1.8

10K 1.1K 28
                                    

Baru kali ini ada orang yang ngajak gue sarapan di restoran pizza. Kalau boleh tau, emang di negara mana yang membiasakan penduduknya untuk sarapan pake pizza sih?

Walaupun begitu, selagi ini gratis gue nikmatin aja. Lagi pula pizza adalah salah satu hal yang tidak bisa ditolak juga.

"Besok kamu masuk kelas jam berapa?" Tanya dokter Sehun.

"Siang. Kenapa?"

"Saya mau ajak sarapan lagi." Tatapannya polos. Tidak mencerminkan ekspresi yang begitu spesifik, mungkin karena dia dokter khusus kejiwaan kali ya.

"Sarapan pizza?"

"Apa aja terserah kamu." Masih belum berekspresi.

Gue mengangguk dan memberikan senyuman singkat untuk memberitahu jika gue menyetujui tawaran yang diberikan oleh dokter Sehun.

Pizza yang dipenuhi dengan berbagai macan daging sebagai topping dan juga lemon tea hangat sudah tersaji menggoda di atas meja. Tanpa menunggu lama dan sebelum pizza itu dingin, gue langsung mengambil potongannya dan melahapnya.

"Enak?"

"Emang ada pizza ga enak?" Sela gue.

"Yaudah. Dimakan ya, sampai habis."

Untuk orang yang saat ini ada di hadapan gue. Dan sedang menatap gue. Terima kasih karena mau masuk dan mengenali hidup gue. Ketika semua orang menjauh, dia dengan berani berjalan mendekati gue.

Meskipun gue belum tahu apa motifnya dia baik dan perhatian ke gue. Apakah itu hanya belas kasihan atau memang murni dan tulus, yang terpenting saat ini gue punya sosok baru yang ada dalam hidup gue.

"Saena kamu kenapa?" Tanya dokter Sehun.

Gue tidak melakukan apapun karena sedaritadi gue hanya melahap potongan-potongan pizza itu.

Dokter Sehun mengulurkan tangannya mendekat ke arah wajah gue. Gue masih bingung dengan situasi saat ini dan membuat gue hanya berdiam diri.

Tanpa gue sadari ternyata air mata jatuh dan membasahi pipi gue. Tangan hangat dokter Sehun berhasil menyeka bersih air mata yang ada di wajah gue.

Memang biasanya ini sering terjadi ketika gue sendiri. Penyebabnya tidak lain adalah perubahan suasana hati yang sangat ekstrem pada diri gue.

"Jujur ke saya. Apa yang lagi kamu pikirkan?" Dokter yang sedari tadi menemani gue itu bertanya dengan nada serius.

"Gue gangerti jelasinnya gimana." Setelah dokter Sehun, kini tangan gue kembali meraba area pipi untuk memastikan tidak ada lagi cairan yang membasahi wajah gue.

Tatapan dokter Sehun semakin mendalam, ia seperti sedang mencari sesuatu di bola mata gue.

"Ceritain aja apa yang kamu pikirin, ceritakan apa yang kamu rasain sekarang." Walaupun gue sudah mencoba untuk mengalihkan pandangan agar tidak bertatapan mata dengannya tetap saja ia mengikuti arahnya bola mata gue.

"Gue sedih, gue kesel, gue marah." Gue mengucapkan setiap kata sifat tersebut dengan pelan-pelan juga berimbuhkan emosi. 

"Sama siapa?"

"Diri gue sendiri." Gue mengambil nafas dalam, "Setiap kesedihan, amarah dan kekesalan gue itu, siapapun penyebabnya gue gapernah bisa menyalahkan orang lain melainkan gue menyalahkan diri gue sendiri."

Mungkin yang gue ceritakan bukanlah penyebab mengapa gue menitihkan air mata tadi, gue hanya mencoba mengeluarkan permasalahan diri gue selama ini.

"Kamu orang baik Saena. Tapi kamu perlu kenal apa itu egois."

Perkataan dokter Sehun seperti sedang mencoba mendobrak pemikiran gue.

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang