4.1

4.5K 533 23
                                    

YEAYY UPDATE JUGAA🎉🎉

Dalam rangka #diRumahAja
Aku bakal buka request cerita, tulisan apapun ituu. Boleh ttg fanfic, non fanfic, tips, dll. Nnti aku pilih dan aku tulis buat kalian.

Silahkan mau request ditulisin apa➡️➡️

Enjoy reading 💞

_____

Ketika sampai di Apartemen, Saena kembali teringat akan ucapan Sehun. Ucapan tulus yang menggetarkan hatinya.

Tentu saja Saena merasa sangat senang. Namun saat melihat Sehun yang kini sedang sibuk dengan buku tentang kejiwaan itu, ada rasa bersalah pada dirinya.

Sehun sudah sangat berusah untuk selalu ada, selalu peduli untuk kesembuhannya. Tapi apa yang bisa diberikan Saena untuk Sehun?

"Hun.." Saena menempatkan dirinya di sofa, tepat di sebelah Sehun.

Sehun menutup bukunya, meletakkannya di atas meja dan memalingkan tubuhnya berhadapan dengan Saena.

Dia sangat gesit ketika Saena hanya memanggil sepenggal namanya.

"Gue mau ngomong."

"Iya ada apa?"

"Gue nggak bisa ngasih lo apa-apa, Hun. Bahkan untuk diri gue aja gue nggak bisa bikin diri gue bahagia."

"Aku nggak ngerti, Sa. Apa maksudnya?"

"Lo harusnya nggak sama gue, Hun. Lo bisa sama cewe lain yang lebih normal dari gue."

Pandangan Saena tertunduk saat ia berbicara kepada Sehun. Ia tidak sanggup melihat tatapan mata Sehun yang begitu berbinar.

Rasa syukur akan kehadiran Sehun memang sudah lebih dulu Saena rasakan. Tapi semakin lama, ia seperti tidak bisa membalas Sehun sebagaimana Sehun yang selalu memperlakukan dirinya sangat baik.

"Ada apa Saena? Kenapa bicaranya gitu?"

"Lo selalu memberikan segalanya yang gue butuh, Hun. Bahkan hal yang nggak gue minta juga lo berikan. Sementara gue? Gue nggak bisa ngasih feedback ke lo, Hun." Jelas Saena penuh rasa insecure dalam dirinya.

Tangan kanan Sehun mengangkat dagu Saena dengan lembut agar gadis itu tidak menunduk dan menatap ke arahnya. Setelah kepala Saena sudah di tegakkan, kini kedua tangan Sehun menopang kedua pipi Saena.

"Cinta ga selamanya harus mendapatkan feedback Saena. You don't need a reason to love someone."

"Tapikan gue jadi ngerasa cuma dikasihanin aja sama lo, Hun." Saena tetap menyangkal perkataan Sehun.

Rasa kasihan. Sebenarnya itu yang mengganjal di hati Saena. Ia terlihat hanya dikasihani oleh Sehun dibanding dengan rasa cinta yang Sehun katakan.

"Kamu mau tau apa feedback yang kamu berikan ke aku?"

"Apa?"

"Dengan kamu tersenyum, makan dengan baik, bisa tidur dengan nyenyak, dan selalu ada di sisi aku, itu semua yang aku butuh dari kamu, Saena."

Saena menangis. Belum pernah dia merasa sangat seberharga itu untuk seseorang.

Belum pernah dalam hidupnya dia menangis karena ada seseorang yang bisa bahagia hanya dengan melihatnya makan teratur, tidur yang nyenyak dan hanya berada di dekat orang itu.

"Sebentar lagi kamu ulang tahun. Jadikan itu momen untuk mengubur lukamu. Kamu udah dewasa, Saena. Dewasakan pikiran dan hatimu, tidak harus instan, pelan-pelan. Sembuhkan lukamu satu persatu." Tutur Sehun dengan sangat tertata kata-katanya yang selalu berhasil membuat hati Saena luluh.

Saena mengusap air matanya melihat ke arah Sehun, "I love you, Doctor Oh."

Mata Saena terlihat sangat berbinar apalagi setelah ia menangis. Sehun membawa Saena ke pelukannya.

"I love you no matter what happen in the future, Saena. Jangan pernah tanya lagi tentang apa yang belum bisa kamu kasih ke aku. Your existence is everything that I need."

Kedua pasangan itu melakukan percakapan-percakapan kecil yang dapat membuat satu sama lain tertawa. Membicarakan tentang masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

_____

Taemin sekarang sedang berada di depan sebuah butik yang lumayan terkenal di daerah gangnam.

Ia menghampiri ibu kandung Saena, ibu tirinya.

"Bos, anda yakin? Tapi anda belum pernah secara personal berbicara dengannya."

"It's okay. Ibu Saena, ibuku juga." Ujar Taemin tulus.

Taemin masuk, beberapa pegawai menyambutnya seperti layaknya pengunjung biasa.

"Saya ingin bertemu dengan pemilik butik ini." Ujar Taemin kepada pegawai yang menyapanya.

"Baik tuan tunggu sebentar."

Taemin menelisik ke setiap sudut butik ini, butik yang berkelas dan ramai pengunjung. Ia juga sempat beberapa kali mendengar butik itu.

"Ada yang bisa saya ban—tu,,, Mau apa kamu kesini?" Ibu Saena, nyonya Shin langsung mengenali Taemin. Ia sempat bertemu saat pemakaman kakek Saena.

"Apa kabar, Tante? Saya Taemin,,"

"Ya aku tau siapa kau, tapi ada apa? Cepat katakan saja aku punya banyak urusan."

"Ini soal Saena."

"Kenapa lagi anak itu?" Ujar ibu Saena terdengar sangat menganggap remeh.

"Sebentar lagi dia ulang tahun." Ucap Taemin perlahan, mencoba mengingatkan jika ibunya itu lupa.

"Iya, lalu?"

Tuhan, mendengar itu Taemin merasa sesak di dadanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Saena mempunyai dua orang tua yang tidak peduli sama sekali dengan dirinya.

Taemin mulai berpikir jika ini bukan pilihan yang baik untuk mendatangkan kedua orang tua kandung Saena itu.

"Saena akan mengadakan pesta ulang tahunnya, dia meminta sendiri agar Tante berkenan untuk hadir dan juga ikut mendoakannya."

"Untuk apa kau peduli? Bukankah hidupmu sudah bahagia hidup dengan papa dan mamamu itu?" Ujar ibu Saena dengan emosi.

"Maaf tante, apapun yang terjadi dahulu, saya minta maaf. Saya datang kemari sebagai abang Saena, bagaimanapun juga kami ini sedarah."

"Wahh, kau mirip dengan ayahmu, pandai bersilat lidah. Sudahlah anak itu pun tidak ingin lagi hidup denganku, jangan minta aku datang ke ulang tahunnya itu. Sampaikan saja agar dia bisa bahagia."

Taemin ingin mencoba lebih keras lagi agar bisa mewujudkan keinginan Saena.

"Saya mohon, Tante. Setidaknya datang dan beri ucapan dan doa untuk Saena."

"Apa yang kudapat kalau aku datang ke acara itu?"

"Senyuman Saena, yang mungkin jarang tante lihat."

Dari dalam lubuk hatinya, perkataan Tamein barusan mampu meluluhkan hati ibu Saena.

Ada banyak alasan mengapa mereka tidak dapat bersatu.

Keduanya dipenuhi rasa luka, sehingga saat bertemu bukannya membasuh luka mereka hanya akan menimbun lebih banyak lagi luka.

"Baiklah. Aku akan datang."

Mendengar itu, Taemin bersimpuh di hadapan ibu tirinya. Ia sangat berterima kasih.

"Bangkitlah, pengunjungku tidak nyaman melihatmu seperti itu. Daan kalau tidak ada pembahasan lagi aku mau pergi."

Taemin bangkit dan mengucapkan terima kasih, "Terima kasih banyak tante. Kehadiran anda pasti akan sangat berarti untuk Saena. Kalau begitu, saya pamit dulu."

Taemin kembali tidak dengan tangan kosong. Setidaknya kehadiran ibu Saena terlihat lebih tulus dibanding dengan alasan kedatangan ayahnya.

[TBC]

Stay safe yaa semuaa! Jangan banyak pergi2. Udahh baca wattpad ajaa hihihii

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang