Part. 28

39.3K 2.5K 95
                                    

Selamat membaca

Adit, Bintang, serta Liven berjalan bersama menju ruangan di mana Anin di rawat. keberadaan ketiga Kakak laki laki Anin itu menyita perhatian semua orang, baik dokter, perawat, para pasien dan lainnya.

"Hiksss. Al."

"Hiks... Al. Bangun.."

Samar samar ketiga kakak Anin mendengar suara tangis seseorang tepat di depan ruang rawat Anin, membuat ketiga Kakak Anin saling menatap lalu dengan segera mereka membuka pintu yang ada di depan mereka.

"Hiksss... Al.. hiks.."

"Anin."

Panggil ketiga Kakak Anin ketika mendapati adik mereka menangis seraya mengguncang tubuh Arka yang tak sadarkan diri dalam keadaan duduk dengan kepalanya berada di sisi ranjang Anin.

Ketiga Kakak Anin langsung menghampiri Anin dan segera mengecek keadaan Arka.

"Arka kenapa?" Tanya Liven sambil memampah tubuh Arka menuju sofa di bantu oleh kakak keduanya. Bintang.

"Nggak tahu hiks..., dari tadi hiks... nggak bangun bangun. Hiks.." jawab Anin sambil menangis.

"Bang Adit..." Lirih Anin sambil menatap Adit.

"Panggil dokter, " Pinta Anin.

Adit menatap Adiknya lalu mengangguk, "Tapi jangan menangis ya."

Adit beranjak setelah menghapus air mata Anin.

Tak butuh berapa lama Adit sudah kembali bersama dokter dan dua perawat. Dokter langsung memetiksa Arka dan menjelaskan keadaan Arka.

Arka pingsan karna merasa kelelahan dan kurangnya istirahat.

Anin hanya terdiam ketika melihat Arka yang terbaring di atas sofa ia baru ingat kalau beberapa hari ini Arka selalu sibuk dengan pekerjaannya dan pria itu jarang beristirahat.

Arka selalu pergi pagi dan pulang jam tiga malam, karna lembur.

Anin menghembuskan nafasnya seharunya ia curiga saat dari tadi Arka terus memijit kepalanya di tambah lagi wajah pria itu pucat.

"Sudah jangan terlalu menyelahkan diri sendiri." Ucap Adit.

Adit tahu Anin pasti menyalahkan dirinya sendiri karna keadaan Arka yang sekarang.

"Jangan terlalu banyak pikiran, nanti bisa berdampak sama janin kamu." Nasihat Adit.

Adit menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam,

"Bang Adit pulang saja. Kasihan mbak Adifa sendirian di rumah," Ucap Anin membuat Adit mentapnya.

Adit mengangguk ragu sebenarnya ia ingin menjaga Anin, tapi ia tak mungkin membiarka istrinya sendirian di rumah apalagi hari sudah malam hanya ada penajaga di rumah dan para pelayan sudah pasti kembali ke rumah yang sudah di sediakan ayahnya khusus para pelayan.

"Bintang, Liven. Kakak pergi dulu. kalian jaga Anin." Pinta Adit membuat kedua adiknya mengangguk.

"Hati hati Kak." Ucap Anin ketika Adit siap beranjak dari tempatnya.

"Iya" jawab Adit.

.
.
.

Sudah hampir satu jam Anin,  Liven dan Bintang duduk menatap Arka yang masih terbaring di sofa.

Sebenarnya mereka ingin memesan satu ruangan untuk Arka, tapi tidak jadi mengingat kata Anin ia tidak mau jauh jauh dari Arka dan mereka semua lupa kalau mereka bisa meminta petugas rumah sakit untuk menambahkan ranjang di ruangan milik Anin.

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang