Selamat membaca
Fatan tersenyum kecil melihat Anin yang sedang berjalan sendirian ke arahnya. Dan itu adalah peluang baginya.
Selama Ini Fatan belum Bisa mendekati Anin karna adanya Deva dan tiga pria yang tak ia kenal. Yaiu Arka, Liven dan Reza serta para pengawal Anin.
Fatan sama seperti yang lainnya mengira Anin memiliki hubungan spesial dengan Devan mengingat mereka sangat Dekat dan Anin yang pernah mengaku sudah bertunangan. Dan itu menguatkan perkiraan Fatan kalau Anin dan Devan mempunyai hubungan selain bersahabat.
"Anin." Panggil Fatan ketika melihat Anin yang sudah semakin dekat di tempat ia berdiri.
Anin manatap Fatan sekilas lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Nin. Tunggu." Ucap Fatan sambil mencekal lengan Anin.
"Apa sih?" Tanya Anin sambil melepaskan cekalan Fatan yang menurutnya sangat erat.
Fatan menarik Anin membuat Anin jatuh ke dekapannya. "Aku..
Masih mencintaimu, Nin." Ucap Fatan."Apaan sih. Lo!" marah Anin sambil mendorong Fatan.
Fatan mundur beberapa langkah sambil menatap Anin yang menatapnya tajam.
Fatan membuat Anin memundurkan langkanya hingga punggunnya terbentur dengan dinding yang berada di belakanngnya.
Fatan mengurung pergerakkan Anin, mata Fatan menatap langsung ke arah mata Anin lalu menatap Bibir tipis Anin yang menurutnya sangat menggoda.
Anin yang merasa tidak enak dengan posisinya dengan Fatan segera mendorong Fatan namun Fatan tidak bergerak sedikitpun.
Fatan menunduk siap mencium Bibir Anin membuat Anin panik dan
BUGH
Anin Refleks menendang bagian perut Fatan dengan lututnya membuat Fatan meringis kesakitan.
BUGH
Anin memukul Pipi Fatan membuat Fatan bertambah kesakitan. "Gue Bukan Keyla yang seenaknya Lo sentuh. gue ingatkan samaa Lo! Gue udah nggak cinta sama lo dan Gue sudah bertunangan. Ingat BERTUNANGAN" ucap Anin sambil menekankan kata 'bertunangan'.
"Deegan siapa? Devan?" Tanya Fatan dengan nada sinis.
Sampai kapanpun Fatan masih dendam dengan Devan karna merasa kalah Devan, seharunya dirinya yang menolong Anin waktu itu bukan Devan.
"Bodoh Lo." Ucap Anin
Anin berlalu pergi menjauh dari Fatan meninggalkan Fatan yang masih membukuk memegang perutnya. Serta seorang gadis yang menangis melihat Fatan yang mengungkapkan cintanya pada Anin.
Gadis itu menghapus Air matanya lalu pergi meninggalkan Fatan "seharunya aku tidak jatuh pada pesonanya, dan janji palsunya." Batin Gadis itu.
.
.
.Anin duduk di kursi yang berada tepat di depan Devan yang kini terlihat sedang Vidio Call dengan seseorang yang Anin tidak tahu siapa.
"Kok Lo masuk Van, bukannya Lo nggak ada jadwal hari ini?" Tanya Anin pada Devan membuat Devan yang ingin mengucapkan sesuatu tidak jadi.
"Iya. Gue nggak Ada jadwal tapi Icha ada" ucap Devan membuat Anin mengangguk.
"Lo kenapa keliatannya kesal?" tanya Devan.
"Iya. Gue kesal. ... Lo tahu? Tadi Fatan cekal tangan gue dan Mau nyium bibir Gue," dumel Anin.
Devan menatap Anin lalu menatap seseorang yang berada di layar Handphonenya yang kini menampilkan wajah Marah Arka.
"Untung bisa menghindar dari dia. enak aja kalo sampe dia nyium gue, Al Tunangan Gue aja nggak pernah nyium Bibi gue. masa dia tinggal mantan mau sosor Bibir Gue." Sambung Anin.
"Lo Vidio Call Sama Siapa sih?" Tanya Anin.
Devan memberikkan Handphonennya pada Anin membuat aAnin menatapnya bingung.
"Arka." Ucap Devan.
Anin menatap layar Handphonen Devan yang menaampilkan wajah datar Arka dan jangan lupa tatapan tajamnya.
"Al?" Ucap Anin.
"Kenapa nggak langsung?" Tanya Anin.
"Arka Tadi nelvon ke lo, tapi nggak di angkat. jadi dia telvon ke gue." Ucap Devan.
Anin mengangguk dia baru ingat kalo Handphonennya ia tinggalkan di Rumah.
"PULANG." Ucap Arka ketika Anin menatapnya.
"Lo.. kok pulang?" Tanya Anin.
"Pulang El." Ucap Arka.
"Tap___"
"PULANG YAH PULANG." Bentak Arka.
Anin mengangguk pasra lalu mematikan sambungan VC tersebut dan memberikan handphone Devan pada Devan.
"Gue pulang dulu." Ucap Anin.
Anin cukup tahu kenapa Arka marah hingga membentaknya, itu pasti mendengar ucapan Anin tadi.
"Semoga Al Nggak Lama marahnya." Doa Anin.
Ingat? Anin sangat takut Akan kemarahan Arka. Arka kalau marah sangat tidak bisa menngendalikan kemarahannya hingga menyakiti dirinya sendiri dan Anin tidak ingin itu terjadi, karna ia dan bundanya Arka jauh dari Arka. Hanya Dirinya dan Bundanya Arka yang bisa meredahkan kemarahan Arka.
"Masalah kecil jadi besar, bagaimana kalo masalah besar?" Ucap Anin.
Anin memasuki Mobil mewahnya yang di supiri Oleh Pengawal pribadinya.
"Kita langsung Pulang Nona?" Tanya pengawal Anin.
"Iya." Jawab Anin.
***
PRANG
Arka memukul Cermin yang ada di depannya dengan kepalan tangannya. cermin itu pecah dan tangannya terluka.Mengabaikan rasa perih dan darah di tangannya. Arka duduk di tepi ranjang lalu membaringkan tubuhnya.
"Gue kesal. Lo tahu? Tadi Fatan mencekal gue dan Mau nyium bibir Gue,"
Ucapan Anin tadi selalu tergiang di telinga Arka membuat Arka mengepalkan tangannya kuat.
"Untung Gue bisa menghindar dari dia,"
Arka menghembuskan Nafasnya untuk meredahkan kemarahannya, jangan sampai kemarahannya membuat ia kembali terbang ke Indonesia lalu mencari Fatan yang berani beraninya mau mencium bibir Anin.
"Awas saja kalau sampai itu terjadi." Gumam Arka.
Arka bangun dari tidurnya lalu mengambil laptopnya yang terletak di atas meja belajarnya.
Dengan segera Arka mengetik sesuatu di Laptopnya mengabaikan luka di tangannya.
"Aku harus menyelesaikan semuanya dan dengan begitu aku bisa pulang dengan cepat" ucap Arka.
***
Bersambung...
Pendek partnya ya? 😅😅😅 maaf ya..
Jangan lupa mampir di ceritaku, yang 👉👉 "Apa salahku"👈👈 masih sepi pembaca, vote dan coment 😅😅😅 jangan lupa mampir ya...
Byebye👋👋👋
28. Mei. 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka-Anin (Proses Revisi)
Novela Juvenil#Cerita ke-2 Anin. Tentang Arka & Anin. Hubungan keduanya selalu baik-baik saja. Akan tetapi, selalu saja ada orang-orang yang membuat hubungan keduanya goyah. Mantan Anin yang masih suka mengejar Anin, dan wanita yang selalu bersama Arka. Akank...