I Can See You in Your Dream (3)

191 32 8
                                    

Setelah mengelilingi rumah sakit dan bertanya sedikit aku sekarang ada di depan kamar Keyaki no 46. Jantungku berdegup kencang ketika hendak mengetuk. Apakah dia benar-benar disana?

"Tak apa Risa, kau harus masuk untuk memastikan," ucapku untuk meyakinkan diriku sendiri.

Tok!! Tok!!

"Ya silahkan," ucap seseorang dari dalam.

"Permisi." Aku membuka pintu perlahan.

Betapa terkejutnya aku disana benar-benar ada Yui. Terbaring dan menutup mata dengan selang dimana-mana. EKG atau alat pendeteksi detak jantung juga berbunyi nyaring.

"Siapa ya? Temannya Yui?" tanya wanita paruh baya yang duduk disana.

"Eh? I-iya, saya temannya Yui." Jawabku gugup.

"Silahkan masuk, Aku ibunya. Duduklah disini." Dengan malu-malu aku duduk disebelah ibu Yui. Aku melihat Yui tertidur tenang disana.

"Siapa namamu nak?" tanyanya.

"Watanabe Risa," jawabku.

"Apa kau bertemu Yui di rumah sakit baru-baru ini?" Aku mengangguk.

"Bagaimana anda tahu?" tanyaku bingung.

"Dia selalu tidak bisa diam disini. Dua tahun lalu ada seseorang yang pernah datang kemari berkata jika dia bertemu Yui sebagai suster disini dan menemaninya hingga orang itu sembuh. Orang itu juga dapat semangat baru dalam hidupnya karena Yui padahal dia sudah berusaha bunuh diri berkali-kali," jelasnya.

"Benarkah?" Ibu Yui mengangguk.

"Bagaimana kisahmu?" tanyanya.

"Saya berada disini sama seperti orang pertama yang putri anda temui. Saya mencoba bunuh diri dan gagal. Disini saya bertemu dengan Yui sebagai suster dan menemani saya. Bahkan ketika saya hendak mengakhiri hidup saya lagi putri anda mencegahnya," jelasku panjang lebar.

"Dia selalu seperti itu. Dia tak ingin orang lain melakukan kesalahan seperti dirinya dulu." Ibunya mengelus puncak kepala Yui. Aku mengerti pasti sangat sedih rasanya.

"Maaf sebelumnya. Apa dia benar-benar bunuh diri dulu?" tanyaku hati-hati.

"Semua salah ku dan ayahnya. Kami orang tua yang tidak pengertian dan selalu saja bertengkar sampai-sampai anak kami begitu menderita. Yui mencoba bunuh diri dan akhirnya berakhir disini. Sudah tiga tahun ia belum bangun. Tapi berkatnya juga kami berdua tidak lagi bertengkar." Jadi yang dikatakan dokter tadi benar.

Kemudian kami berdua menoleh kearah pintu ruangan yang diketuk, dua orang masuk ke dalam. Kata ibu Yui salah satu dari mereka adalah orang yang pernah ditemui Yui. Gadis berambut pendek berwarna pirang bernama Shida Manaka sedangkan yang datang satunya adalah tunangan Manaka, Watanabe Rika.

Manaka menceritakan bagaimana dia bertemu Yui. Dan tak kusangka kejadiannya hampir mirip denganku. Manaka kemari untuk memberikan undangan pernikahannya pada Ibu Yui.

"Ibu, kami berdua pamit ya. Jangan lupa untuk hadir dipernikahan kami." Ibu Yui mengangguk.

"Hei, kami berdua pamit ya. Tolong jagakan Yui untukku," pamit Manaka padaku. Eh? Menjaganya?

"Iya, hati-hati" balasku.

"Hati-hati nak Manaka, nak Rika," kata ibu Yui ketika mereka berdua keluar kamar.

"Kalau begitu saya juga pamit. Bolehkah saya mengunjungi Yui lagi?" tanyaku.

"Tentu nak," jawab Ibu Yui ramah.

***

Sekitar satu tahun berlalu aku semakin mengenal Yui dan keluarganya. Mereka begitu baik padaku. Keluargaku bahkan juga telah mengenal baik keluarga Yui meskipun ia belum bangun juga.

Hari ini hari ulang tahunnya. Aku hendak memberinya kado kecil sebagai kado pertamaku untuknya jadi aku datang ke rumah sakit. Ah, senangnya aku dapat berkunjung lagi setelah jadwalku selalu padat bulan ini.

Tiba aku di kamar Keyaki no 46. Setelah aku mengetuk aku membuka pintu geser secara perlahan. Ruangan itu tampak sama ketika aku terakhir kali kesini yang berbeda hanya tak ada Yui disana.

"Eh, kemana Yui?"

"Mencariku?" suara seseorang yang tak asing bagiku terdengar dari belakang. Aku berbalik dan terkejut. Yui telah sadar dan duduk dikursi roda.

"Risa? Kau Risa kan?" Aku berjalan kearahnya dan menunduk untuk memeluknya.

"Syukurlah kau sudah sadar. Aku menunggumu lama sekali Yui," kataku.

"Aku juga menunggumu dapat memelukku seperti ini. Aku melihatmu dalam mimpiku Risa, ibu juga banyak bercerita tentangmu." Dia mengeratkan pelukannya lagi begitupun aku.

Aku sungguh bahagia dapat melihatmu bangun seperti ini. Setelah kau mengembalikan kebahagianku lagi aku berjanji aku akan membahagiakan dirimu.

***

Udah habis, happy ending kan?

Keyakizaka no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang