Part. 22

42.8K 2.7K 245
                                    


Selamat membaca

Anin mengerjabkan matanya secara perlahan saat sinar matahari yang masuk melalui cela-cela gorden menerpa wajah cantiknya.

Dahi Anin menyerit saat merasakan hembusan nafas di tengkuknya,  "Apa hantu?" tanyanya.

"Tapi kan, Ini pagi masa ada hantu. terus sejak kapan hantu bisa keluar napasnya? eh... hantu bernapas apa nggak ya?" gumam Anin.

Merasa penasaran Anin membalikkan badanya dan di saat itulah Anin terdiam melihat siapa yang memeluknya.

"Al?" Anin menatap wajah Arka yang terlelap satu kata hinggap di kepalanya 'Tampan' ya.. Arka masih terlihat tampan meski sedang terlelap.

Tangan Anin terulur mengusap wajah Arka. Jari-jari lentiknya menelusuri wajah tersebut, dari alis yang terlihat tebal, kedua kelopak mata yang terpejam, hidung yang mancung dan bibir yang tebal. Perisi seperti Azka.

"Eh... Tunggu! Kenapa Arka tidur di sini? terus..."

Anin menatap tubuh atas Arka yang tak memakai pakaian.

"Gile Arka ada roti kotak-kotak." Hebohnya sendiri.

"Tunggu!"

"Al. Tidur bareng Gue, dengan keadaan begini?"

Anin menatap tubuhnya di balik selimut, dan dengan seketika mata Anin membola.

"HUUAA....."

Teriak Anin membuat Arka yang terlelap terbangun dari tidurnya. Pria itu langsung terduduk di atas tempat tidur dengan mata yang masih mulai mengerjab.

Anin yang sedang berbaring langsung duduk di atas tempat tidur sambil menahan selimut yang akan terjatuh.

"AL!!"

Teriak Anin ketika memastikan tubuhnya tertutup.

"Kamu!?" Marah Anin menujuk Arka yang sibuk mengusap kedua kupingnya.

"Ada Apa si, El?" Tanya Arka malas.

"Kamu!" tunjuk Anin lagi.

Anin menatap tubuh Arka lalu menatap tubuhnya.

"Kok Kamu tega si Al?" Tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Hiks... hiks... nanti kalo aku hamil.. hiks.. kamu harus tanggung jawab. Hiks!!" Dan suara isakkan tangis Anin membuat Arka yang memang belum sepenuhnya sadar saat terbangun tadi. kini mulai sadar dan menatap wajah istrinya yang di penuhi air mata.

"Aku sayang sama kamu, Al. Hiks... tapi.. hiks.. kamu nggak harus buat kayak gini sama aku, kan?"

"Aku tidak mau tahu! kamu... harus! harus tanggung jawab hiks.." tangis Anin.

"Kamu tidak berhak mengambil sesuatu yang tak seharusnya kamu ambil, Al. Hiks..."

Arka menyeritkan dahinya mendengar ucapan Anin yang menurutnya aneh.

"El... Jangan menangis." ucapnya dengan tangan yang terulur siap mengusap air mata Anin namun belum juga tangannya sampai di wajah Anin, Anin langsung menepis kasar tangan Arka.

"Kamu tega Al. Hiks.. Kamu Ngambil kesucianku, Al.. hiks.."

Dan sekarang Arka mengerti apa yang membuat Anin berteriak dan menangis tak jelas di pagi ini. Arka menggembuskan nafasnya mendengar ucapan Anin, "El." Panggilnya.

"Aku berhak El. Karna Aku suami kamu." Ucap Arka sukses membuat tangis Anin berhenti.

Anin menatap Arka. Mata Anin yang memerah itu mengerjab-ngerjab menatap Arka membuat pria itu gemas melihatnya.

Arka-Anin (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang