Berapa lama lagi aku harus menahan rasa sakit ini. Kau datang dalam kehidupanku seolah-olah kau adalah takdir untukku. Kenyataannya adalah kau pergi dengan orang lain. Meninggalkan lubang besar di hatiku. Aku tak menyangka kau akan mengkhianatiku.
Pesan yang kau kirim dua bulan yang lain begitu terasa menyakitkan. Bagai pisau belati yang tajam langsung menghujam tepat dihatiku. Kini aku tak dapat merasakan cinta lagi. Aku tak dapat hidup seperti ini lagi.
Di jembatan ini aku akan mengakhiri semua rasa sakit yang kurasakan. Aku tak akan merasakan apapun lagi. Aku akan meninggalkanmu juga. Terima kasih untuk senyum palsumu selama ini untukku.
"RISAA!!!"
Selamat tinggal Neru.
BYURR!!
***
Semuanya masih gelap. Dimanakah aku sekarang? Apakah aku sudah mati? Aku tidak dapat merasakan tubuhku lagi. Apakah aku sudah benar-benar mati? Bolehkah aku membuka mataku sekarang?
Dengan perlahan mataku terbuka. Kini aku ada di dalam ruang putih dan tanganku terlihat dipasangi oleh selang infus. Ah aku mengerti, aku berada di rumah sakit sekarang dan aku belum mati. Percobaan bunuh diriku gagal.
"Kau sudah sadar rupanya?" Seseorang ada diambang pintu ruanganku. Dengan setelan baju putih aku dapat mengerti jika dia seorang suster disini.
Dia berjalan mendekat ke arahku. Aku semakin dapat melihat wajahnya. Dia seorang gadis yang cantik, wajahnya mungil dan terlihat masih sangat muda sepertinya dia suster baru di sini. Rambut kecokelatannya digelung rapi kebelakang.
"Dapatkah kau menekan tombol bel pemanggil perawatnya? Aku butuh suster dan dokter lebih banyak lagi untuk memeriksamu." Aku mengangguk menyanggupi. Dengan susah payah aku menekan tombol yang tergeletak di sebelah kepalaku. Entah mengapa aku melakukannya padahal dia sendiri dapat memanggil suster yang lain, dia kan suster juga di sini.
"Nah baiklah Watanabe-san, tunggu saja suster yang akan menuju kemari. Aku pergi dulu, aku harus memeriksa pasien di kamar sebelah." Dia pergi keluar kamarku dan tak lama seorang suster yang lain dan seorang dokter datang memeriksaku.
***
Dua hari berlalu sejak aku siuman dari masa koma ku. Ibuku bercerita bahwa aku koma selama seminggu setelah aku melompat dari jembatan itu. Kata dokter semuanya baik-baik saja kecuali tangan kiriku yang patah. Ibuku bersyukur aku tidak apa-apa. Melihat ibuku menangis bahagia karena aku bangun lagi membuatku menyesal sudah bunuh diri seperti kemarin. Kakakku sangat marah setelah aku sadar tapi hanya bertahan semalam saja. Dia juga bahagia aku dapat bangun lagi.
Sekarang aku sedang memakan sarapanku yang diantar seorang suster tadi di atas tempat tidur. Ibu dan kakakku sedang pulang untuk membersihkan diri. Oh iya aku teringat suster yang yang kulihat saat aku pertama kali bangun. Sudah dua hari aku tak melihatnya. Apa dia cuti?
"Mencariku?"
"Woah!!" Aku terkejut seseorang tiba-tiba masuk ke ruanganku. Ternyata suster itu. Dia muncul seakan tahu aku memikirkannya. Bahkan aku tak tahu kapan dia masuk ke sini, seperti hantu saja.
"Kenapa terkejut seperti itu?" tanyanya santai.
"Tentu aku terkejut, tiba-tiba suster ada dihadapanku begitu," jawabku. Hah, jantungku masih berdetak cepat.
Dia tergelak, "Watanabe-san saja yang tidak melihatku masuk karena terlalu banyak melamun. Memikirkan aku?" ucapnya sedikit dengan nada menggoda. Aku memutar bola mataku malas dan berdecak. Dia tertawa kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyakizaka no Kiseki
FanfictionKeyakizaka46's short story - fiction. Original Story by : Yukinao Rin