yang lain.

Kemana?

Natal.

Kemana Aja.
Bosan, gue di rumah

Anin tersenyum ketika melihat pesan dari Natal yang mengajaknya jalan dengan segera Anin membalasnya 'ya' pertanda setuju dengan ajakkan dari Natal.

Natal.

Ok,
Gue Jemput,
Tapi Lo di rumah Papa lo?

Ok,
Nggak
gue sudah di rumah Arka, kediaman Athala.

Natal.

Ok. Gue kesana.

Anin tersenyum senang melihat pesan dari Natal, dengan pelan ia turun dari atas ranjang  dan siap beranjak ke kamar mandi.

"siapa?" Suara serak berasal dari Arka membuat Anin tidak jadi melangkah ke kamar mandi.

"Siapa?" tanya Anin.

Arka membuka matanya lalu merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, punggunya menyandar di kepala ranjang.

"Siapa yang mengirim pesan?" tanya Arka dengan nada cemburunya.

"Natal, dia ngajak jalan. Bolehkan?" tanya Anin dengan perasaan khawatir, khawatir kalau Arka melarangnya pergi.

Arka terdiam sesaat dan hal itu membuat Anin semakin khawatir, "Boleh, tapi aku ikut." ucap Arka dan langsung di jawab anggukkan kepala oleh Anin.

Anin segera berjalan, ralat. berlari kecil ke kamar mandi dan langsung mendapatkan peringatan dari Arka agar tidak lari.

Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi Anin keluar dan mendapati Arka yang sudah berdiri di depan kamar mandi.

Arka meninggalkan satu kecupan di kepala Anin, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Anin yang tersenyum karnanya.
.
.
.

Anin dan Arka kini berjalan menurini tangga bersama, "Cie, yang udah baikkan. nempel terus kayak prangko." Celutuk Alvaro membuat Anin dan Arka menatapnya.

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang