2.2

8.3K 1K 18
                                    

Pernyataan cinta buta itu tidak hanya berlaku untuk sepasang kekasih belaka. Hal itu juga dapat dilihat dari seorang anak yang begitu mengasihi ayahnya.

Saena tidak salah, tidak ada yang salah dari mencintai dan mempercayai ayah sendiri.

Segala sesuatu yang keluar dari mulut Lee Donghae dianggap Saena sebagai kebaikan.

Tidak dengan Lee Taemin. Ia tidak bodoh. Dia telah mendapat gelar sebagai sarjana manajemen bisnis. Yang dilakukan ayahnya saat ini tidak lain merupakan cara untuk mengembangkan aliansi perusahaannya.

"Pa. Aku mau ngomong." Kata Taemin kepada sang ayah.

"Baiklah, tunggu di ruanganku. Aku ingin mengantarkan putriku ke kamarnya."

Khusus hari ini, Lee Donghae meminta putrinya agar menginap di rumahnya. Saena tentu sangat senang. Kamar tamu yang ia tempati sekarang jauh lebih luas dari kamar asramanya.

Saena berharap jikalau saat ini dia sedang berusia 10 tahun, agar dia bisa meminta sang ayah untuk membacakan dongen untuknya agar ia bisa tertidur.

"Tidur dan istirahatlah. Besok abangmu yang akan mengantarkanmu ke asrama." Ujar Lee Donghae sebelum Saena memasuki kamarnya.

"Kenapa bukan papa?" Tanya Saena polos.

"Besok papa ada meeting di Incheon. Tidurlah, besok kamu masih ada kuliah kan?" Balasan halus dari ayahnya itu melukiskan senyuman di wajah Saena.

Selanjutnya, Lee Donghae beranjak ke ruang kerjanya. Ia masih harus memeriksa beberapa laporannya untuk meeting esok hari. Selain itu juga Taemin sedang menunggunya.

Saat memasuki ruangan kerja milik Donghae. Ia melihat anak sulungnya sedang gusar. Taemin duduk di sofa panjang dengan kaki sebelah kanannya yang tak mau diam.

"Ada apa Taemin?"

"Paa. Aku tau apa motif papa jodohin Saena ke cucu dari pemilik Golden Group itu."

"Tentu saja kamu harus tau alasannya. Akan sangat aneh jika kamu tidak mengerti arti dari tindakanku."

"Tapi pa. Saena itu baru aja masuk ke dalam keluarga ini. Aku bahkan belum sempat mengenalnya, dia sudah akan jadi milik orang lain?" Ujar Taemin. Ia belum membicarakan hal inti yang membuatnya gusar.

"Papa kira, kamu gaakan care ke Saena."

"Aku? Tentu saja aku peduli. Disini yang tidak peduli adalah papa. Dari awal sejak kematian kakek, papa sibuk mencari Saena karena ternyata Saena punya sahamnya sendiri atas Lee Group. Bukan begitu pa?" Dan akhirnya Taemin mengatakannya.

"Kamu ini kenapa Taemin? Kenapa tiba-tiba kamu mencampuri urusan masa laluku?"

"Pa?! Saena itu bukan masa lalu papa. Dia anak papa dan sampai kapanpun dia tanggung jawab papa!!" Mungkin Saena hanya sekedar adik tirinya. Tapi bagaimanapun Taemin merasa dirinya wajib melindungi dan bertanggung jawab atas adik perempuannya itu.

"Keluarlah. Papa masih banyak pekerjaan, besok antarkan Saena pulang ke asramanya." Usir Donghae masih dengan nada lembut.

Taeminpun keluar dari ruang kerja milik ayahnya. Ia berjalan dengan pikiran yang masih mengganggunya. Ia merasa jika Saena tidak pantas diperlakukan seperti ini.

Kebetulan sekali, Taemin berjalan melewati kamar tamu dimana Saena tidur.

Tok tok!

"Saena, ini aku. Apa kamu udah tidur?" Sahut Taemin dari luar kamar.

Mata Saena masih terjaga. Ia masih dipenuhi oleh bayang-bayang jika masa kecilnya penuh kasih sayang dari orang tuanya.

Saena membukakan pintu. Ia juga mempersilahkan kepada abang tirinya itu untuk memasuki ruangannya beritirahat hingga besok pagi.

"Kamu belum tidur?" Tanya Taemin.

"Belum." Jawab Saena. "Ada apa?" Sambung Saena, ia merasa tidak nyaman dengan kedatangan sang kakak di hadapannya.

"Aku bisa bantu kalau kamu tidak menginginkan perjodohan ini." Kata Taemin meyakinkan.

"Memangnya apa yang salah dari perjodohannya? Papa udah milih keputusan yang tepat untuk gue."

"Perjodohan bukan untuk sementara, perjodohan akan mengantarkan kamu ke pernikahan dan itu berlangsung selamanya." Taemin mengisyaratkan jika masih terlalu dini untuk Saena melangsungkan pernikahan.

"Kalau menurut papa itu yang terbaik untuk gue. Gue percaya kalau nantinya juga akan baik-baik saja."

"Sekali lagi Saena, ini tentang pilihan hidup. Kamu bisa memikirkannya dulu dan mempertimbangkannya. Kalau ingin perjodohan ini dibatalkan, aku bisa bantu."

"Untuk apa?" Tanya Saena. "Untuk apa lo peduli sama gue?"

"Izinkan aku sebagai abang atau kakak laki-lakimu menjalankan tanggung jawabku untuk melindungi adik perempuannya. Setidaknya izinkan aku menebus kesalahanku yang ngga pernah pergi melihat kondisi adiknya."

"Udaah, aah. Gue ngantuk, mau tidur."

Taemin tersenyum kecil melihat Saena yang menguap dan mengucek-ucek matanya. Harusnya Saena ada di rumah ini sejak dulu, mempunyai adik perempuan ternyata sangat menggemaskan.

"Tidurlah, adikku."

Saena POV

Kalimat yang diucapkan Taemin barusan itu seperti menyejukkan hati gue. Tetapi bertolak belakang dengan hati, akal pikiran gue masih menolak keberadaan pria asing yang berstatus sebagai abang tiri gue meskipun gue merasa ada suatu ikatan batin antara gue dengan Taemin.

Baru saja gue akan menutup mata, tiba-tiba saja gue dapat panggilan dari dokter Sehun.

'Gue ngantuk.'

'Sebentar aja. Saya cuma mau pastiin keadaan kamu.'

'Gue baikk.'

'Ceritakan ke saya selengkapnya gimana pertemuan kamu dengan papa kamu tadi'

'Yah, ga sebentar dong namanya. Intinya tuh cuma papa mau gue dijodohin supaya gue ada yang jagain dan papa bilang juga ini yang terbaik untuk gue.'

'Kamu udah tau siapa yang akan dijodohkan sama kamu?'

'Belom sih, tapi kata papa dia cucu dari sahabatnya kakek gue. Dan papa yakin dia anak yang baik.'

'Kamu yakin siap dengan perjodohan ini?'

'Kenapa sih banyak yang nanyain gue begituan? Biarin kali ini gue jadi anak yang baik, jadi anak yang menuruti apa kata orang tuanya.' Harusnya gue mengerti kalau perjodohan memang bukan hal yang enteng. Tapi untuk kali ini, gue memilih untuk mengikuti apa yang sudah papa pilihkam untuk gue.

'Artinya kamu yakin dengan perjodohan ini?'

'Hmm.' Jawab gue singkat.

'Siapapun itu yang akan dijodohkan dengan kamu?'

'Iyaaa. Udah ah gue ngantuk.'

'Baguslah. Yasudah, tidur yang nyenyak. Jangan pikirkan hal-hal berat dulu. Selamat malam, mimpi yang indah Saena.'

Dalam satu hari ini, ada tiga pria sekaligus yang mampu membuat hati gue merasa tenang. Hal-hal kecil yang mereka lakukan menghancurkan pemikiran gue yang biasanya mengatakan jika semuanya tidak baik-baik saja dan semua hal disekitar gue membuat gue ketakutan tanpa alasan.

Akhirnya, gue merasa hari-hari gue mulai  menuju ke titik terangnya. Meski selama ini gue terkurung di kegelapan, tetapi sekarang gue sudah mulai berjalan perlahan ke arah dimana seharusnya gue berada.

[TBC]

I'm so busy as hell.

Maaf nungguin cerita ini kelamaan:(
Pokoknya kapan aku sempet,  bakal aku usahain buat update.

I have a favor, can u guys make this story get 300+ votes??? Bcs I need more motivation to update this story, beside I have so many stuff in real life to do:((.

And if u have any questions about this story or maybe y'll wondering about me feel free to ask!😌😌

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang