1.9

9.2K 1K 91
                                    

Saena POV

Harusnya jam segini gue belum pulang kampus, tapi karena dosen gue berhalangan hadir, jadilah kelas gue dibatalin. Tadi pagi dokter Sehun sempat ngajakin gue buat sarapan lagi atau makan siang bareng, tapi gue tolak karena gue kira gue bakal disibukkan dengan jadwal kuliah hari ini.

Telfon gue berdering, suasana di tengah lobby yang cukup ramai membuar gue menepi ke pinggir lobby untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sesaat gue melihat nama yang tertera di layar handphone, gue sedikit ragu untuk mengangkatnya. Kalau gue ingat-ingat ini kali pertama Kris menelfon gue setelah dia mutusin gue.

"Halo Sa?" Suara berat Kris terdengar menyapa gue lembut dari seberang sana.

"Iya Kris?"

"Aku mau ketemu, kamu ngga ada kelas kan?" Seakan sudah tau jadwal gue , Kris seperti sudah merencanakan pertemuan ini.

"Kelas aku dibatalin."

"Tunggu disitu, aku kesana jemput kamu."

Akhirnya gue duduk di lobby untuk menunggu kedatangan Kris. Dulu gue sangat senang ketika mengetahui kalau Kris bakal jemput gue disini, sekarang yang gue rasa hanya perasaan aneh dan menjurus ke arah canggung.

Anehnya gue malah memandang layar kaca telfon genggam gue untuk menanti balasan pesan dari dokter Sehun, terakhir kali dia bilang harus berkeliling ruangan untuk secara rutin memeriksa pasien-pasiennya.

Tak begitu lama membuat gue menunggu, Kris akhirnya muncul di hadapan gue.

Bohong kalau perasaan gue sepenuhnya pudar kepada Kris.

Lelaki beralis runcing, bermata tajam dan bertubuh tinggi itu masih memiliki ruang di hati gue.

Kaki jenjang Kris membawanya semakin dekat dengan gue, sejurus dengan itu masih ada sedikit degupan berbeda di dalam lubuk hati gue.

"Maaf ya aku kelamaan."

"Engga, ga lama kok."

Suasana benar-benar canggung, untuk menatap Kris rasanya harus penuh keberanian.

Perasaan gue jika berada di dekat Kris sepenuhnya telah berbeda, namun hati gue masih memiliki celah untuk berharap bahwa Kris itu milik gue.

"Ada apa?" Tanya gue ke Kris secara langsung. Mungkin terdengar sedikit ketus tapi sejujurnya tidak bermaksud seperti itu, gue hanya bingung bagaimana bersikap di hadapan Kris.

"Aku mau ngomong, bisa kan?" Tutur Kris dengan jujur.

"Yaudah bilang aja apa yang mau kamu omongin."

"Engga disini. Kita ke cafe aja yuk?"

Gue akhirnya nurutin Kris buat pergi ke Cafe. Kris awalnya ingin menggapai pergelangan tangan gue untuk dituntun ke mobilnya, tapi gue rasa dia sudah ingat statusnya dengan gue saat ini. Kris hanya memainkan gesturenya untuk mengarahkan gue jalan lebih dulu menuju mobilnya.

Kris membawa gue ke salah satu cafe yang paling sering gue dan dia kunjungi setelah selesai kuliah dulu.

"Mau ngomongin apa?"

"Pesan dulu makanannya." Dia menyodorkan daftar menu ke gue.

Hingga pesanan gue sudah tiba dan terhidang di atas meja, Kris masih belum menyuarakan apa yang ingin ia sampaikan sedari tadi.

"Kris, aku ga punya banyak waktu. Kamu mau ngomongin apa sebenarnya?"

Gak gue sangka, Kris tertunduk seperti seorang anak kecil yang sedang dimarahi karena kesalahannya.

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang