VOTE AND COMMENT
VOTE AND COMMENT💗💗💗
Segelas kopi di pagi hari menemani Sehun sembari menunggu Saena. Selain kopi juga ada segelas teh hangat yang disiapkan Sehun untuk Saena.
"Sehuuuunnn!!" Suara teriakan Saena menggema ke seluruh apartemen.
Sehun loncat dan berlari menuju kamar mandi. Ia mengetuk pintu kamar mandi dengan sangat kemcang.
"Saena kamu kenapa??! Buka pintunya!!!"
"Dasar mesum! Gue lagi telanjang gini lo mau masuk?"
"Terus kamu kenapa teriak? Saya khawatir."
Mereka berdua bersahut-sahutan dengan hanya berbatasan dinding dan pintu kayu kamar mandi.
"Kelupaan handuk. Tolong ambilin."
Menedengar itu, Sehun dapat bernafas dengan lancar kembali. Padahal sebelumnya teriakan Saena itu membuat jantungnya hampir copot.
Untung saja Sehun tidak mendobrak pintu kamar mandi dan melihat apa yang seharusnya ia belum boleh lihat.
"Tunggu, biar saya ambilkan."
Saena menunggu tepat dibalik pintu dan menunggu Sehun.
Ketukan pelan dan tidak sekeras sebelumnya pada pintu itu menandakan Sehun sudah mengambilkan handuk sesuai permintaan Saena.
Saenapun membuka sedikit pintu itu dan mengulurkan tangannya.
"Cepat pakaian, saya tunggu di luar." Sehun sedikit kesal karena Saena telah membuatnya khawatir.
Saena mengeringkan tubuhnya kemudian memakai pakian casual sehari-hari. Setelah merasa tampilannya sudah pantas untuk dilihat Sehun, ia pun keluar dan menghampiri Sehun yang duduk di sofa.
"Tehnya cepat diminum. Nanti keburu dingin." Ujarnya sambil menyodorkan secangkir teh lipton.
"Kesel ya lo sama gue?" Setelah menyeruput teh itu perlahan, Saena bertanya kelada Sehun tentang kejadian barusan.
"Lain kali jangan buat saya panik. Tau ngga kamu saya sepanik apa tadi?"
Untuk membalas perkataan dan perntanyaa Sehun, Saena memeluk Sehun erat. Ia menenggelamkan wajahnya di pundak lebar milik Sehun.
Tubuh Sehun seketika membeku, perlu beberapa detik untuknya membalas pelukan Saena.
"Gue sayang banget sama lo hun." Saena semakin menjadi-jadi membuat Sehun kebingungan.
Seketika Sehun lupa jika Saena mengidap penyakit bipolar. Sehun masih terbawa suasana saat dimana Saena hanya bisa terdiam dan melamun.
Sebagai seorang dokter, ia harusnya senang pasiennya sudah bisa kembali ceria. Tapi Sehun tidak dapat menepis untuk menyangkutkan perasaan pribadinya. Dia tau Saena dan dirinya memiliki status sebagai calon pasangan suami istri, Sehun hanya kaget melihat tindakan dadakan Saena ini.
"Saya juga sayang kamu, Saena." Sehun mengucapkannya sepatah demi sepatah kata.
"Bohong?" Tanya Saena tidak percaya.
Sekarang giliran Sehun yang memeluk Saena lebih dulu. Jika pelukan Saena barusan terkesan terburu-buru, berbeda dengan pelukan Sehun yang terasa hangat.
"Saya cinta kamu, Saena." Dan bergantian lagi, kini giliran Saena yang membeku.
Merasakan tubuh Saena yang membeku, Sehun melepaskan pelukan dan menatap intens mata Saena. Ia tau apa yang akan terjadi mengingat perasaan Saena yang tidak stabil dan sangat sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Oh ● Sehun EXO✔️
Fanfiction[Completed] "Memangnya kenapa lagi? Kamu itu pasien saya. Tanggung jawab saya."