One Regret

411 40 0
                                    

Akanen sudah makan?

Akanen ayo tidur sudah malam.

Akanen besok kan kompetisinya?

Akanen selamat, kau menang!

Akanen kau menyukai Yuuka kan?

Akanen selamat atas pernikahannya.

Akanen, Yuuka pasti akan kembali padamu.

Akanen aku mencintaimu ...

.
.
.

Aku terbangun bercucuran keringat. Aku dapat mendengarkan suaranya di mimpiku lagi. Ku raih gelas yang terisi air putih lalu ku teguk habis isinya.

Perhatianku teralih ketika tangis putri kecilku terdengar dari ruang sebelah. Meskipun mengantuk aku harus mengeceknya.

Setelah ku cek seperti nya dia lapar, jadi aku turun ke dapur untuk mengambil susunya di lemari es. Ku hangatkan asi yang diberikan Yuuka setiap hari melalui pelayan pribadinya itu di microwave sebentar.

"Sudah ya Yurina jangan nangis lagi mama Akanen ada di sini, minum susunya ya" Yurina meminumnya dengan cepat. Sepertinya dia memang benar-benar lapar.

"Maafkan mama ya, mama terlalu sibuk bekerja sampai tidak tahu anaknya kelaparan. Mama akan cepat menyelesaikannya dan Yurina tidak akan kesepian lagi saat mama sibuk" Yurina bergumam di sela minumnya seperti menjawab perkataanku tadi, aku tersenyum mendengarnya.

"Anak pintar, sekarang kembali tidur ya" aku meletakkan Yurina lagi di box tidurnya. Ku kecup dahinya kemudian aku kembali ke meja kerjaku.

Ku renggangkan tubuh yang kaku ini akibat sering duduk, tak apa ini demi Yurina juga. Aku melanjutkan pekerjaan ku tadi yang sempat tertunda karena tertidur. Hanya tinggal men-setting ulang programnya dan semua akan beres.

Hidupku berantakan setelah ditinggal Yuuka. Dia berselingkuh dengan teman kerjanya dulu saat mengandung Yurina. Dan ya.. setelah Yurina lahir kami bercerai karena alasan aku terlalu sibuk bekerja padahal itu untuknya juga.

Aku merawat Yurina sendirian. Yuuka mau mengantarkan asi tetapi tidak mau merawatnya. Aku mencoba mengerti keadaannya dan masih bersyukur setidaknya Yuuka mau memberikan asinya.

Terkadang para tetangga juga membantu merawat Yurina ketika aku harus pergi keluar untuk bekerja. Terutama Risa tetangga sekaligus teman kecil dulu. Dia mengerti semua tentang ku dan Yurina jadi aku tak ragu menitipkan Yurina kepadanya. Risa juga sudah memiliki anak perempuan lebih besar dari Yurina, Neru. Dia bilang Yurina bisa jadi teman main Neru. Risa sungguh baik.

"Selesai!" Seru ku.

Program untuk prosesor robot yang ku buat sudah selesai ku program ulang. Ini salah satu proyek terbesar ku sampai saat ini. Meskipun berulang kali gagal, aku tidak akan menyerah. Ini untuk Yurina dan untuk menebus kesalahan ku. Aku masukkan prosesor kedalam tubuh robot. Tinggal menyalakan untuk mencobanya apakah berhasil atau tidak.

Ku pandang wajahnya, aku tersenyum. Wajah robot ini ku ambil dari Watanabe Rika, orang yang selalu ada untukku bahkan sampai saat-saat terakhirnya.

Ya benar, Rika meninggal satu tahun yang lalu tepat seminggu sebelum Yurina lahir karena leukimia. Pada saat itu aku baru menyadari begitu berharganya dia bagiku. Kami telah bersama sejak kecil, meskipun dia pemalu kami dapat akrab dengan bantuan Risa yang memang adik dari Rika.

Dari kecil aku begitu menyukai robot seperti ayahku. Aku sering membantunya dan akhirnya dapat membuat sendiri meskipun sederhana. Setiap aku membuat sesuatu dan menunjukkan pada Rika, dia selalu saja memujiku meskipun buatan ku buruk. Kami makin dekat sejak memutuskan satu kamar di asrama SMA. Kami selalu bersama, Rika selalu baik padaku. Mengingatkanku untuk makan, tidur ataupun menyemangati ku saat aku sedang membuat sebuah robot.

Di SMA juga kemampuanku berkembang dan memutuskan masuk Universitas Teknologi setelah lulus. Hubungan kami sedikit merenggang waktu itu karena kesibukan kami. Dan saat itu juga aku bertemu Yuuka dan jatuh cinta padanya tapi tak tahu cara mengungkapkannya. Aku menceritakan perasaanku tentang Yuuka pada Rika berharap mendapat solusi tapi tanpa sadar aku menyakitinya. Dia berkata padaku untuk menyatakan pada Yuuka dengan berani Yuuka pasti akan menerimaku. Bodohnya juga aku menurutinya, aku mengungkapkan perasaan ku pada Yuuka dan dia menerima ku. Saat aku menikah dengan Yuuka, Rika dengan semangatnya mengucapkan selamat padaku. Aku tak pernah peka pada perasaan Rika.

Aku mulai menyadarinya ketika hidupku mulai berantakan. Yuuka dan aku bertengkar hebat karena dia selingkuh sedangkan Rika harus tinggal di rumah sakit untuk perawatan medis karena leukimianya. Di saat yang sama pula Yuuka menceraikan ku dan Rika harus pergi karena penyakitnya. Aku hendak bunuh diri saat itu, tak tahu bagaimana harus hidup. Dua orang yang ku sayangi pergi meninggalkan ku di waktu yang sama. Tapi Risa berhasil meyakinkan ku untuk tetap hidup demi Yurina.

Aku memutuskan untuk membuat robot secanggih mungkin yang mendekati manusia untuk merawat Yurina. Bentuk figurnya ku samakan dengan Rika sebagai penebus kesalahanku. Berbulan-bulan aku membuatnya dan berulang kali gagal. Kuharap malam ini adalah percobaan terakhir. Besok adalah hari kepergian Rika genap satu tahun. Aku ingin memperlihatkan pada Risa besok sebagai peringatan kepergiannya.

"Ok Akanen, hasil kerja kerasmu akan terbayar hari ini. Percayalah" Perlahan aku menyalakannya, semoga tidak gagal lagi.

"Hajimemashite!
Watanabe Rika desu
Aoko to Pan daisuki desu
Yoroshiku onegaishimasu"

Aku tersenyum mendengar suara Rika lagi. Tapi uji coba tak hanya itu. Kudengar Yurina menangis di kamar. Kebetulan sekali, sekarang uji coba merawat Yurina.

"Yurina menangis bisakah kau mengeceknya?" Tanyaku.

"Tentu"

Robot Rika berjalan menuju Yurina berada. Sesampainya disana dia menggendongnya hingga Yurina kembali tertidur. Aku tersenyum dan hampir menangis, Yurina begitu nyaman di pelukan Rika.

Uji coba pada kegiatan rumah tangga lain berlangsung hingga pagi. Tak ada masalah hanya mungkin perlu diperbaiki sedikit di beberapa program untuk menyempurnakannya. Tapi aku senang akhirnya aku berhasil.

"Ini sarapannya silahkan dimakan" katanya sambil menyusun makanan untuk sarapan pagi ini, uji coba terakhir.

"Terima kasih" ucapku, dia tersenyum. "Rika mau kah kau memeluk ku?" dia mengangguk, menuju ke arahku kemudian memeluk ku hangat. Aku tak dapat menahan air mata ini yang begitu saja mengalir. Hati ini serasa lega telah berhasil. Aku dan Yurina takkan kesepian lagi.

Dia melepaskan pelukan "Yurina menangis, akan saya cek terlebih dahulu. Akanen makan dulu saja" dia berlalu. Aku kembali duduk, mengambil ponsel ku kemudian menghubungi Risa.

"Hallo Risa"

Hallo Akanen, ada apa?, jawabnya di seberang sana.

"Datanglah sebentar lagi, akan ku tunjukkan kau sesuatu"

Baiklah, setelah sarapan dan Manaka berangkat aku akan ke sana.

Aku memutuskan hubungan telepon dan melihat robot Rika didepanku tengah menggendong Yurina yang meminum susu.

Aku tak akan menyia-nyiakan dirimu lagi Rika. Meskipun ini bukan dirimu sebenarnya, setidaknya mampu mengurangi penyesalan ku.

Aku juga mencintaimu Rika....

---

"One of the most difficult things to think about in life is one's regrets. Something will happen to you, and you will do the wrong thing, and for years afterward you will wish you had done something different." - Lemony Snicket, Horseradish

Keyakizaka no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang