Part. 32

37.2K 2.5K 70
                                    

Selaamat membaca

Anin duduk di kursi sambil menopang dagunya di atas meja, setelah hampir tiga jam membereskan rumah ia akhirnya selesai dan sekarang Anin merasa lapar. Tidak ada makanan yang bisa di makan. jangankan makanan, bahan makanan saja tidak ada. mau beli uang tidak ada juga Selama tinggal bersama Papa serta suaminya Anin tidak pernah membawa uang.

Bukan karna tidak dapat uang, tapi karna ia biasa di belikan oleh Liven dan Reza atau tidak di traktir oleh para sahabatnya di kantin. meski Anin sudah menjadi anak orang kaya beberapa tahun ini tapi para sahabatnya tetap suka membelikan makanan untuknya saat di kantin.

Uang jajan Anin, Anin tinggalkan di rumah tepatnya di kamarnya bersama Arka.

"lapar Gue, tapi.. nggak ada yang bisa di makan," Ucap Anin sambil menatap lilin yang menyala di atas meja.

"Maaf Ya Dede, Bunda belum kasih Dede makan hampir seharian ini." Ucapnya Kalau Arka dan lainnya tahu, Anin pasti kena ceramah dari mereka jangan lupa tatapan tajam milik Arka.

Hari sudah gelap, Rumah Anin tidak ada listrik karna sudah di padamkan oleh pihak PLN dari kantornya.

"Tok To Tok.."

"Mbak An__, Eh.. Ka Anin.. Yu...hu...."

Tok Tok Tok ...

"Spada... Ka Anin... Yu.. hu... Cowok Ganteng bertamu Nih..."

Tok tok tok

Anin tersentak ketika mendengar suara ketukan pintu serta sebuah suara yang tedengar familiar baginya,

Tok. Tok. Tok.

Anin mendengus saat kembali terdengar suara ketukan pintu, dengan malas Ia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

"Apa?" Ketus Anin ketika membuka pintu rumah dan mendapati Alvaro yang sedang tersenyun lebar menatapnya.

"Cik." Decik Anin.

"Ngapain?" Tanya Anin.

"Ka Anin, Bang Arka titip Ini." Ucap Alvaro seraya memberikan tas plastik yang berisikan tenpat makanan dan beberapa buah pada Anin.

Mata Anin langsung berbinar melihat tas plastik tersebut dengan segera ia mengambil tas tersebut dan menutup pintu kembali. Meninggalkan Alvaro yang hanya melongo melihat Kakak Iparnya yang menutup pintu di depannya.

"Ka Anin..... Kok Varo nggak di kasih masuk?" Tanya Alvaro.

"Lo nggak penting. Yang penting itu Makanannya." Jawab Anin dari dalam rumah.

Alvaro mendengus mendengar hal tersebut, ia langsung duduk bersila di atas lantai seraya menatap pintu rumah Anin.

"Bang Arka bilang jangan pulang sebelum Abang kemari." Gumam Alvaro ketika teringat pesan abangnya.

"Jadi nggak salahkan Varo duduk diam diam merayap di sini?" Tanya Alvaro pada dirinya sendiri.

"Iya nggak Apa apa." Ucap Alvaro menjawab ucapannya.

"MBAK AN___"

"JANGAN PANGGIL GUE MBAK! GUE BUKAN MBAK LO." Teriak Anin dari dalam rumah membuat teriakkan Alvaro terhenti.

"Hmp." Ucap Alvaro.

.
.
.

Anin tersenyun kecil melihat Nasi goreng yang berada di tempat makan yang di bawa Alvaro, sebenarnya Anin tidak suka makan Nasi goreng, tapi karna lapar jadi ia makan saja.

Selain karna lapar, Anin juga ingin menghargai Nasi goreng yang di bawakan untuknya, ia tahu Nasi goreng ini di buatan Arka. tadi Anin sempat minta Arka buatkan Nasi goreng untuknya, entah permintaanya atau permintaan sang calon anak mereka.

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang