Untuk pertama kalinya, gue tidur dengan sangat nyenyak tanpa beban pikiran yang biasanya menghantui gue.
Sebelum tidur tadi malam, gue menceritakan segala kegiatan gue di rumah papa kepada Sehun, satu-satunya orang yang bisa menjadi tempat curahan gue. Yah, tapi sebagai dokter kejiwaan yang sedang menangani gue, wajar aja dong dia tau perkembangan emosi gue kali ini.
Papa bilang, dia menyesali perbuatannya. Papa bilang, gue harus percaya kalau ini bukan sepenuhnya salah dia. Papa bilang, dia ingin gue terus berada di dekatnya.
Dan yang paling penting, papa mau gue tinggal di rumahnya bersama ibu dan abang tiri gue. Melihat sikap mereka kepada gue kemarin, spertinya tidak menjadi masalah kalau gue masuk kesana.
"Mama?" Saat teringat tante Sora, gue teringat dengan mama.
Lalu semuanya berubah, perlahan kepanikan merasuki diri gue. Aneh, biasanya saat mengingat mama gue biasa aja, tapi kali ini gue merasa beda.
Gue harus lawan ini. Gue mau memulai semuanya lagi. Gue ngga akan biarkan sesuatu menghalangi jalan gue untuk bahagia.
"Aku nikahin kamu supaya bisa dapetin warisan papa!! Supaya kamu bisa ngasih aku anak cowo yang nantinya gantiin papa!"
"Apa semua itu yang terpenting saat ini Lee Donghae? Tidak bisakah kamu syukuri aja kita punya anak yang sehat seperti Saena?"
Pertengkaran hebat mama papa masuk kembali ke dalam pikiran gue seperti gemuruh.
Bagaimana dengan mama? Selama ini mama sudah cukup terluka. Dia tidak memiliki suami yang bisa setia kepadanya dan dia juga tidak memiliki anak yang dapat selalu berbakti kepadanya.
Anak macam apa gue yang hanya memikirkan kebahagian gue secara sepihak?
Air mata bergelinang di atas pipi gue saat riasan wajah gue sudah sempurna untuk pergi ke kampus.
Mau tau siapa musuh yang paling gue benci? Diri gue sendiri.
Betapa beratnya bagi gue untuk menerima kenyataan jika tidak ada yang memperdulikan gue. Namun, saat sosok yang gue idam-idamkan sudah mulai melihat dan memeluk gue, gue harus memandang ke arah yang bersebrangan, dimana jika gue mendapat kebahagiaan akan ada orang yang sangat terluka karena gue.
"Maa..." Gue merintih memanggil nama mama saat gue mengingat kebahagiaan yang terpancar di wajah papa, tante Sora dan Taemin.
Mungkin mama memang tak sepeduli itu dengan gue. Tapi gue paham luka yang di derita mama karena gue.
Saena
Gue mau skip kampus hari ini, bisa jemput gue di asrama?Oh Sehun
Saya kesana.
Kalau salah satu dari gejala kamu kambuh, lakukan inhale exhale yang seperti saya ajarkan.
Secepatnya saya akan tiba disana.Gue menarik nafas dalam-dalam lewat hidung kemudian melepasnya lewat mulut, gue harus melakukannya berulang kali. Walau tidak berdampak banyak, kata dokter Sehun itu bisa berguna untuk menghambat kepanikan gue menyebar hingga membuat tubuh gue gemetaran.
Dua puluh menit kemudian, dokter Sehun masuk ke dalam kamar gue dengan langkah yang tergesa-gesa.
Pandangannya menggeledah seisi ruangan ini untuk mencari keberadaan gue yang berada di sudut tempat tidur dengan memeluk kedua paha gue dan air mata yang tak dapat terbendung.
"Ada apa Saena?" Dia menekukkan lututnya untuk mengimbangi posisi gue.
"Gue merasa diri gue jahat. Gue terlalu egois."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Oh ● Sehun EXO✔️
Fanfiction[Completed] "Memangnya kenapa lagi? Kamu itu pasien saya. Tanggung jawab saya."