Yasashiku Suru Yori Kiss wo Shite

366 32 0
                                    

Entah mengapa tiba-tiba kau mengajakku ke pantai saat musim dingin. Padahal saat musim panas pun kau menolak ajakanku. Di awal musim dingin ini ada yang sedikit berbeda darimu.

Tanpa berbicara sepatah kata pun kita berdua hanya berjalan menyusuri pesisir pantai. Bukannya aku tak senang, aku sangat senang kau mengajakku kemari. Tapi lihatlah sikapmu sedingin udara di sini. Lalu untuk apa sebenarnya kau mengajakku?

Bahkan sekarang langkah kakiku tak dapat menyeimbangi langkahmu. Aku tertinggal sedikit di belakang. Apa kau mengajakku ke pantai hanya karena merasa bersalah karena meninggalkan ku di stasiun kemarin?

Huh, sangat tak romantis. Padahal aku berharap ini menjadi kencan untuk kita berdua. Nyatanya ini hanya permintaan maafmu saja, bukan?

Aku pun mencibirkan bibirku di belakangmu. Sekarang bahkan aku dapat mendengar burung camar berkicau seolah-olah menertawa keadaanku.

"Yui, mau membeli sesuatu untuk menghangatkan tubuh? Kopi? Teh?" tawar mu.

Aku memang kedinginan. Tapi kau hanya perlu memelukku Risa. Itu saja sudah cukup.

"Baiklah" jawabku singkat.

"Disana ada yang menjual kopi, ayo"

Kau kembali meninggalkan diriku dibelakang.
.

.

.

Kau membiarkan ku duduk di bangku panjang sementara kau mengantri dua gelas kopi untuk kita berdua. Rambut sebahumu bergoyang pelan tertiup angin laut. Wajahmu yang tenang begitu indah saat terkena semburat senja yang dipancarkan matahari. Entah mengapa aku bisa mencintaimu meski dirimu tak pernah menyadari orang di sekitarmu.

Kau menyerahkan satu gelas kopi creamer kepadaku lalu ikut duduk. Kita berdua memandang laut dalam diam. Angin malam yang di hembuskan dari laut mulai terasa menusuk kulit. Kopi yang kupegang tak sedikit pun megurangi rasa dinginnya. Kau tiba-tiba melepaskan jaket yang kau kenakan dan dengan lembut mengenakannya padaku.

"Eh Risa ini tak perlu" ucapku kaget karena perbuatanmu.

"Tak apa kau pasti kedinginan"

"Bagaimana denganmu?"

"Tak apa pakai saja, aku baik-baik saja. Kau pasti lebih kedinginan. Kau memakai pakaian yang tipis begitu" Risa mengelus puncak kepalaku lalu tersenyum lembut.

Daripada kau berbuat seperti itu aku lebih suka kau menaruhku dalam pelukanmu. Aku yakin akan lebih hangat disana. Itulah yang kunantikan. Kau hanya membuatku berharap.
.

.

.

Kita berdua kini berjalan menyusuri pantai dengan air yang dingin. Langit senja telah berganti menjadi hitam sedari tadi dengan bulan dan bintang yang menghiasinya. Jaketmu masih menggantung sempurna di pundakku.

"Yui, ini sudah malam ayo ku antar kau pulang" panggilmu ketika kaki ini hendak menyentuh air.

Aku berdiri mematung di tempat. Air laut mulai membelai lembut kakiku. Aku tak ingin pulang Risa. Aku ingin bersamamu.

Kau mendekat lalu menarik lenganku pelan menuju ke pemecah ombak, tempat dirimu memakirkan mobilmu. Lalu kau membuka pintu mobil dan menyuruhku masuk.

"Ayo kuantar kau pulang" katamu sekali lagi.

Aku mendekat, mengikis jarak diantara kita. "Ibu sudah tahu kalau aku akan pulang telat" kubisikkan itu kepadamu.

Kau menunduk sebentar kemudian meletakkan kedua tanganmu di bahuku. Kau menatapku dalam. Memandang mu dari jarak ini membuat jantung ini sudah berdegub lebih cepat dari biasanya.

Tubuhmu sudah semakin condong ke depan. Aku sudah membayangkan bagaimana bibir mu menempel pada punyaku. Aku menutup mataku dan menunggu. Tapi kau malah mendorongku perlahan agar aku duduk dengan benar. Suasana ini pun menjadi canggung.

"Ini sudah malam. Aku tak bisa membiarkanmu terkena angin malam lebih lama lagi. Kau nanti sakit" Kau memakaikan sabuk pengaman ku lalu mulai fokus menyetir.

Aku mulai frustasi dengan keadaan kita. Hanya menjadi baik seperti itu kau tak akan memulai apapun Risa. Apa kau hanya ingin membuatku merasa malu-malu begini. Karena terkadang kau tiba-tiba mengejutkanku. Kau membuatku ingin terus bermimpi. Jika begini aku tak mau pulang.

Bagaikan gandum yang diterbangkan angin, cahaya bintang terpantul dan berkilauan di laut. Kita tak berbicara apapun sepanjang perjalan pulang ke rumahku.

Memang benar semua kisah cinta punya skenarionya masing-masing. Tetapi jika kau hanya berniat menjagaku saja seperti ini. Lalu apa artinya kedekatan kita selama ini?

Apakah kau hanya menganggapku sebagai adikmu saja? Atau sebatas teman saja? Kau begitu menyebalkan.
.

.

.

Mobil mu sudah berhenti di depan rumahku. Tetapi kita berdua malah diam. Aku tak tahu apa yang kau pikirkan tapi yang pasti aku tak ingin pulang.

"Ku antar kau sampai dalam, ayo" ucapmu memecah keheningan.

Kau hendak keluar dari mobil tapi ku cegah. Jika kau mengantarku pulang, hari ini akan segera berakhir. Aku ingin lebih lama bersamamu. Sedangkan dirimu sekarang mengerutkan dahi seolah bertanya-tanya kenapa.

Aku memajukan badanku. Hanya untuk hari ini aku tak akan membiarkanmu lepas. Mataku mulai terpejam menandakan aku menunggumu melakukannya.

Ya, daripada kau selalu berbuat baik seperti itu lebih baik kau menciumku. Jika hanya seperti itu kisah cinta kita akan terasa membosankan, bukan?

Kau selalu membuat diriku tidak sabar. Ku mohon jangan bermain-main lagi kepadaku.

---

Keyakizaka no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang