Author POV
Saena dibawa hingga ke dalam apartemen Sehun. Apartemen itu baru saja didapat Sehun dari kakeknya sebagai hadiah kelulusannya. Sehun bahkan belum sempat menempati apartemen ini.
Hanya dengan melihat banyaknya postingan dari tagar fathers day itu bisa membuat Saena sangat emosional. Sehun benar-benar tidak tega ketika di mobil Saena terus-terusan berkata jika ia sangat merindukan papanya.
"Sudah sadar?" Sehun memandang tepat ke arah mata Saena yang mulai melihat kesekelilingnya dengan pandangan heran.
Tidak ada jawaban dari Saena. Tubuh rampingnya masih saja bergetar seperti tadi.
"Syukurlah kamu ditahap ini." Ujar Sehun saat mengetahui keadaan Saena.
Ini tahap dimana Saena merasa terombang-ambing menuju stabil. Setelah ia usai dengan memori masa lalunya, ia akan kembali sadar dengan dunianya sekarang, akan tetapi sangat sulit baginya untuk sepenuhnya sadar.
"Biar saya bantu kamu berbaring."
Setelah membaringkan Saena di tempat tidur, Sehun membuat diri Saena rilex terlebih dahulu sebelum ia memeriksa kondisi tubuh Saena akibat gangguan kejiwaannya.
Sebelum memberikan obat atau tindakan medis lainnya, Sehun harus memastikan kondisi tubuh si pasien agar bisa memastikan dosis yang harus diberikan.
Dengan memerikasa denyut nadi, tensi dan suhu tubuhnya, kini Sehun tahu obat mana yang sesuai dengan dosis Saena. Tapi Sehun tidak sepenuhnya yakin akan berpengaruh dengan kepanikan Saena saat ini.
Tak berapa lama setelah Sehun menyuntikkan obat ke dalam tubuh Saena. Keringat yang mengalir keluar dari tubuhnya kini berubah menjadi hangat, sebagaimana semestinya.
"Obatnya mulai bereaksi." Komentar Sehun setelah ia menempelkan punggung tangannya di kening dan leher Saena.
"Sekarang, tidurlah." Instruksi Sehun kepada Saena yang masih terjaga.
Tubuh mantan kekasih Kris itu sudah mulai normal, tidak lagi bergetar seperti orang yang menggigil. Tapi ia masih belum sepenuhnya menyadari sedang dimana dan sedang bersama siapa. Saena sepenuhnya seperti orang ling-lung.
Dokter yang menangani Saena saat ini sedang mencoba membuat pasiennya tertidur dengan mengelus lembut rambut hitam sang pasien. Salah satu cara terbaik untuk membuatnya ngantuk kemudian tidur.
"Maafkan sepupu saya. Kalau aja dia masih disisi kamu, tidak akan mungkin kamu berada disini." Sehun bermonolog sebagaimana kata hatinya.
Tangan besar milik Sehun masih bermain di setiap helaian rambut Saena hingga gadis itu terlelap.
Ruang tidur Sehun saat ini seakan dipenuhi dengan aura kesedihan Saena sehingga setiap kali Sehun menatap gadis itu, dia semakin berat hati jika harus membiarkan Saena sendirian lagi.
"Seharusnya kamu dibawa ke rumah sakit. Tapi saya kira kamu akan lebih menderita disana." Sehun menarik dirinya dari kasur tempat Saena tertidur, menuju sofa yang ada di sebelah selatan kasur.
Dan untuk malam ini, dokter yang baru mendapatkan gelarnya dari Jerman ini diharuskan untuk berjaga demi si pasien karena disini tidak ada suster yang bertugas menjaga pasien 24 jam.
'Halo Kris.'
'Hhooaamm. Halo hun, ada apa?'
'Sekarang lagi dimana?'
'Lo ngigo? Gue lagi di kamar dan gue baru bangun karena telefon dari lo.' Omel Kris dari seberang sana.
Setelah Sehun melihat arloji di pergelangan tangannya, ia tak menyangka kalau sekarang sudah pukul 2 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Oh ● Sehun EXO✔️
Fanfiction[Completed] "Memangnya kenapa lagi? Kamu itu pasien saya. Tanggung jawab saya."