Part. 31

36.5K 2.6K 149
                                    

Selamat membaca

Setelah Anin turun dari Angkot, Anin melangkakan kakinya tanpa arah hingga tidak sadar kalau langkanya membawanya sampai di depan rumah sederhana yang terlihat halaman rumah itu sangat kotor.

Rumah sederhana itu milik Mama Anin, sudah lama Anin tidak kemari, mungkin semenjak ia pindah ke rumah Papanya.

"Sudah lama sekali." Gumam Anin

Anin memang sengaja tidak mendatangi rumah mamanya setelah ia pindah bersama Papanya dulu, itu bukan karna tidak suka rumah mamanya, tapi karna ia tidak ingin mengingat kenangan menyakitkannya dulu.

Anin melangkah, kan kakinya masuk ke halaman rumahnya, seketika beberapa bayangan kenangan kembali muncul di depan matanya.

Anin mengambil kunci cadangan yang sudah lama tersimpan di bawa pot bunga dekat pintu, pot bunga yang bunganya sudah kering karna tidak di rawat.

"Asslamu'alaikum." Salamnya ketika saat membuka pintu rumahnya meski ia tahu, tidak akan ada yang membalas Salamnya

Anin menatap ruangan di dalam rumahnya masih sama persis seperti dulu hanya saja ruangan dulu sangat bersih dan rapi tapi sekarang kotor dan berantakan.

Air mata Anin tak bisa di tahan lagi ketika matanya terkunci menatap sofa di mana mamanya duduk dan mengomelinya untuk terakhir kali.

Dan kembali bayangan masal lalu terlihat dirinya yang duduk dengan keadaan babak belur, mamanya yang mengomel dengan satu tangan memijit pelipisnya dan satu tangan memegang kertas, kertas yang membuat Anin pindah sekolah.

"Astaga Anin ini kenapa sampai di keluarkan di sekolahmu" ucap wanita itu

"Maaf ma"

"Kenapa bisa telat tadi?, bukannya tadi kamu berangkat sebelum jam enam?, Ini lagi wajah kamu penuh memar"

"Anin tidak sengaja terlambat Ma, tadi Anin habis bantuin nenek nenek tua yang kesusahan bawa belanjaannya___"

"Dan soal memar ini, Tadi ada anak cowok jelek jelekin Anin, ya Anin tonjok dan di balas tonjokkan"

"Namanya juga nenek nenek Nin, pasti sudah tua"

Anin tersenyum dengan keadaan air mata yang terjatuh ketika mendengar omelan Mamanya dulu. ia menarik napas pelan lalu masuk dan duduk di sofa mengabaikan sofa yang berdebu, sofa yang Anin duduki adalah sofa di mana ia duduk saat mamanya mengomelinya dulu.


"Anin rindu dengan Omelan Mama," ucap Anin.

"Dulu Anin selalu menebalkan telingan mendengar omelan Mama, dulu Anin selalu mencoba menghindari omelan mama, tapi sekarang ... Anin merindukan omelan Mama."

"Ma.. Sekarang tidak ada yang mengomeli Anin Papa, Kaka dan lainnya tidak akan mengomeliku meski aku salah, mereka terlalu memanjakanku sampai tak sadar aku merubah sifatku." Ucap Anin lagi.

"Sepertinya aku akan tinggal di sini dul, melupakan sejenak masalah dengan mereka. mereka yang beraninya menyembunyikan tentang sepupu Leo itu."

Anin melangkakan kakinya menuju kamarnya dan kembali bayangan dirinya terlihat di mana Mamanya yang menjewer kupingnya saat ia masih memakai baju putih biru dulu.

Saat itu Anin melakukan kesalahan di sekolah, Anin mengerjai guru matematikanya karna ia tak mengerti apa yang di jelaskan oleh sang guru.

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang