1.4

9.9K 1.2K 33
                                    

Akhir semester udah dekat. Gue harus banyak belajar untuk ujian nanti. Supaya nilai gue mencukupi untuk lanjut ke semeter depan.

"Kerja bagus Saena." Puji diri gue sendiri dalam hati.

Bagi gue untuk tetap konsisten buat kuliah itu ngga gampang. Gue nggak punya siapapun untuk gue impress dengan status gue sebagai mahasiswa di universitas terbaik negri ini. Terlebih dengan kondisi mental gue.

Mungkin yang bisa buat gue bertahan sampai saat ini adalah kepercayaan. Percaya jika usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Seberat apapun masalah yang sedang gue hadapi, walau sesekali gue sempat berfikir untuk mengakhiri semunya tetapi untuk beberapa saat gue juga berkeinginan punya kehidupan yang 'normal'.

Untuk membuat usaha gue berhasil, gue harus memastikan kalau gue sudah 100% move on dari Kris dengan mencopot foto-fotonya yang ada di dinding kamar gue.

"2 tahun, ternyata kita nggak pernah ngelewatin momen apapun ya, Kris." Gue memandang takjub semua momen indah yang gue print dan pajang.

Ide untuk selalu mengabadikan momen datang dari Kris. Dia tak pernah lupa memotret momen apapun saat kami bersama.

Gue memulai menyingkirkan bingkai foto yang paling besar yang ada di dekat tempat tidur gue.

Bahkan gue harus memanjat menggunakan kursi untuk menggapai bingkai yang terletak cukup tinggi.

Gue sudah menyiapkan kardus untuk meletakkan bingkai-bingkai foto ini yang kemudian akan gue letak di bawah kolong tempat tidur.

"Hufftt, selsai juga." Nafas gue sampe ngos-ngosan karena ini.

Ternyata selama gue membereskan foto-foto Kris, dokter Sehun menelfon gue tapi sayangnya hp gue disilentkan dan gue nggak tau kalau dokter itu miss call gue berkali-kali.

Saat mendengar nada dering selanjutnya, dengan secepat mungkin gue mengangkatnya.

"Ha—"

"Kemana aja kamu? Saya telfoni ngga diangkat-angkat."

"Hh, itu habis hhh beresin—"

"Kamu sesak nafas? Ayo cepat ikutin saya, tarik nafas dalam-dalam huuuft lalu keluarkan pelan-pelan haahh. Ulangi berulang kali!" Perintah dokter Sehun sambil ia praktekkan langsung.

"Dok, gue cuma kecapean abis beresin kamar."

"Memangnya kamar kamu sebesar apa sampai ngos-ngosan begitu?"

"Habis nurunin foto-foto Kris."

"Benarkah? Baguslah kalau gitu."

Iya, emang bagus kok. Gue jadi ngga kepikiran Kris terus, walaupun hati kecil gue belum ikhlas harus mengosongkan dinding kamar gue begini.

"Ada apa nelfon gue?"

"Tiba-tiba kepikiran aja. Cuma mau mastiin kamu ngga kenapa-napa."

"Ya udah sekarang gue ngga kenapanapa. Gue masih banyak kerjaan, bye."

Gue jadi heran sama dokter Sehun yang suka banget nelfon atau ngechat gue tiba-tibaan gitu. Apa gue separah itu sampe dia harus mastiin keadaan gue diwaktu-waktu tertentu.

Nada dering selanjutnya berbunyi, gue kembali mengangkatnya. Sepertinya tadi gue terlalu cepat mematikan teleponnya.

"Apa lagi?"

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang