Cracked Shell

206 32 1
                                    

"Adikmu masuk rumah sakit lagi. Tapi jangan khawatir ibu akan mencarikan biaya pengobatannya. Yui belajar saja untuk pengambilan beasiswanya ya."

Suara dari kotak pesan di telepon bagai batu yang jatuh dari lereng dan menghantam tubuh rapuhnya. Menambah beban di pundaknya. Mencekik jalan nafasnya.

Dia ingin berteriak.

Sia-sia. Tidak mungkin ada seseorang yang mendengarnya. Hanya ada kertas soal dan keinginan ibu yang tersirat begitu egois.

"Ibu tahu, Yui adalah anak yang pintar. Ibu tidak bisa mengandalkan adikmu. Jadi ibu berharap dirimu bisa membanggakan ibu."

Wajah tersenyumnya kala itu nampak ke-ibu-an. Kini saat Yui mengingat kembali senyum itu seperti menindasnya dalam topeng minta dikasihani.

"Ibu tahu ini bukan yang kamu inginkan. Tapi hanya mengandalkan suaramu dunia ini tidak akan menerimamu."

Dulu ibu pernah bilang semua terserah pada Yui. Memuji betapa bahwa indah suaranya. Semua berubah ketika kata-kata berharap mulai sering dilontarkan.

Berharap membanggakan.
Berharap berhasil.
Berharap sukses.
Dan semua ukuran bahagia yang diinginkan orang dewasa.

Burung-burung di luar berkicau dan bermain. Terbang bebas ketika angin bertiup lembut menggoyahkan dahan. Seakan mengejek keadaan Yui.

Siapa yang sebenarnya menciptakan cangkang ini?

Ibunya yang berharap dia hidup tenang di kemudian hari?
Adiknya yang butuh pertolongannya?
Orang dewasa yang menciptakan standar bodoh tentang kebahagiaan?
Atau bahkan dirinya sendiri yang telah lupa apa yang dia inginkan, menjadi boneka orang dewasa?

"Tidak usah mengajak Yui. Memangnya kalau kita ajak dia bisa membayarnya? Dia hanya orang miskin!"

"Miskin saja sombong. Prestasi seperti ini saja dibanggakan. Dasar sampah."

"Kau pikir akan masuk satu kampus dengan kami? Tidak akan! Tidak ada orang miskin sepertimu yang masuk kampus ini!"

Dimana seharusnya manusia berpijak? Tidak ada tempat yang cocok bagi Yui. Sampai kapan dia akan dianggap sampah jika dia melangkah dengan jalannya sendiri? Apakah perbedaan itu salah? Apa itu disebut pemberontakan?

"Maaf Yui, aku tidak mau berurusan dengan teman-teman mu lagi. Mereka mengganggu hidupku. Jadi kita akhiri saja hubungan kita."

Cinta itu sebuah kebohongan. Itu yang dapat disimpulkan dari hidupnya. Hanya ada hubungan yang menginginkan keuntungan.

Semua adalah kebohongan.

Menjadi dewasa adalah sebuah kebohongan.

Kertas soal semakin terlihat menyebalkan. Haruskah kertas ini dibakar beserta tubuhnya. Beserta impian yang dianggap tidak berguna.

Tidak ada sisi hitam dan putih dalam hidup ini. Semua dianggap benar dalam satu sisi dan dianggap salah dalam sisi lainnya. Jadi tidak masalah menjadikan semuanya menjadi abu. Tidak ada yang benar-benar menangisinya.

Jalanan nampak jauh. Tapi begitu dekat jika terjun kesana. Hanya dalam hitungan detik saja.

Haruskah sekarang? Haruskah nanti?

"Tidak, jangan lakukan itu!"

Yui berbalik. Apakah harapan yang berbicara padanya? Atau hanya orang yang berpura-pura kasihan padanya?

"Jangan lakukan hal yang akan kau sesali di kemudian hari. Meskipun semuanya terasa sangat sulit. Bertahanlah. Kesalahan bukan hanya pada mu. Dunia masih akan lebih indah jika kau ada di dalamnya."

Bulir air matanya menetes perlahan. Kakinya mendadak bergetar. Yui terduduk lemas di lantai balkon yang dingin. Orang itu memeluk Yui erat. Terasa dingin tetapi hati Yui begitu hangat.

Yui sadar, hal yang hendak ia lakukan adalah hal yang lebih bodoh dari semua perbuatan orang yang menyiksa dirinya. Sekali lagi ia ingin mencoba rasa hidup itu. Ketika rasa itu hadir dalam hatinya, ia menjadi lebih lega.

Mata Yui terbuka. Ia hanya sendirian. Hanya ada setangkai bunga lily dan secercah harapan yang tertinggal.

"Arigatou..."

Keyakizaka no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang